Ruwat Kali Bogowonto, Ritual Tolak Sukerta Warga Loano Purworejo

Ruwat Kali Bogowonto, Ritual Tolak Sukerta Warga Loano Purworejo

Rinto Heksantoro - detikJateng
Jumat, 28 Jul 2023 17:48 WIB
Ritual tolak bala Ruwat Kali Bogowonto di Loano, Purworejo, Jumat (28/7/2023).
Ritual tolak bala Ruwat Kali Bogowonto di Loano, Purworejo, Jumat (28/7/2023). (Foto: Rinto Heksantoro/detikJateng)
Purworejo -

Warga Kabupaten Purworejo menggelar acara Ruwat Kali Bogowonto. Ruwatan ini digelar untuk menolak sukerta atau kesialan serta memohon keselamatan kepada Tuhan.

Ritual ruwatan digelar di Sungai Bogowonto tepatnya di daerah Tempuran Mas, Dusun Tlepo, Desa Loano, Kecamatan Loano, Purworejo, sore ini. Ruwat Kali Bogowonto ini menjadi puncak rangkaian acara yang sudah digelar sejak tanggal 1 Suro.

"Ini adalah ruwat Kali Bogowonto. Ruwat sebagai orang Jawa adalah rawat, ngilari dan ngluwari sukerta (menolak kesialan), ruwat adalah sebuah doa dan pengharapan bagi masyarakat Jawa, memohon keselamatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa," kata panitia penyelenggara, Nickolaus Legowo saat ditemui detikJateng di lokasi, Jumat (28/7/2023) sore.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum puncak ruwatan digelar, kata Legowo, acara diawali dengan pawai marching band dan kirab sesaji dari ujung desa. Tiba di pinggir sungai, sesepuh desa kemudian memanjatkan doa yang diamini oleh seluruh warga yang hadir.

Ritual tolak bala Ruwat Kali Bogowonto di Loano, Purworejo, Jumat (28/7/2023).Ritual tolak bala Ruwat Kali Bogowonto di Loano, Purworejo, Jumat (28/7/2023). Foto: Rinto Heksantoro/detikJateng

Ruwatan dilanjutkan dengan melarung uba rampe ke Sungai Bogowonto. Adapun uba rampe yang dilarung ke sungai berisikan ingkung, bunga tujuh rupa serta sesaji pelengkap lainnya.

ADVERTISEMENT

"Rangkaiannya sebelum ruwat tadi dilakukan kirab sesaji dan sampai di sini didoakan terus larungan. Yang dilarung tadi ingkung, ini sejarahnya dulu Kali Bogowonto ini pernah dipakai tapa ngeli (bertapa sambil menghanyutkan diri) dan berhenti di daerah sini oleh Ki Buyut Singgelopuro atau Haryo Bangah sebagai cikal bakalnya Loano. Selain ingkung ada bunga-bunga dan sesaji sebagai simbol keharuman dan doa," jelasnya.

Acara sengaja digelar di bulan Sura lantaran merupakan awal tahun baru Jawa. Harapannya, di tahun baru ini semua mendapatkan keselamatan.

"Suro itu dimaknai sebagai awal tahun baru dan doa pengharapan mengawali tahun yang akan dilalui. Diharapkan dengan ruwatan ini adalah sebuah permohonan menjalani tahun depan dengan berkat dan keselamatan," imbuhnya.

Usai ruwatan, warga beramai-ramai menerima makanan gratis dari panitia guna dimakan bersama sembari menonton pertunjukan kuda lumping sebagai hiburan penutup. Kuda lumping ini akan dimainkan dari sore hingga tengah malam nanti.




(aku/ahr)


Hide Ads