Kisah Masjid Jami' Wali Limbung Ngadirejo Temanggung, Konon Sejak Abad 15

Kisah Masjid Jami' Wali Limbung Ngadirejo Temanggung, Konon Sejak Abad 15

Eko Susanto - detikJateng
Selasa, 04 Apr 2023 15:06 WIB
Masjid Jami Wali Limbung di Desa Medari, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Selasa (4/4/2023).
Masjid Jami' Wali Limbung di Desa Medari, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Selasa (4/4/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Temanggung -

Meski sekilas tampak modern, Masjid Jami' Wali Limbung di Desa Medari, Kabupaten Temanggung, ini konon dibangun sejak sekitar abad 15. Berikut kisah tentang masjid kuno yang dinding dan lantainya kini bermarmer.

Masjid Jami' Wali Limbung berada di tepi Jalan Raya Parakan menuju Weleri, tepatnya di Dusun Kauman, Desa Medari, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung.

Dari arah Parakan, masjid ini berada di sisi kiri jalan. Dari Kota Temanggung, perjalanan ke masjid ini sekitar 30 menit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sisi kanan dan kiri masjid ini ada bangunan menara dengan ketinggian sekitar 17 meter. Untuk bangunan masjidnya, ada bagian serambi dengan ketinggian sekitar 1 meter. Kemudian, lantai ruang dalamnya lebih tinggi.

Di dalam masjid ini ada 16 tiang kayu yang masih asli. Ada pula mimbar khotbah dan kayu untuk khotbah yang juga disebut masih asli.

ADVERTISEMENT
Masjid Jami' Wali Limbung di Desa Medari, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Selasa (4/4/2023).Masjid Jami' Wali Limbung, Desa Medari, Ngadirejo, Temanggung, Selasa (4/4/2023). Foto: Eko Susanto/detikJateng

Cerita turun-temurun warga setempat, masjid ini dibangun sekitar abad ke-15. Keberadaan masjid ini sebagai salah satu penanda syiar agama Islam di wilayah Ngadirejo, Temanggung.

"Menurut mbah-mbah dulu, Mbah Wali mendirikan masjid di sini sekitar abad 15. Di masjid sini ada ritual Jumat Pahing," kata Imam Masjid Jami' Wali Limbung, Machzun Chozin saat ditemui detikJateng di rumahnya, Selasa (4/4/2023).

Machzun sudah berusaha mencari tahu siapa sebenarnya Mbah Wali Limbung. "Sepengetahuan saya, itu cerita turun temurun. Ada yang bilang dari Watucongol, namanya Sayyid Abdullah Al Anwas. Terus di makam ada tulisan Sayyid Abdullah Al Kutsi," tuturnya.

"Ceritanya (Mbah Wali Limbung) dari Timur Tengah. Berita yang sahih belum ada, cuma dari mulut ke mulut. Ada yang menceritakan dulu ada dua wali mau membangun masjid di Traji (tetangga desa) dan di sini," jelas Machzun.

"Wali satunya kukuh membangun di Traji, terus Mbah Wali Limbung bangun di sini. Saat itu katanya Mbah Wali bimbang atau limbung bahasa Jawanya. Ada versi seperti itu, terus dikenal Mbah Limbung," sambung dia.

Versi lain, kata Machzun, Mbah Wali berasal dari Tiongkok yang namanya Limhong. Kemudian orang Jawa menyebutnya menjadi Limbung.

"Siapapun namanya yang jelas meninggalkan masjid yang manfaat," ucap Machzun.

Soal 16 tiang kayu di dalam masjid, kata dia, salah satunya pernah diganti karena keropos. Kini tiang kayu tersebut dilapisi bahan anti keropos.

"Ada 16 tiang, yang diganti cuma satu (bagian utara). Ada yang bilang kayu jati, ada yang bilang kayu nangka," ujarnya.

Seingat dia masjid itu sudah direnovasi dua kali, yaitu sebelum tahun 1990-an dan pada tahun 2012-2013.




(dil/apl)


Hide Ads