Bakal Digelar Meriah, Ada yang Beda di Kirab Dugderan Semarang Tahun Ini

Bakal Digelar Meriah, Ada yang Beda di Kirab Dugderan Semarang Tahun Ini

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Jumat, 17 Mar 2023 12:02 WIB
tradisi dugderan di semarang
Kirab tradisi Dugderan Semarang 2019 lalu. (Foto: dok. Angling Adhitya Purbaya/detikJateng)
Semarang -

Kirab budaya Dugderan jelang bulan Ramadan tahun ini bakal digelar meriah setelah beberapa tahun sebelumnya digelar sederhana karena pandemi COVID-19. Akan ada yang beda dari Dugderan sebelumnya, salah satunya karena Wali Kota Semarang kali ini seorang perempuan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Wing Wiyarso mengatakan Dugderan akan digelar dua hari yaitu hari Senin 20 Maret 2023 di Lapangan Pancasila berupa pawai dari para siswa sekolah di Kota Semarang.

"Ada dua terkait Dugderan. Pertama melibatkan anak-anak sekolah pada 20 Maret Senin sore," kata Wing di Kota Lama Semarang, Jumat (17/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puncaknya, Selasa 21 Maret 2023 digelar prosesi kirab Dugderan mulai dari Balai Kota Semarang. Tari-tarian termasuk tarian Warak Ngendhog yang khas bakal ditampilkan di sana. Kemudian kirab dilanjutkan dengan berjalan menuju Masjid Agung Kauman Semarang.

"Selasa tanggal 21 Maret 2023 ada kirab prosesi Dugderan dari Balai Kota ke Alun-Alun Masjid Agung Kauman," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Pertama Kali Bupati Diperankan Perempuan

Jika biasanya yang mengumumkan masuk bulan Ramadan dalam prosesi Dugderan adalah Wali Kota Semarang yang berperan sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat. Untuk pertama kalinya, Wali Kota Semarang adalah perempuan yaitu Hevearita Gunaryanti Rahayu.

"Untuk (peran) Bupati tetap Ibu Wali Kota. Sudah konsultasi dengan Keraton Kasunanan Paku Buwono XIII. Nanti Gelarnya Kanjeng Ratu Nimas Tumenggung Purbo Diningrum. Tetap perankan Adipati pada waktu itu," jelasnya.

Peran Bupati itu nantinya akan melakukan prosesi penyerahan Suhuf Halaqoh dari alim ulama Masjid Kauman kepada Kanjeng Bupati. Suhuf Halaqof itu dibacakan, kemudian dilakukan pemukulan beduk disertai suara petasan meriam.

Dua suara itulah yang menjadi cikal bakal nama acara Dugderan, yaitu 'dug, dug, dug' suara beduk dan 'der, der, der' suara meriam.

Menurut Wing, hal beda lainnya yaitu ketika prosesi di kawasan Masjid Agung Kauman karena Aloon-aloon Semarang sudah jadi. Sehingga diperkirakan akan lebih meriah.

"Dengan adanya Aloon-aloon yang sudah selesai. Kita akan coba kembalikan seperti sejarah ketika Pangeran Adipati Aryo Purbodiningrat pertama kali sampaikan suhuf halaqof kepada masyarakat," ujar Wing.

Prosesi berikutnya yaitu perjalanan ke Masjid Agung Jawa Tengah untuk kembali pembacaan Suhuf Halaqof oleh Gubernur Jawa Tengah.




(aku/ams)


Hide Ads