Pernikahan Erina Sofia Gudono dan Kaesang Pangarep merupakan pernikahan pertama di keluarga calon mempelai perempuan. Keluarga Erina disebut akan menggelar tradisi bubak kawah. Upacara apa itu?
Hal ini disampaikan pihak wedding organizer pernikahan Kaesang dan Erina, dr Wigung Wratsangka. Wigung menjelaskan adat bubak kawah ini digelar usai akad nikah.
"Kemudian bubak kawah karena menantu pertama, kemudian tompo koyo menaburkan benih-benih ke pangkuan istri, upacara dhahar klimah (yang makan manten putri). Lalu besan dateng, methuk besan Pak Jokowi dihadirkan, duduk, lalu sungkeman, selesai," ujar Wigung saat dihubungi detikJateng via telepon, Selasa (6/12/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu apa itu prosesi bubak kawah? Berikut penjelasannya.
Pengertian Bubak Kawah
Salah satu jurnal yang membahas tentang Bubak Kawah ditulis Dewi Ayu Wisnu Wardani. Judulnya 'Bentuk, Fungsi dan Makna Upacara Bubak Kawah dalam Rangkaian Perkawinan di Dusun Kedungbiru, Desa Balong, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar'. Hasil penelitian itu ditayangkan dalam jurnal Widya Aksara XX No 2 Tahun 2016.
Upacara Bubak Kawah penting dilakukan para orang tua karena upacara ini bertujuan agar calon orang tua dan anaknya hidup selamat, bahagia, dan si anak menjadi anak suputra. Bubak Kawah berarti mbukak (membuka), kawah artinya adalah air yang keluar sebelum kelahiran bayi, makna Bubak Kawah yaitu membuka jalan mantu atau mantu yang pertama (Poerwadarminta 1939:51, Sudaryanto & Pranowo 2001:123).
Mengutip Suwarna Pringgawidagda, bubak kawah adalah upacara adat yang dilaksanakan ketika orang tua mantu pertama, khusus untuk pengantin jaka lara (perjaka-gadis) pada mantu yang pertama (tidak harus mantu anak sulung).
Upacara Bubak Kawah bertujuan agar pengantin diberikan kekuatan, kesegaran jasmani dan rohani, ayem tentrem dan dengan harapan agar pengantin dikaruniai anak.
Upacara ini disimbolkan dengan rujak degan yang disajikan dan menunjukkan kepada kerabat tamu bahwa ini perhelatan mantu yang pertama. Rujak degan ini menggambarkan tanggung jawab orang tua terhadap putrinya, walaupun susah payah untuk melaksanakan perhelatan tetapi badan dan pikiran tetap segar bugar.
Sesaji Bubak Kawah
Dalam jurnal tersebut dicontohkan sesaji yang digunakan dalam upacara Bubak Kawah di Dusun Kedungbiru, Desa Balong, Kecamatan Jenawi, Karanganyar. Di antaranya pisang raja, jajan pasar, mori, tumpeng, kemenyan, kain sidoluhur, tikar.
Ada pula dua Gendhaga yaitu Gendhaga Mulya dan Gendhaga Kencana. Gendhaga Mulya berupa biji kacang, kedelai, biji pari, jagung, koro, gandu, dan semua bii, gembili, atau polo mendem.
Makna Sesaji dalam Bubak Kawah
Semua sesaji yang digunakan dalam upacara Bubak Kawah mengandung beragam makna. Beriikut penjelasannya:
1. Gendhaga Kencana melambangkan jagad alit (dunia kecil) dan Gendhaga Mulyo yaitu melambangkan jagad ageng (alam semesta).
2. Jajan pasar terdiri dari beragam jenis snek yang dijual di pasar. Maknanya, di dalam kehidupan dunia disadari tidak dapat mencukupi kebutuhan mereka dengan hasil dari dalam lingkungan sendiri, melainkan memerlukan bahan tambahan pihak lain dari luar lingkungan mereka. Dari hasil hubungan dengan masyarakat di luar lingkungan yang dapat dibeli berkat jerih payah memetik hasil bumi, mereka menganggap perlu mempersembahkan pada danyang agar kesuburan tanah tempat mereka petik biasanya makanan yang dijual di pasar untuk dipersembahkan sebagai sesaji kepada danyang agar terjaga kesejahteraan hidupnya.
Selengkapnya di halaman berikutnya
3. Pisang Raja melambangkan sifat seorang raja dengan harapan menjadi pemimpin warga masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan hidup yang adil dan makmur.
4. Tumpeng mengandung maksud suatu harapan agar kelak semua yang dicita-citakan dapat tercapai atau berhasil. Tumpeng dimaknai sebagai simbol gunung. Dengan sesaji tumpeng diharapkan doa-doa itu benar ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan manisfestasi-Nya.
5. Gorengan berupa tahu, tempe, perkedel, telur, kerupuk, peyek, dan lainnya melambangkan kenikmatan yang dipersembahkan kepada alam dan danyang agar kenikmatan hidup manusia selalu menyertainya.
6. Telur melambangkan suatu benih yang suci untuk keselamatan.
7. Polo pendem melambangkan kemakmuran dengan harapan dapat hidup makmur. Polo pendem juga merupakan ungkapan syukur kepada alam semesta atas segala karunia dan anugerahnya.
8. Kembang telon merupakan bunga yang terdiri dari mawar, kantil, dan kenanga. Kembang telon ini menyimbolkan pepunden dan sarana tolak bala.
9. Kembang setaman sebagai rasa penghoramatan terhadap kekuasaan Tuhan yang telah memberi keselamatan bagi penduduk setempat.
10. Cengkaruk gempol melambangkan adanya leluhur yang selalu melindungi keluarga.
11. Kemenyan merupakan media untuk menghubungkan manusia dengan dunia gaib. Asap yang dihasilkan dari kemenyan yang dibakar merupakan media yang akan menghantarkan doa-doa sampai kepada tujuan. Asepan juga simbol dan perwujudan rasa pembasmi segala kejahatan, sehingga upacara Bubak Kawah berjalan aman dan selamat.
12. Kain Sidoluhur (Wahyu Tumurun) bermakna agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mendapat petunjuk dan perlindungan dari-Nya.
13. Mori merupakan lambang kesucian.
14. Buah-buahan.
15. Tikar
16. Dua biji kelapa hijau yang dilubangi atasnya.
(ams/dil)