Tradisi Baritan Banyuwangi, Ritual Sakral untuk Tolak Bala

Tradisi Baritan Banyuwangi, Ritual Sakral untuk Tolak Bala

Katherine Yovita - detikJatim
Sabtu, 14 Jun 2025 02:00 WIB
tradisi baritan di banyuwangi
Tradisi baritan di Banyuwangi. Foto: Ardian Fanani
Banyuwangi -

Berbagai daerah di Jawa Timur menggelar tradisi khas penuh makna menyambut tahun baru Islam. Di Banyuwangi, ada satu tradisi sakral yang tetap lestari dan dinanti warga, yaitu tradisi baritan, yang digelar setiap malam 1 Muharram atau tahun baru Hijriah.

Ritual ini bukan hanya bagian dari budaya, melainkan simbol spiritualitas dan kekompakan masyarakat. Lalu seperti apa sebenarnya tradisi Baritan? Apa saja prosesi dan makna di baliknya? Berikut ulasan selengkapnya.

Apa Itu Tradisi Baritan?

Baritan adalah ritual tahunan masyarakat Banyuwangi yang dilangsungkan pada malam tahun baru Islam, 1 Muharram. Tradisi ini dilakukan menjelang azan magrib, sebagai momen pergantian tahun, di mana masyarakat berkumpul untuk memanjatkan doa bersama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Inti dari ritual ini adalah memohon keselamatan, dijauhkan dari marabahaya dan bencana yang bisa mengganggu kehidupan warga desa. Setelah doa bersama, warga menyantap makanan khas yang disiapkan secara gotong royong.

Prosesi Tradisi Baritan Banyuwangi

Setiap desa di Banyuwangi mungkin memiliki versi unik dalam menjalankan tradisi baritan. Namun, secara umum, baritan dilaksanakan di pelataran kampung atau halaman rumah warga. Prosesi diawali dengan doa bersama yang dipimpin tokoh adat atau sesepuh desa.

ADVERTISEMENT

Setelah itu, dilakukan pembagian takir, piring dari daun pisang berisi nasi, sambal goreng, tahu, tempe, dan lauk pauk sederhana lainnya. Setiap keluarga membawa sekitar 4-5 takir sesuai jumlah anggota keluarga. Warga duduk bersila mengelilingi makanan tersebut, lalu menyantapnya bersama dalam suasana khidmat dan penuh kebersamaan.

Makna Filosofis Tradisi Baritan

Tradisi Baritan bukan sekadar ritual tahunan, tapi juga wujud syukur kepada Tuhan atas perlindungan-Nya selama ini. Selain itu, momen ini juga menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi, menguatkan gotong royong, dan menjaga harmoni sosial di tengah masyarakat.

Ritual ini juga menjadi refleksi spiritual,yaitu manusia diingatkan akan pentingnya menjaga hubungan dengan Sang Pencipta, sesama, dan alam sekitar. Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan individualis, tradisi baritan menjadi ruang kontemplasi dan kebersamaan yang tak ternilai.

Di tengah derasnya arus globalisasi, pelestarian tradisi seperti baritan menjadi kunci menjaga jati diri budaya lokal. Masyarakat Banyuwangi membuktikan bahwa kearifan lokal tidak hanya diwariskan, tapi dirawat dengan cinta dan rasa hormat. Tradisi baritan bukan hanya milik masa lalu, tetapi warisan hidup yang terus menyatu dengan semangat kebersamaan.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads