Museum Affandi menggelar pameran bertajuk 'Potret Malam Affandi' untuk memperingati Haul (peringatan kematian) ke-32 sang maestro seni lukis. Pameran ini melibatkan perupa kontemporer ternama hingga pembuat mural dan grafiti, serta menggunakan dua lokasi berbeda.
Satu dari dua kurator pameran Mikke Susanto menjelaskan pameran tersebut menyajikan lebih dari 100 materi/judul arsip dari tahun 1940 hingga 2000. Di mana arsip-arsip tersebut milik Dicti Art Laboratory dan Museum Affandi.
"Jenis arsip yang disajikan adalah kliping media massa, foto, katalog, buku dan sejumlah materi lainnya. Dari keseluruhan materi ini diklasifikasikan dalam 7 bagian/zona yang dipresentasikan dalam ruang pamer," katanya kepada wartawan di Museum Affandi, Jalan Laksda Adisucipto 167 Kapanewon Depok, Sleman, Kamis (14/7/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mikke mengatakan konsep umum pameran adalah melihat atau mengenal sejauh mana Affandi di ranah seni maupun di bidang kebudayaan secara umum. Untuk itu pameran ini menggunakan pendekatan pameran retrospeksi.
"Pameran ini menggunakan pendekatan pameran retrospeksi, artinya pameran kilas baik yang mengemukakan atau menyajikan karya-karya beliau dari yang lama, kemudian juga ada arsip-arsip yang disajikan bersamaan," ucapnya.
![]() |
Selain menampilkan karya-karya sang maestro, Mikke menyebut ada puluhan partisipan yang ikut serta dalam pameran tersebut. Partisipan sendiri meliputi perupa kontemporer hingga pembuat mural hingga grafiti.
"Pameran ini didukung juga oleh para perupa, kami mengundang 9 perupa kontemporer Indonesia dan 22 muralis atau pemural dan pembuatan grafitti di Jogja. Sehingga total ada 31 partisipasipan di luar Affandi," ujarnya.
Adapun untuk partisipan dari perupa kontemporer seperti Agan Harahap, Angki Purbandono, Digie Sigit, I Gusti Ketut Alit Arya Putra (SDI), I Gusti Ngurah Tri Marutama (SDI), Ivan Bestari, Jogjakarta Video Mapping Project (JVMP), Kleting Titis Wigati dan Nasirun.
Sedangkan untuk partisipan mural dan grafiti seperti Adit Doodleman, Alodia Yap, Badsyaw, Birdpeace, Claudiadella, Cutnotslices, Digie Sigit, Ipeh Nur, Ismu Ismoyo, Kotrek, Koznotdeath, LoveHateLove, Media Legal, Minas, Pangestumu, Rune, Setsu, Sockai, Vendy Methodos, Wimbo Praharso, Zarinka Soiko dan Zent Prozent.
"Sejumlah 9 perupa kontemporer serta 22 pemural dan Grafiti yang berasal dari wilayah Yogyakarta dan sekitarnya melakukan ekplorasi berbagai kisah, pikiran, dan karya Affandi yang disajikan dalam beragam medium. Dalam pameran tersaji karya lukisan, tekstil, patung instalasi, seni kaca, seni media baru dan tentu saja mural," katanya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya..
Sedangkan untuk konsep umum partisipan tersebut adalah merespon berbagai macam gejala, fenomena, maupun sejarah dan proses maupun karya-karya Affandi. Sehingga dari hal tersebut terbagi menjadi 7 zonasi atau 7 malam.
"Tujuh malam yang terkait dengan kehidupan Affandi. Kenapa malam? Karena malam itu bukan sekadar belahan bumi yang tidak terkena sinar, tetapi malam itu tempat di mana banyak orang merenung, banyak merespon berbagai macam hal dengan cara berfikir, berdiam. Tidak seperti siang hari yang banyak dengan kegiatan fisik," ucapnya
"Nah, di sini kita memberikan satu nuansa baru terhadap pameran-pameran Affandi selama ini. Dan 7 zonasi itu untuk menandai berbagai macam hal yang terkait dengan Affandi," lanjut Mikke.
Selain mengambil lokasi di Museum Affandi, Mikke mengungkapkan pameran tersebut akan menggunakan jalan Affandi. Di jalan tersebut 22 pembuat mural dan grafiti akan membuat karya.
"Sedangkan yang 22 muralis dan graffiti untuk bisa dilakukan di Jalan Affandi. Tujuannya agar Jalan Affandi tidak jadi jalan politik, jalan budaya gitu lho," katanya.
Apalagi, dahulu Affandi pernah membuat mural dengan ukuran besar di Hawaii. Untuk itu pihaknya melibatkan pelaku mural dan grafiti dalam pameran tersebut.
"Jadi spacenya ada dua, di galeri dan di Jalan Affandi. Nanti melalui foto dan video yang ada di jalan Affandi itu kami sajikan di galeri juga. Kalau tidak salah ada 13 titik (karya di jalan Affandi), nanti bisa dilihat tandanya potret malam Affandi," imbuh Mikke.
Pameran ini dimulai 15 Juli hingga 11 September dengan jam buka pameran pukul 09.00 WIB-16.00 WIB untuk hari Senin-Sabtu. Sedangkan hari Jumat dan Sabtu mulai pukul 18.00 WIB-22.00 WIB.
Sedangkan untuk harga tiket masuk Museum Affandi, pengunjung asing cukup merogoh kocek Rp 75 ribu, pengunjung domestik Rp 35 ribu, pelajar domestik Rp 25 ribu dan pelajar asing Rp 35 ribu.
"Harapan penting dari pameran ini tidak hanya sebagai sarana edukasi entertainment, atau ruang ber-selfie ria dengan karya dan tinggalan Affandi dan para perupa masa kini. Lebih dari hal tersebut, pameran ini menawarkan gagasan lebih lanjut untuk membuka jalan lebih luas tentang siapa sang waskita, sang grand-maestro yang selama ini kita miliki," ujarnya.