Ada satu warung makan di Temanggung yang buka sejak zaman penjajahan Jepang dan hingga kini masih buka 24 jam. Menunya khas Jawa. Alamatnya di Jalan Jenderal Sudirman No 102, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung. Tepatnya di Seberang Kantor Telkom Temanggung.
Dari arah Kota Magelang, warung ini berada di sisi kiri jalan. Sesuai umurnya, warung ini bernama Waroeng Jadoel. Pintunya bercat biru, jendelanya penuh tempelan stiker.
![]() |
Memasuki warung ini, pengunjung langsung disambut camilan yang ditata di atas gerobok atau meja kayu serta toples kaca model zaman dulu. Camilannya ada pisang goreng, tempe goreng, tahu susur, bakwan, lumpia, wajik, amplang, kacang goreng, dan jajanan pasar seperti klepon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun menu beratnya meliputi opor ayam, brongkos sapi, tongkol lombok ijo, gudeg, buntil, sayur kubis, dan lainnya. Minumannya ada kopi gula aren, teh panas gula aren, dan lain-lain.
"Sebelum saya lahir, sebelum kemerdekaan, ibu saya sudah jualan. Saya sudah generasi ketiga. Ini (buka) 24 jam," kata Siti Sukastiyah (75), generasi ketiga pemilik Warung Jadoel saat ditemui detikJateng, Sabtu (14/9/2024).
Siti mengatakan, warung ini dulunya buka dari pagi sampai pukul 24.00 WIB. Dulu warung ini tak bernama. Adapun Waroeng Jadoel itu nama pemberian dari para pelanggannya.
"Ini baru 3 tahun buka 24 jam, karena dibantu anaknya. Kalau dulu kan ibu saya sudah sepuh," ujar Siti.
"Menu makanan tidak memakai bumbu masak (instan), sama sekali tidak pakai. Itu menu istimewa," sambung wanita berkebaya itu.
Siti berjualan dibantu delapan orang yang dibagi dalam tiga jadwal kerja, yaitu dari pukul 06.00-15.00 WIB, 15.00-23.00 WIB, dan 23.00 WIB sampai pagi. Siti terkadang ikut melayani pembeli.
Siti bilang, warungnya dulu terbuat dari papan. Kini telah dipugar menjadi tembok.
"Lupa tahun berapa bangunnya (dari papan jadi tembok). Saya jualan sudah mulai 1972-an," kata nenek dari 7 cucu dan 2 cicit itu.
Cerita Masa Penjajahan Jepang, Makan Tak Boleh Tambah
Siti mewarisi warung itu dari kakek yang diturunkan ke orang tuanya. Kelak, warung itu akan dikelola oleh anak Siti.
"Ini bangku sejak zaman Jepang. Dulu (zaman Jepang) kalau ibu saya jualan ditunggui Jepang (tentara) dua bawa bedil. Saya belum ada, hanya diceritain saja. Terus kalau makan nggak boleh tambah, itu peraturan Jepang. Ditunggui di dalam dua (tentara), di luar dua (tentara)," kata Siti mengenang cerita orang tuanya.
Siti mengatakan, Waroeng Jadoel hanya libur saat Lebaran. Liburnya sekitar 10 hari.
"Kalau puasa ramai. Libur kalau ada acara keluarga yang penting. Ya, mesti tutup saat Lebaran," ujar dia.
Salah satu pembeli, Tri Asih (42) datang bersama suaminya Suwanto (50) dari Kudus. Mereka baru sekali itu singgah ke Warung Jadoel.
"Saya penasaran ngajak mampir. Sebenarnya saya orang sini (Temanggung), tapi baru sekali ini mampir pernah mampir," kata Tri.
(dil/dil)