Sebagian masyarakat di Pekalongan menggelar tradisi nyadran yang dilakukan menjelang Ramadan. Salah satu yang menggelar tradisi nyadran dengan cukup unik adalah masyarakat di Desa Kaibahan, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan.
Di desa itu, tradisi nyadran berlangsung secara turun temurun. Warga mendatangi makam keluarga dan kerabatnya untuk bersih-bersih. Uniknya, mereka juga bertukar makanan di acara yang digelar di permakaman itu.
"Ini di Desa Kaibahan acara sadranan tradisi sesudah sejak lama, turun temurun, sejak saya kecil sudah ada. Kegiatan ini diisi gotong royong (bersih makam) dan doa bersama," kata salah satu warga, Siswanto (42), Minggu (12/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, warga yang merantau pun biasanya akan menyempatkan pulang kampung sebelum bulan Ramadan untuk melakukan acara Nyadran.
"Alhamdulilah, taun ini sudah tidak ada COVID-19. Jadi ramai seperti ini. Banyak warga yang merantau pulang dulu untuk Nyadran, menengok makam leluhur sebelum melakukan ibadah puasa. Para perantau ini akan kembali lagi ke kampung halaman saat mudik lebaran," kata warga yang lain, Cas Kuat (42).
Masing-masing warga yang melakukan acara nyadran ini membawa nasi yang dibungkus daun pisang. Untuk menunya tidak ditentukan. Nasi yang dibungkus itu lantas diletakan di satu titik yang telah disiapkan.
"Nantinya makanan ini, akan diambil lagi secara acak, untuk merasakan masakan masing-masing warga. Sehingga bisa saling merasakan masakan masing-masing rumah warga," tambah Cas Kuat.
Kepala Desa Kaibahan, Sri Puji Erwani mengungkapkan tradisi sadranan di tahun ini memang ditunggu -tinggu watga, karena beberapa tahun sebelumnya terbentur akibat pandemi.
![]() |
"Ini adalah tradisi turun temurun, yang tidak tahu kapan awalnya. Kita teruskan tradisi ini, dengan nilai kebersamaan," ucapnya.
Uniknya, menurut Sri Puji, warga akan membawakan masakan masing-masing untuk dimakan bersama usai membersihkan makam.
"Nilai kebersamaan disini yang kami junjung, sehingga ikatan silaturahmi kian erat bagi warga, meskipun dilakukan dengan cara sederhana," tambahnya.
Kegiatan tersebut akan terus dilakukan untuk menjaga tradisi leluhur.
"Ini kan tradisi warisan leluhur ya. Akan kita jaga dan lestarikan," ungkapnya.
Usai melakukan doa bersama, warga mulai mengambil gunungan nasi yang dibungkus daun pisang itu. Ada beberapa yang langsung menyantapnya di tempat. Ada pula yang memilih untuk membawa pulang.
(ahr/ahr)