Mengenal Rurabasa, Kalimat Salah Kaprah dalam Bahasa Jawa

Mengenal Rurabasa, Kalimat Salah Kaprah dalam Bahasa Jawa

Tim detikJateng - detikJateng
Selasa, 12 Jul 2022 03:00 WIB
Ariva Syiva’a, seorang mahasiswa UNS penggagas program belajar bahasa jawa
Ilustrasi huruf jawa. Foto: Humas UNS
Solo -

Selama ini kita sering mendengar imbauan untuk menggunakan bahasa secara baik dan benar. Sebab, bahasa dianggap sebagai sebuah jati diri dan identitas yang harus selalu dijaga.

Namun, ada yang berbeda dalam tradisi penggunaan Bahasa Jawa. Dalam khasanah penggunaan Bahasa Jawa dikenal sebuah istilah rurabasa. Apakah rurabasa itu?

Dikutip dari surakarta.go.id, rurabasa berasal dari dua kata, yaitu rura yang berarti rusak dan basa yang berarti bahasa. Sehingga, rurabasa bisa diartikan sebagai bahasa yang rusak atau salah kaprah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uniknya, bahasa yang salah kaprah ini tetap digunakan dan dianggap lazim. Bukan hanya itu, istilah-istilah dalam rurabasa justru menjadi aneh saat diucapkan dengan kaidah yang benar.

Berikut ini beberapa contoh rurabasa yang sering digunakan di tengah masyarakat:

ADVERTISEMENT

1. Mbuntel Tempe (Membungkus Tempe)

Istilah ini merujuk pada aktivitas yang sering dilakukan oleh produsen tempe. Salah satu tahapan yang dilakukan adalah mbuntel tempe (membungkus tempe).

Seharusnya, lebih tepat saat aktivitas itu disebutkan dengan istilah mbuntel dele (membungkus kedelai). Namun istilah itu justru akan dianggap tidak lazim.

2. Nggodhog Wedang (Merebus minuman)

Istilah nggodhog wedang ini sudah sangat lazim diucapkan oleh masyarakat di Jawa.

Memang ada sebagian kecil yang menggunakan istilah yang lebih tepat yaitu nggodhog banyu (merebus air), namun justru dianggap tidak lazim.

3. Menek klapa (Memanjat Kelapa)

Istilah ini sebenarnya lebih tepat jika diucapkan dengan menek wit klapa (memanjat pohon kelapa). Namun, justru terasa berbelit-belit dan terdengar kurang lazim sehingga sulit diterima masyarakat.

Demikian tadi contoh-contoh penggunaan rurabasa dalam Bahasa Jawa. Meski salah kaprah, istilah itu tetap berkembang dan menjadi salah satu bagian dari khasanah Bahasa Jawa yang perlu untuk dilestarikan.

Kamu punya contoh lain? Tulis di kolom komentar ya...!




(ahr/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads