Mengenang Reformasi 21 Mei, Apa yang Terjadi Saat Itu?

Mengenang Reformasi 21 Mei, Apa yang Terjadi Saat Itu?

Mira Rachmalia - detikJatim
Rabu, 21 Mei 2025 04:00 WIB
Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran di Istana Merdeka, 21 Mei 1998
Pidato pengunduran diri Soeharto. Foto: Getty Images/detikcom
Surabaya -

Tanggal 21 Mei diperingati sebagai hari reformasi nasional. Pada tanggal itu, 27 tahun yang lalu presiden kedua Indonesia, Soeharto mengundurkan diri setelah berkuasa selama 32 tahun. Tanggal ini menandai berakhirnya masa Orde Baru, dan dimulainya masa baru yakni Reformasi.

Berbagai peristiwa seperti aksi penjarahan, kerusuhan, insiden yang terjadi saat masa ini menorehkan catatan kelam pada perjalanan sejarah Indonesia. Agar dapat memahami secara utuh, berikut penjelasan tentang reformasi 20 Mei 1998.

Sejarah Peristiwa Mei 1998

Bibit-bibit reformasi terjadi sejak beberapa tahun sebelumnya. Namun, masa perjuangan reformasi berlangsung pada 10 Mei hingga 21 Mei 1998. Berbagai faktor mendorong terjadinya reformasi, salah satunya adalah merebaknya Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reformasi 1998 menjadi tonggak sejarah penting dalam perjalanan bangsa Indonesia. Gerakan ini tidak terjadi dalam satu malam, tetapi mencapai puncaknya pada pertengahan Mei 1998.

Diwarnai gelombang unjuk rasa, aksi mahasiswa, kerusuhan massal, hingga akhirnya pengunduran diri Presiden Soeharto, berikut adalah kronologi peristiwa-peristiwa penting pada masa krusial tersebut.

ADVERTISEMENT

10 Mei 1998

Kemarahan publik memuncak usai pengumuman hasil Pemilu yang dianggap tidak adil. Pada 10 Mei, Presiden Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan VIII. Namun, susunan kabinet tersebut dianggap sarat praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, sehingga menimbulkan gelombang kekecewaan dan menambah panas situasi politik.

11-12 Mei 1998

Amien Rais, tokoh reformasi, menyerukan pembentukan Majelis Kepemimpinan Rakyat sebagai wadah tokoh-tokoh masyarakat untuk mendorong reformasi damai. Namun, situasi berubah drastis pada 12 Mei saat aksi damai mahasiswa Universitas Trisakti dibalas tembakan aparat. Empat mahasiswa gugur, yaitu Elang Mulya Lesmana, Hafidhin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie. Tragedi ini menjadi pemicu kemarahan nasional.

13-14 Mei 1998: Kerusuhan Massal dan Penjarahan

Tragedi Trisakti memicu kerusuhan besar di Jakarta dan sekitarnya. Toko-toko dibakar, pusat perbelanjaan dijarah, dan ribuan orang tewas akibat kebakaran. Sementara itu, Presiden Soeharto berada di Kairo menghadiri KTT G-15, membuat rakyat merasa ditinggalkan di tengah krisis.

15-18 Mei 1998: Desakan Mundur Menguat

Setelah kembali ke Jakarta, Presiden Soeharto menghadapi situasi genting. Ketua DPR/MPR RI Harmoko secara resmi meminta agar presiden mundur. Aksi mahasiswa makin besar dan berhasil masuk Gedung DPR/MPR.

Pimpinan legislatif bahkan menyatakan dukungan terhadap pengunduran diri presiden. Namun, ABRI menyatakan hal itu sebagai pendapat pribadi, bukan lembaga.

19-20 Mei 1998: Istana Dikepung Tekanan

Ribuan mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR, sementara tokoh nasional termasuk ulama, budayawan, dan intelektual berdialog dengan Soeharto. Gagal membentuk Komite Reformasi karena mayoritas menteri menolak bergabung, Soeharto kehilangan dukungan dari lingkaran terdekatnya.

21 Mei 1998: Soeharto Mengundurkan Diri

Pada pagi hari 21 Mei 1998, Presiden Soeharto akhirnya menyampaikan pidato pengunduran dirinya secara resmi. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden BJ Habibie sesuai Pasal 8 UUD 1945. Peristiwa ini menandai berakhirnya Orde Baru setelah 32 tahun berkuasa, sekaligus membuka era baru dalam sejarah Indonesia, yaitu Era Reformasi.

Rangkaian peristiwa Reformasi 1998 adalah bukti bahwa suara rakyat, terutama dari generasi muda dan mahasiswa, mampu membawa perubahan besar. Semoga semangat reformasi untuk membawa perubahan yang lebih baik masih menular hingga saat ini.




(ihc/irb)


Hide Ads