Gambyong Mejeng di Uang Baru Goceng, Dulunya Tarian Erotis?

Gambyong Mejeng di Uang Baru Goceng, Dulunya Tarian Erotis?

Tim detikJateng - detikJateng
Kamis, 18 Agu 2022 13:59 WIB
Pentas tari Gambyong diikuti 5.035 penari putri di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Minggu (29/4/2018).
Pentas tari Gambyong diikuti 5.035 penari putri di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Minggu (29/4/2018). Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom
Solo -

Pemerintah dan Bank Indonesia mengeluarkan sejumlah uang baru rupiah kertas emisi 2022. Peluncuran uang baru itu dilakukan bersamaan dengan momen HUT ke-77 RI.

Salah satu uang baru emisi 2022 itu adalah pecahan Rp 5.000 atau yang biasa mendapat sebutan uang goceng.

Uang kertas dengan ukuran 131 milimeter X 65 milimeter itu dominan warna cokelat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di bagian depan uang tersebut ada gambar sosok pahlawan Idham Chalid. Sedangkan di bagian belakang terdapat gambar Gunung Bromo, bunga sedap malam, dan penari gambyong.

Sejarah Tari Gambyong

Tari Gambyong merupakan salah satu kesenian terkenal dari Jawa Tengah. Tarian yang dibawakan oleh penari wanita ini lahir di Kota Surakarta atau yang dikenal dengan sebutan Kota Solo.

ADVERTISEMENT

Di masyarakat Jawa, gambyong biasa ditarikan untuk sambutan selamat datang, upacara, maupun hiburan.

Di buku berjudul Sejarah Tari Gambyong Seni Rakyat Menuju Istana, Sri Rochana Widyastutieningrum menulis tari gambyong pada mulanya merupakan tari tledhek atau tayub yang berkembang di lingkungan rakyat. Kemudian tari ini akhirnya berkembang menjadi tarian di keraton.

Bentuk pertunjukan tari tledhek adalah menampilkan penari dengan menyanyi. Hal itu membuat pada masa lalu tarian ini banyak ditarikan oleh pada sindhen yang bersuara merdu.

Uang rupiah baruUang rupiah baru Foto: Dok. Bank Indonesia

Pada masa Paku Buwana IV (1788-1820), terdapat seorang penari tledhek yang sangat terkenal bernama Mas Ajeng Gambyong. Sri Rochana menduga nama penari itu menjadi dasar penamaan tarian rakyat yang akhirnya berkembang di keraton itu.

Adapun di era Paku Buwana IX (1861-1893) tari gambyong semakin diperhalus. Penggarapan tari gambyong ini disesuaikan dengan garap tarian keraton yang lebih halus.

Selama ini tarian tledhek sering dinilai sebagai tarian yang erotis. Ada beberapa gerakan yang menggoda seperti memperlihatkan betis, mengguncangkan payudara, serta mengerlingkan mata. Di tari gambyong ini gerakan-gerakan tersebut ditiadakan.

Perkembangan Tari Gambyong

Di akhir Abad XIX, tari gambyong semakin berkembang. Tidak hanya di Keraton Surakarta, tarian ini juga berkembang di Pura Mangkunegaran.

Di Mangkunegaran tari gambyong ini digarap ulang sehingga memiliki bentuk yang berbeda dengan aslinya dan dinamakan gambyong pareanom. Bentuk tarian ini disusun berdasarkan tari srimpi, golek dan gambyong.

Selanjutnya, tari gambyong masih terus berkembang hingga saat ini. Ada beberapa jenis tari gambyong yang ada saat ini, seperti gambyong pareanom, gambyong pangkur, gambyong gambirsawit, gambyong padhasih dan sebagainya.




(ahr/dil)


Hide Ads