Sejarah Grebeg Sudiro, Simbol Akulturasi Budaya Jawa-China di Solo

Sejarah Grebeg Sudiro, Simbol Akulturasi Budaya Jawa-China di Solo

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Sabtu, 14 Jan 2023 17:58 WIB
Suasana di depan Pasar Gede Solo selama berlangsungnya acara Grebeg Sudiro, Jumat (13/1/2023) malam.
Suasana di depan Pasar Gede Solo selama berlangsungnya acara Grebeg Sudiro, Jumat (13/1/2023) malam. Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng
Solo -

Grebeg Sudiro diselenggarakan tiap perayaan tahun baru Imlek di Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Solo. Ada makna mendalam di balik event tahunan Pemerintah Kota Solo itu.

Sudiroprajan dahulu dikenal sebagai kampung Pecinan terbesar di Kota Solo. Akulturasi kebudayaan China dan Jawa terjadi di Kelurahan Sudiroprajan berlangsung sejak lama dan terjadi secara alami.

Salah satu tokoh masyarakat Sudiroprajan, Paula Yati (58) mengatakan seiring berjalannya waktu, terjadi interaksi, perkawinan, hingga akulturasi budaya antara etnis Tionghoa dengan Jawa di kampung itu. Contohnya, barongsai dan Kung Fu yang dimainkan oleh orang Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudiroprajan merupakan kampung pecinan yang notabene banyak Chinanya. Dulu ada keluarga Arab juga, tapi sekarang sudah tidak ada. Lalu terjalinlah hubungan yang sangat harmonis, hingga ada perkawinan China-Jawa," kata Yati saat ditemui detikJateng, Jumat (13/1/2023).

Di masa kini, warga Kelurahan Sudiroprajan mengadakan acara yang melambangkan akulturasi budaya itu. Acara itu kemudian disebut Grebeg Sudiro, sejak tahun 2007. Penyelenggaraan acara ini sengaja dipilih tiap tahun baru Imlek. Misinya demi semakin menguatkan pesan keharmonisan.

ADVERTISEMENT

Selain etnis Jawa dan China, warga Sudiroprajan juga terdiri dari berbagai pemeluk agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Semua warganya hidup harmonis.

"Dulu acaranya tidak sebesar ini, hanya tingkat kampung saja. Lalu pada tahun 2008 kita kerjasama dengan kelenteng, dan acara semakin besar dari tahun ke tahun," ucap Yati, yang menjabat sebagai seksi Daya Tarik Wisata Pokdarwis Kelurahan Sudiroprajan.

Grebeg Sudiro diawali dengan acara Umbul Mantram atau kirab mengelilingi Kelurahan Sudiroprajan hingga Pasar Gede.

"Umbul Mantram sebagai wujud doa dan rasa syukur warga Sudiroprajan atas karunia Tuhan YME atas rezeki, kesuburan, dan kebaikan yang telah diberikan kepada manusia," ujarnya.

Tahun ini Grebeg Sudiro diselenggarakan pada tanggal 10-30 Januari. Sederet rangkaian acara telah disiapkan. Berbagai stand UMKM dan PKL pun meramaikan sepanjang Jalan Jenderal Urip Sumoharjo.

Dari kawasan Balai Kota hingga Pasar Gede telah dipasang banyak lampion dan berbagai patung hewan yang menandakan shio. Puncak Grebeg Sudiro akan dilaksanakan pada Minggu (15/1). Ada 4.000 kue keranjang yang akan dikirab dan dibagikan kepada masyarakat.

"Grebeg Sudiro memang kental dengan budaya, yang akan terfokus pada tanggal 15. Ada pertunjukan budaya, baik budaya nusantara maupun China," kata Yati.




(dil/dil)


Hide Ads