Melihat Jamasan Kitab Daun Lontar Kuno Setiap 1 Suro di Kulon Progo

Melihat Jamasan Kitab Daun Lontar Kuno Setiap 1 Suro di Kulon Progo

Jalu Rahman Dewantara - detikJateng
Sabtu, 30 Jul 2022 18:28 WIB
Jamasan kitab lontar Kalimosodo di Kulon Progo, Sabtu (30/7/2022).
Jamasan kitab lontar Kalimosodo di Kulon Progo, Sabtu (30/7/2022). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng
Kulon Progo -

Meredanya pandemi COVID-19 membuat masyarakat semakin leluasa menjalankan tradisi untuk memperingati tahun baru Islam 1 Muharam atau 1 Suro sesuai penanggalan Jawa. Salah satunya seperti jamasan kitab daun lontar kuno di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Prosesi jamasan atau penyucian kitab itu dilakukan oleh Trah Mangun Sendjoyo yang berpusat di Dusun Klebakan, Kalurahan Salamrejo, Kapanewon Sentolo, Kulon Progo. Kitab lontar Kalimosodo sendiri telah berusia ratusan tahun dan merupakan pemberian dari Keraton Jogja kepada trah ini.

Sebelum masuk 1 Suro, kitab berisi aksara Jawa ini tidak boleh keluar dari ruang penyimpanan di rumah utama Trah Mangun Sendjoyo. Ini sesuai dengan wasiat nenek moyang trah tersebut secara turun-temurun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun kitab berukuran panjang 40 sentimeter dan lebar 5 sentimeter ini hanya dapat dikeluarkan dan dilihat setahun sekali setiap 1 Suro untuk dijamasi. Proses penyucian dilakukan secara bergiliran oleh setiap anggota trah yang datang.

Salah satu anggota Trah Mangun Sendjoyo, Anna Gunanto, mengatakan kitab ini berisi tentang tuntunan agar masyarakat senantiasa menjalankan syariat Islam. Selain itu juga petuah-petuah zaman dulu agar masyarakat selalu memegang teguh kesantunan khas Jawa.

ADVERTISEMENT

"Itu sebetulnya cuma pesan petuah-petuah dari nenek moyang dahulu, petuah-petuah yang sesuai ajaran Islam, petuah-petuah sesuai istilahnya orang zaman dahulu gimana, tindak tanduk langkah sopan santun atau kehidupan seperti itu. Yang kami ketahui seperti itu," ucap Anna saat ditemui di sela-sela prosesi jamasan, Sabtu (30/7/2022).

Jamasan kitab lontar Kalimosodo di Kulon Progo, Sabtu (30/7/2022).Jamasan kitab lontar Kalimosodo di Kulon Progo, Sabtu (30/7/2022). Foto: Jalu Rahman Dewantara/detikJateng

Terkait asal-usul, kitab ini merupakan hadiah dari Sultan Agung kepada Kyai Jlegong Kethok karena berhasil mengusir Belanda dari tanah Kulon Progo. Karena suatu hal salah satu abdi dalem Keraton Jogja ini meninggal dengan cara dipisah antara badan dan kepalanya, sehingga semua harta diserahkan kepada adiknya bernama Panji Darmo Gathi yang merupakan leluhur dari Mangun Sendjoyo. Kitab ini bertuliskan aksara Jawa kuno sehingga tak satu pun penerusnya dapat membaca semua tulisan yang ada di dalamnya.

Pada awalnya, proses jamasan kitab kuno ini berlangsung tertutup dan hanya keluarga trah Mangun Sendjoyo saja yang mengetahuinya. Namun berjalannya waktu, keluarga membuka diri kepada pihak lain untuk ikut serta dalam proses ini. Ini juga bertujuan agar pihak-pihak lain yang berkompeten bisa membantu menerjemahkan isi kitab daun lontar ini secara utuh karena keterbatasan pengetahuan akan aksara Jawa kuno.

"Harapan ke depan ini tetap ngremboko, tetap bisa lebih diperkenalkan lagi ke khalayak ramai karena kan dari dulu sebetulnya ini baru lingkup keluarga saja, terus tahun ke tahun pada tahu dan mengerti masyarakat, kebetulan ini banyak tamu undangan lain jadi harapan ke depan ini bisa lebih diperkenalkan lagi ke dunia," ujar Anna.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Sementara itu Lurah Salamrejo, Dani Pristiawan, mengatakan jamasan kitab kalimosodo ini merupakan agenda tahunan. Pada tahun ini penyelengaraan kegiatan bisa lebih longgar seiring dengan meredanya pandemi COVID-19.

"Jamasan Kitab Jamus Kalimosodo yang dilaksanakan di keluarga Mbah Mangun Sendjoyo ini tetap dilaksanakan setiap tahun, walaupun kemarin pandemi jadi dibatasi. Nah sekarang kayaknya sudah mereda walaupun belum hilang sepenuhnya tetap kami mengadakan khususnya untuk mendukung keluarga," jelasnya.

Dani menjelaskan salah satu hal yang membuat proses jamasan ini mendapat dukungan pemerintah kalurahan yakni karena keistimewaan kitab itu sendiri. Salah satu keunikannya, karena tulisan aksara Jawa itu tetap bisa terlihat meski sudah berusia ratusan tahun, terlebih bahannya dari daun lontar.

"Istimewanya ya kita enggak kebayang nggih waktu kita SD dulu ada sebuah tulisan yang ditulis di atas daun lontar nah ini tulisan Jawa ditulis dalam di atas daun lontar. Nah ini tulisan Jawa ditulis di sini masih bisa kita baca, masih bisa kita lihat sehingga ini menjadi istimewa yang ada di Salamrejo ini," ucapnya.

Tak hanya itu, ada keunikan lain dari kitab kuno ini. Di mana jumlah halaman tak pernah sama setiap tahunnya, mulai dari 60 hingga 76 halaman. Pada jamasan 2020 lalu misalnya, tercatat ada 65 halaman, kemudian pada 2021 hanya sebanyak 59 lembar dengan warna rangka lebih gelap.

Halaman 2 dari 2
(rih/rih)


Hide Ads