Cerita Soal Dariah, Penari Lengger Lanang Legendaris Asal Banyumas

Cerita Soal Dariah, Penari Lengger Lanang Legendaris Asal Banyumas

Jauh Hari Wawan S - detikJateng
Sabtu, 12 Nov 2022 07:30 WIB
Mendiang Dariah, penari lengger lanang legendaris asal Banyumas.
Mendiang Dariah, penari lengger lanang legendaris asal Banyumas. Foto: Dok Pribadi Didik Nini Thowok
Yogyakarta -

Berbicara mengenai kesenian lengger lanang Banyumas sulit dipisahkan dengan sosok mendiang Dariah. Seniman lengger lanang itu eksis menjadi penari sejak sebelum era kemerdekaan hingga beberapa saat sebelum dia meninggal pada 2018 silam.

Dariah memiliki nama asli Sadam. Dia lahir sekitar tahun 1928. Sejak kecil, seniman yang berkampung halaman di Desa Somakaton, Kecamatan Somagede, Banyumas ini memang suka menari dan menyanyikan tembang Jawa.

Kehidupannya sebagai lengger lanang dimulai saat dia tiba-tiba merasa seperti dituntun pada malam hari. Dia terus berjalan hingga tiba di sebuah pemakaman. Ditempat tersebut dia tinggal selama berhari-hari dan kerasukan indang lengger.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia pun akhirnya pulang ke rumahnya dan menceritakan pengalaman spiritual itu ke warga dan keluarganya. Sejak saat itu dia dikenal sebagai seorang lengger lanang.

Selama hidupnya, Mbok Dariah, demikian sebutan namanya, menjadi seorang penari lengger lanang yang melegenda.

ADVERTISEMENT

Maestro tari Indonesia Didik Nini Thowok pun sempat mendokumentasikan Mbok Dariah. Itu dilakukan setelah memberikan presentasi di Amerika tentang Lengger Lanang yang merupakan 'cross gender' di masyarakat.

"Saya kepingin mendokumentasikan Mbok Dariah, itu Mbok Dariah masih awal-awal. Saya ajak Mbok Dariah untuk pertunjukan bersama-sama berkolaborasi di Pantai Widoropayung itu ada Padepokan Payung Agung," kata Didik saat dihubungi detikJateng, Senin (7/11/2022).

Totalitas. Itu kesan yang dia terima waktu pertama kali bertemu Mbok Dariah. Sebagai seniman cross gender Dariah tak butuh pengakuan dan hanya mengalir, alamiah.

"Mbok Dariah orangnya sederhana, bersahaja dan alami saja. Beliau itu kan istilahnya alami saja itu, tidak butuh diakui, ya mengalir saja menuruti naluri dia sehingga dia sebagai seniman cross gender itu total," ucapnya.

"Dia sosok laki-laki tapi kanggonan (ketempatan) indang itu terus perempuan yang ada di dalam, ya terus ora (tidak) kawin. Dia nglakoni atau menjalankan kehidupan sesuai dengan kodratnya, kodratnya seperti itu ya mengalir saja," imbuhnya.

Diketahui, Kesenian lengger lanang khas Banyumas masih tetap bertahan hingga ratusan tahun. Kesenian lintas gender ini sudah tercatat dalam Serat Centhini yang ditulis ratusan tahun silam.

Tarian ini berbeda dengan lengger pada umumnya yang dibawakan oleh penari wanita. Dalam kesenian lengger lanang, penarinya adalah seorang pria yang membawakan gerak dan berpakaian seperti seorang wanita.




(ahr/dil)


Hide Ads