Soroti Kerusakan Sasana Mulya Solo, Sardono W Kusumo: Tempat Lahirnya Seniman

Soroti Kerusakan Sasana Mulya Solo, Sardono W Kusumo: Tempat Lahirnya Seniman

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Selasa, 09 Jan 2024 14:39 WIB
Seniman asal Solo Sardono W Kusumo.
Seniman asal Solo Sardono W Kusumo. Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikjateng
Solo -

Bangunan Sasana Mulya yang nyaris runtuh menjadi sorotan banyak pihak. Seniman Kota Solo pun yang menyayangkan bangunan cikal bakal Institut Seni Indonesia (ISI) tersebut tampak memprihatinkan kini.

Salah satunya Sardono Waluyo Kusumo, empu tari asal Solo yang sudah dikenal sebagai tokoh tari Indonesia. Pria kelahiran 1945 itu mengaku sempat menjadi saksi sejarah ketika Sasana Mulya masih digunakan sebagai Akademi Seni dan Karawitan Indonesia (ASKI), yang kini berubah menjadi ISI.

"Saya kan dulu menyaksikan ASKI kan di situ, saya sering punya aktivitas dengan ASKI juga," kata Sardono saat ditemui detikJateng seusai melakukan pentas Wasiat Diponegoro di Mas Don Art Center, Senin (8/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sardono bercerita bahwa dulunya Sasana Mulya tak hanya digunakan untuk belajar seni dan karawitan. Melainkan bisa disebut sebagai tempat lahirnya seniman, karena banyak karya-karya yang lahir dan dipertontonkan di Sasana Mulya.

"Saya banyak juga karya-karya baru, yang tidak pernah ada, nah itu diundang untuk dimainkan di situ. Ya betul, jadi tempat lahirnya seniman," terangnya.

ADVERTISEMENT

Melihat adanya garis pembatas di sekeliling Sasana Mulya dan bambu-bambu yang kini digunakan untuk menopang tumpang sari, ia pun sangat menyayangkan kondisi bangunan bersejarah yang mulai rusak itu.

"Harusnya siapa pun yang memiliki sarana dan memiliki otoritas, memiliki kewajiban untuk menyelamatkan heritage warisan budaya itu, ya harus turun tangan," tuturnya.

"Apakah Gubernur, apakah wali kota, apakah dinas cagar budaya, itu urusan mereka, itu tugasnya," sambungnya.

Menurutnya, jika Sasana Mulya tak segera diperbaiki dan menyebabkan bangunan tersebut semakin rusak, Kota Solo akan rugi besar dengan kehilangan pengetahuan terkait bangunan yang sudah berdiri ratusan tahun.

"Miris, karena kalau itu rusak kan kita kehilangan pengetahuan. Untuk bisa mencipta arsitektur itu prosesnya panjang, butuh ratusan tahun. Kalau itu tidak dilihat sebagai sebuah pengetahuan yang tidak boleh hilang begitu saja, itu kita kerugiannya luar biasa," ungkap Sardono.

Sardono yang masih aktif bergerak di bidang kesenian itu pun berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Solo bisa segera merevitalisasi bangunan Sasana Mulya yang menyimpan sejarah penting. Mulai dari tempat tinggal putera raja, hingga menjadi tempat menimba ilmu.

"Kita mengenal arsitektur itu yang bukan hanya untuk tinggal, tapi untuk pendidikan. Kalau itu sudah direvitalisasi itu kan fungsinya nanti pasti muncul," ujarnya.

Bangunan Ndalem Sasana Mulya yang sedang dicek kerusakannya, Selasa (2/1/2024).Bangunan Ndalem Sasana Mulya yang sedang dicek kerusakannya, Selasa (2/1/2024). Foto: Tara Wahyu/detikJateng

Tak hanya Sardono, kondisi Sasana Mulya yang kini memprihatinkan juga membuat miris salah satu komposer musik dunia lulusan ISI Surakarta, Peni Candra Rini. Ia mengaku sangat sedih saat mendengar kabar Sasana Mulya yang merupakan cikal bakal kampusnya itu kini rusak.

"Memang Sasana Mulya adalah cikal bakalnya ISI Surakarta ya, dulu perkuliahan pertama kali di sana diselenggarakan. Dan mendengar berita hampir runtuhnya tempat bersejarah itu, ya sedih sekali rasanya," tutur Peni yang hendak pulang usai pentas malam itu.

Perempuan yang baru menyanyi di pentas Wasiat Diponegoro itu pun mengaku miris setiap melihat potret Sasana Mulya kini ditutupi garis pembatas yang menandakan tak ada kegiatan kesenian di dalamnya. Padahal menurutnya, bangunan yang berbentuk pendapa itu seharusnya difungsikan sebagai rumah tempat belajar maupun menggelar seni kebudayaan masyarakat Kota Solo.

"Tapi memang inilah kehidupan, tidak ada yang abadi, yang tua mati dan dihidupkan lagi energinya. Jadi jangan disesali dan jangan diratapi, tapi ini dijadikan pembelajaran untuk kita semua bahwa segala sesuatu yang kita capai itu bakale kembali di tanahnya. Itu yang juga harus diingat-ingat," ungkap Peni.

Sepemikiran dengan Sardono, Peni juga berharap revitalisasi Sasana Mulya bisa segera dilakukan. Dengan begitu, kata Peni, salah satu pusat kebudayaan serta pusat ekspresi budaya masyarakat Kota Solo itu bisa diselamatkan.

"Harapan saya ya ingin direvitalisasi, ada cawe-cawe dari pemerintah untuk menyelamatkan ruang tersebut sebagai space lahirnya para seniman-seniman luar biasa di Kota Solo. Jadi ini penting sekali," harap Peni.

"Setelah diselamatkan, harapannya dia dihidupkan. Tempat itu dipakai untuk aktivitas seni, supaya tidak hancur lagi. Karena energi manusia, energi kesenian yang menghidupi ruang itu akan menjadikan ruang itu tidak hancur, tapi akan semakin hidup," sambungnya.




(ahr/dil)


Hide Ads