Bisnis antar jemput (anjem) tengah merebak di kalangan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Banyak suka duka dan pengalaman unik yang dirasakan para penyedia jasa ini.
Salah satunya seperti yang dirasakan oleh penyedia jasa anjem, Setiana (22). Sudah tiga bulan ini Setiana menjalani pekerjaan sebagai anjem. Ia menceritakan, pernah melayani pesanan-pesanan yang tidak biasa dari pelanggannya. Salah satunya diminta membangunkan tidur seorang mahasiswa.
"Aku pernah dapat pengalaman unik, dapat orderan cuma buat bangunin orang. Jadi pesan bukan buat nganter, tapi buat bangunin temannya. Aku ke kos temannya cuma untuk membangunkan," cerita Setiana saat dihubungi detikJateng, Senin (19/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiana yang juga seorang mahasiswi Fakultas Teknik angkatan 2020 itu mengaku awalnya sempat kebanjiran orderan. Karena kewalahan melayani orderan, ia pun akhirnya membatasi jumlah orderan agar tak mengganggu proses skripsi yang saat itu tengah dijalaninya.
"Jadi ambil orderannya cuma pagi dan malam, paling cuma 6-15 orderan per hari," jelasnya.
Selama membuka jasa anjem banyak pengalaman berkesan yang ia dapat. Oleh karenanya, meski kini dirinya tinggal menunggu wisuda, Setiana tetap membuka jasa anjem.
"Dari anjem ini aku bisa dapat banyak teman, karena aku suka ngobrol dengan orang baru, setiap ketemu teman yang sefrekuensi gitu pasti jadi teman sampai sering chatting-an di luar anjem. Jadi nggak semata-mata nyari uang, tapi juga nyari relasi," jelasnya.
Setiana mengatakan, anjem pun tak selalu ramai. Pada masa liburan seperti sekarang, Setiana hanya menerima sekitar 20 orderan. Sementara saat kampus mulai masuk, ia bisa menerima hingga 40 orderan. Orderan anjem sendiri tarifnya mulai dari Rp 5 ribu per 3 kilometer, selanjutnya per kilometer menambah Rp 1 ribu.
Suka duka ini juga dirasakan penyedia anjem lainnya, Tania (20). Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) itu mengatakan, meski bisa menjadi sumber pendapatan mahasiswa, ada kalanya anjem sepi peminat.
"Kalau pas ramai bisa 15 ke atas orderannya, kalau sepi pas libur ya cuma 5 saja. Kalau kita pulang kampung kan juga jadi nggak bisa anjem lagi," jelasnya.
Tania yang sudah 3 semester membuka jasa anjem itu mengaku dalam sebulan bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 500 ribu. Selama membuka jasa anjem, ia juga sempat mengalami hal-hal unik.
"Pernah waktu itu customer langganan pesan untuk bantu pindahan kos. Jadi saya sama dia bolak-balik dari kos lama ke kos baru buat memindahkan barang," terangnya.
Tak hanya itu, ia sempat menerima orderan dari mahasiswa yang mencari anjem lewat base menfess di X, sehingga tak mengetahui identitas mahasiswa yang memesan.
"Dia pesan nasi padang, begitu saya antar ke tempat customer tadi, ternyata yang pesan teman saya. Di situ kami berdua ngakak bareng, sambil parodi ala-ala customer dan driver," ujarnya.
Sementara salah satu mahasiswa Fakultas Teknik penyedia anjem, Dermen (20) mengaku pernah diajak pelanggannya mengejar jadwal kereta. Sebab si pelanggan memesan anjem mepet waktu keberangkatan kereta.
"Waktu itu mepet banget mau ke stasiun, jadi rada ngebut supaya pelanggan tetap bisa dapat kereta," ungkapnya.
Namun meski ada saja kejadian unik yang dialaminya, ia mengaku sangat terbantu dengan adanya jasa anjem. Ia mengaku dengan menjadi anjem bisa menambah uang jajan dan uang tambahan untuk membayar uang kuliah tunggal (UKT).
"Kalau rajin, sehari bisa Rp 50 ribu. Sebulan ya bisa sekitar Rp 1,5 juta. Lumayan," tuturnya.
Bisnis anjem ini pun lantas jadi andalan mahasiswa UNS. Selain bisa menambah pemasukan bagi mahasiswa penyedia jasa anjem, mahasiswa pengguna anjem pun bisa terbantu untuk pergi dari satu lokasi ke lokasi yang lain.
"Karena sesama mahasiswa, pasti paham kadang keperluannya harus mampir ke fotocopy, ambil laundry, atau beli sesuatu. Kalau di aplikasi ojol suka diburu-buru, kita kalau mau minta mampir juga sudah takut buruan," kata mahasiswi FEB, Shafa (19).
Ia pun tak perlu takut mengalami pelecehan oleh pengemudi, karena bisa memilih jenis kelamin pengemudi saat memesan anjem lewat X maupun Telegram.
"Memang carinya yang perempuan untuk mencegah hal-hal nggak mengenakkan. Apalagi kalau sama perempuan bisa diajak curhat, beli barang-barang perempuan, tanpa malu," tuturnya.
(apl/apu)