Grebeg Getuk HUT ke-1118 Kota Magelang berlangsung meriah sekali. Warga sangat antusias menyambut pelaksanaan grebeg getuk yang sempat vakum selama 4 tahun ini.
Grebeg getuk sendiri telah berlangsung sejak 2006, kemudian terakhir dilangsungkan pada tahun 2019. Kemudian hari ini dilangsungkan kembali untuk memperingati HUT ke-1118 Kota Magelang.
Terakhir (grebeg getuk) 2019, berhenti selama 4 tahun, 2020, 2021, 2022 dan 2023. Gerebeg getuk ini dalam rangkaian hari jadi," kata Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang, Sugeng Priyadi kepada wartawan dalam konferensi pers.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum dilakukan grebeq getuk, ada iring-iringan gunungan palawija dari 17 kelurahan di Kota Magelang yang dibawa masuk menuju Alun-Alun Kota Magelang. Kemudian, setelah 17 gunungan dengan pengiringnya memasuki alun-alun ada penampilan drum band.
Drum Band Genderang Seruling Canka Lokananta (GSCL) Akademi Militer (Akmil) Magelang. Setelah itu dilakukan tarian kolosal 'Babad Mahardika'.
Selain gunungan palawija dari 17 kelurahan, grebeg itu juga menampilkan satu gunungan getuk dan lima gunungan getuk ukuran lebih kecil.
"Dengan momentum HUT ke-1118 dan kita hidupkan kembali Grebeg Getuk ini dikomandani oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menjadi salah satu event yang utama," kata Wali Kota Magelang Muchammad Nur Aziz kepada wartawan, Minggu (28/4/2024).
"Satu, mengingat sejarah, yang kedua memperlihatkan kepada pihak luar bahwa kita punya sebuah acara yang menguri-uri budaya dari asli Kota Magelang. Mudah-mudahan dengan acara ini banyak orang yang tertarik untuk melihat dan datang ke Kota Magelang," sambung Aziz.
Menyinggung soal sebutan Kota Getuk, Aziz mengatakan, sudah lama sebutan tersebut. Bahkan saat ia masih kecil sudah ada sebutan Kota Getuk tersebut.
"Kota Getuk yang terkenal kan, kita tahu ada getuk asli lokal, ada getuk yang sudah diolah seperti getuk trio," ujarnya.
Dalam grebeg getuk, Pemkot Magelang mengundang turis mancanegara untuk datang melihat langsung. Sekali pun mereka yang diundang merupakan beberapa mahasiswa dari 9 negara.
"Ada yang dari Ghana, kemudian mereka sekolah di dekat-dekat sini, kita ajak untuk datang. Ada yang dari Gana, ada yang dari Timor Timur, ada 9 orang dari 9 negara. Ya kita undang mereka untuk melihat ke grebeg getuk," katanya.
Aziz menerangkan, pihaknya akan mengadakan grebeg getuk ini setiap tahunnya. Karena itu, mereka akan memperbaiki konsep supaya tidak stagnan dan membosankan.
"Jadi mesti kebaruan kali event ada kebaruan mengikuti yang menjadi tren yang ada di masyarakat. (Kebaruan) Yang biasanya upacara, kepala daerah harus diarak, sekarang yang dimunculkan adalah duta-duta, baik duta wisata, duta genre, juga adik adik kita ya. Jadi peranan dari pejabat itu sebagai tuntunan, bukan sebagai tontonan. Kita akan memberikan ke mereka (remaja) memang mau tampil, kita suruh tampil," kata Aziz.
Salah satu warga bernama Junairoh asal Kaliangkrik, Kabupaten Magelang mengaku, sengaja datang bersama anaknya untuk melihat grebeg getuk tersebut.
"Tadi dapatnya sulit, dapat banyak (getuk) ini mau dibagi. Ya sengaja ke sini (grebeg getuk), tahu informasi dari teman," katanya.
![]() |
Tarian Babad Mahardika
Sutradara Grebeg Getuk Gepeng Nugroho mengatakan, grebeg getuk sudah sejak tahun 2006 dan tiap tahun ada perkembangannya. Kemudian untuk tahun ini diawali dari Sendratari Mantyasih dari Kampung Meteseh.
"Setelah berlanjut kirab bergada yang berhenti di PDAM (kantor). PDAM ini dulu adalah kantor wali kota zaman terdahulu menjadi pengingat sejarah Kota Magelang. Terus melanjutkan perjalanan menuju Alun-Alun," kata Gepeng.
"Ini sebelum grebeg getuk ada tarian kolosal sejumlah 250 penari (pelajar SMA/SMK dan sanggar) dengan delapan koreografer dengan judul Babad Mahardika. Babad Mahardika ini itu bercerita tentang sejarah Kota Magelang dimulai dari era Mataram Kuno abad 9 zaman Rakai Dyah Balitung Watukuro," lanjut Gepeng.
Gepeng mengatakan, setiap tahun terdapat perbedaan tidak hanya pada seni garapan. Alur cerita juga diperbarui sehingga harapannya, setiap tahun warga yang menonton penasaran. Dia melanjutkan, munculnya grebeg getuk berawal dari keprihatinan para seniman karena belum ada acara yang bisa menjadi kebanggaan warga Kota Magelang.
"(Latar belakang pertama tahun 2006) Ya ada keprihatinan dari saya dan beberapa seniman, ketika di Magelang itu belum ada event yang bisa kemudian menjadi kebanggaan seluruh masyarakat. Nah, ini berakibat juga tidak ada geliat-geliat kesenian yang positif, banyak sanggar-sanggar mati waktu itu, kesenian di Kota Magelang itu tidak berjalan dengan semestinya. Itu referensi kurang. Sehingga ketika ada event-event semacam ini, ketika ada kelurahan-kelurahan berdatangan mau mencari masing-masing punya referensi sehingga ada peningkatan-peningkatan tiap tahun," kata Gepeng.
Diketahui, asal usul kenapa Kota Magelang disebut Kota Getuk belum diketahui arsip sejarahnya. Simak penjelasannya berikut ini:
Belum Temukan Arsip Sejarah
Pegiat Komunitas Kota Toea Magelang, Bagus Priyana mengatakan, dia belum menemukan arsip yang menunjukkan kronologi pasti kapan Kota Magelang disebut Kota Getuk.
"Tapi kalau kita tau sendiri di Magelang kan memang menghasilkan kudapan getuk. Ada getuk gondok, getuk karet, getuk yang modern lagi seperti getuk eco, getuk trio dan sebagainya. Itu menjadi sebuah ciri khas Kota Magelang, meskipun getuk itu sendiri tidak hanya ada di Magelang," kata Bagus.
"Kita ketahui di Sokaraja Banyumas itu juga ada getuk goreng, trus di Salatiga ada getuk kethek. Terus ada beberapa kota yang membuat getuk lindri. Nah kebetulan Magelang berupaya menahbiskan diri sebagai Kota Getuk dengan memperkuat atau menegaskan melalui acara namanya Grebeg Getuk itu tahun 2006," kata Bagus.
Simak Video "Video: Hadiri Retret Kadin di Akmil Magelang, AHY Titipkan Pesan"
[Gambas:Video 20detik]
(apu/apu)