Warga kembali meramaikan tradisi nyadran di kompleks Permakaman Sentono Kyai Ashari yang terletak di Kelurahan Ngijo, Semarang. Ada alasan tersendiri mengapa nyadran di daerah tersebut dilaksanakan pada bulan Rajab.
Tokoh masyarakat setempat, Akhmad Yasa menjelaskan tradisi nyadran di Kelurahan Ngijo dibarengkan dengan peringatan haul Kyai Ashari. Peringatan itu selalu dilaksanakan pada hari Kamis Wage di bulan Rajab.
"Kalau haulnya itu dijatuhkan di bulan Rajab kalau tidak ada pas hari Kamis Wage bisa geser ke bulan Ruwah (Syaban). Kalau bulan Rajab ada Kamis Wage, sadranan dibarengkan seperti itu," katanya saat di Kompleks Permakaman Sentono Kyai Ashari, Kamis (18/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dia menyebut acara sebenarnya sudah berlangsung sejak kemarin malam. Kemarin malam, warga sekitar telah melaksanakan khataman Qur'an dan berzikir sepanjang malam di masjid yang berada di kompleks makam tersebut.
"Bada isya kita mengadakan hotmil Qur'an 30 juz terus malamnya jam 12 jam kita zikir di sini, doa bersama dengan warga masyarakat yang lingkup Gunungpati," lanjutnya.
Kemudian, puncak acara berlangsung pagi ini. Warga datang berduyun-duyun membawa kambingnya untuk disembelih dan disedekahkan kepada warga lainnya. Ada 43 kambing yang disembelih pada tahun ini.
Warga juga langsung memasak daging itu di area permakaman. Prosesi itu dibarengi dengan doa bersama dan selawatan oleh warga yang memenuhi kompleks tersebut.
Akhmad Yasa menyebut ada sekitar 2.500 orang yang hadir dalam acara itu. Menurutnya, memang sejak lama nyadran di daerahnya ramai oleh peziarah.
"Mereka datang satu pada berwasilah kepada Mbah Kyai Ashari kedua kita juga mengikuti kegiatan ini sadranan dan pengajiannya," jelasnya.
![]() |
Kyai Ashari disebut sebagai penyebar agama Islam di Semarang khususnya wilayah Kelurahan Ngijo. Tradisi peringatan haul sekaligus nyadran juga disebut sudah berlangsung secara turun-temurun.
"Di sini dia istilahnya bertempat di sini (petilasan) bukan makamnya di sini, tapi dia menyampaikan bahwa di sini diberikan yaitu karamahnya bahwa nanti anak cucunya semua apa yang dikehendaki insyaallah Allah akan mengabulkan. Makamnya ada di Kaliwungu," katanya.
![]() |
Akhmad yang telah berusia 43 tahun itu menyebut bahwa saat dia kecil prosesi nyadran dilakukan secara sederhana. Dulu, tak ada puluhan kambing untuk disembelih, warga terbiasa patungan untuk menyembelih satu atau dua kambing.
Baru pada sekitar 1989 mulai ada kesadaran untuk bersedekah kambing saat tradisi itu digelar. Lambat laun, mulai banyak warga yang ingin menyembelihkan kambingnya untuk bersedekah dalam kegiatan itu.
"Mulai ramai itu tahun 2000-an itu sudah sekitar 50 kambing, sampai sekarang biasanya 40-50 kambing, 65 kambing pernah juga," pungkasnya.
(apl/ams)