Berdiri megah tepat di Jalan Kembang Kuning, Masjid Rahmat Surabaya merupakan masjid tertua yang memiliki sejarah panjang. Begini tutur cerita awal mula Masjid Rahmat dibangun.
"Jadi dulu pada zaman Majapahit, diawali dari situ karena memang berdirinya di zaman Majapahit," ujar Wakil Pengurus Yayasan Masjid Rahmat, Mansur kepada detikJatim, Kamis, (5/12/2024).
"Itu di sini ada tokoh Hindu yang terkenal, namanya Mbah Wirjo Sarojo, beliau panglima dari Majapahit, yang ditugasi untuk menjaga Ki Bang Kuning, gelarnya itu untuk menjaga Ujung Galuh, sebelum berganti menjadi Surabaya," kata Mansur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu Sunan Ampel yang mempunyai nama asli Raden Rahmat tengah berdakwah di kawasan yang kini menjadi Surabaya. Sebelumnya Raden Rahmat berdakwah di Istana. Tetapi raja belum berkenan karena di istana masih banyak orang Hindu, sehingga dikhawatirkan akan terjadi benturan yang cukup keras.
![]() |
"Akhirnya, Raja memberikan izin untuk berdakwah dengan meminjamkan tanah di Ujung Galuh Utara, yang kini dikenal sebagai Ampel," lanjut Mansur.
Sebelum Raden Rahmat pergi ke Ampel, beliau bertemu dengan Mbah Wirjo Sarojo. Karena keduanya sama-sama berilmu tinggi dan sudah sepuh, mereka saling bertukar pengetahuan tentang agama dan spiritualitas.
"Ternyata, Mbah Wirjo Sarojo lebih tertarik dengan pemahaman spiritual yang dimiliki oleh Raden Rahmat. Akhirnya, Mbah Wirjo Sarojo memutuskan untuk masuk Islam dan menjadi mualaf, yang kemudian diterima oleh Raden Rahmat," urainya.
"Beliau (Raden Rahmat) menekankan bahwa belajar agama pada masa itu bukanlah hal yang main-main, dan dengan kesungguhan, Mbah Wirjo Sarojo akhirnya sungguh-sungguh hingga menguasai berbagai macam ilmu," tambah pria yang juga menjadi penyiar radio di Masjid Rahmat itu.
Mbah Wiro Sarojo sendiri memiliki seorang anak perempuan pertama bernama Karimah. Nama itu diberikan oleh Sunan Ampel ketika Karimah beranjak dewasa.
Pada suatu waktu, Mbah Wiro Sarojo menginginkan agar Raden Rahmat menjadi menantunya, dan alhamdulillah, Raden Rahmat bersedia untuk menikahi Karimah. Karimah pun dinikahi oleh Raden Rahmat.
Raden Rahmat yang melihat ketulusan Mbah Wiro Sarojo dalam berdakwah dan perjuangannya setelah mualaf lalu berniat untuk menempati tanah yang diberikan oleh Raja Brawijaya. Tanah itulah yang dibangun menjadi Langgar Tiban yang menjadi cikal bakal Masjid Rahmat.
"Pada suatu malam, tanpa ada yang tahu, sebuah langgar tiban dibangun di sana. Dan setelah selesai, Raden Rahmat langsung menuju ke Ampel. Jadi waktu itu tidak ada satu pun orang yang tahu soal pembangunan langgar," terang Mansur.
"Mbah Wiro Sarojo terkejut dan bertanya-tanya siapa yang membangun langgar tersebut, hingga akhirnya menyadari bahwa yang membangun adalah Raden Rahmat. Karena itu, Mbah Wiro Sarojo pun menamai masjid tersebut dengan nama Masjid Rahmat," pungkas Mansur.
Artikel ini ditulis oleh Firtian Ramadhani, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom
(irb/iwd)