Renyahnya Bisnis Anjem Mahasiswi UNS, Independen dan Serbabisa

Kilas Balik Jateng 2024

Renyahnya Bisnis Anjem Mahasiswi UNS, Independen dan Serbabisa

Tim detikJateng - detikJateng
Kamis, 26 Des 2024 11:13 WIB
Penyedia jasa Anjem, Tania tengah mengantarkan pelanggannya.
Penyedia jasa Anjem, Tania tengah mengantarkan pelanggannya. Foto: Dok pribadi Tania
Solo -

Usaha jasa antar jemput (anjem) ngetren di kalangan mahasiswi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Mengandalkan media sosial, bisnis ojek online (ojol) independen yang serbabisa ini jadi alternatif buat meraup cuan di waktu senggang. Berikut kisahnya.

Namanya juga independen, pelaku anjem tidak terikat perusahaan seperti driver ojol pada umumnya. Mereka mencari pelanggan hanya lewat media sosial seperti X dan Telegram. Mayoritas pelanggannya juga mahasiswi.

Tak jarang mahasiswi merasa risih karena kebanyakan driver ojol merupakan pria. Dengan memesan anjem, mereka merasa jauh lebih nyaman

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tarif Lebih Miring

Tarifnya rata-rata Rp 5 ribu untuk antar jemput di lingkungan kampus dan sekitarnya. Paling banter sekitar Rp 11 ribu untuk jarak 5-6 kilometer. Selebihnya dihitung Rp 1 ribu per 1 kilometer. Bayarnya bisa tunai atau transfer lewat dompet elektronik.

Ditemui detikJateng pada Minggu (18/8/2024), mahasiswi Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan UNS, Intan (20) mengaku sudah sebulan langganan jasa anjem. Sebab dia bisa memilih pengemudi cewek.

ADVERTISEMENT

"Karena driver sama-sama cewek. Anjem juga lebih murah, soalnya bebas biaya aplikasi layanan pihak ketiga. Anjem mulai Rp 5 ribu per km, aplikasi ojol bisa Rp 9-10 ribu per km," kata Intan saat itu.

Intan juga memilih anjem daripada ojol dengan alasan membantu sesama mahasiswa. Dia biasa mencari jasa anjem lewat grup di aplikasi Telegram. Tanpa menunggu lama, ia bisa memilih para penyedia jasa anjem yang merespons pesannya di grup tersebut.

Poster jasa antar jemput yang merebak di kalangan mahasiswa UNS. Foto diunggah Minggu (18/8/2024).Poster jasa antar jemput yang merebak di kalangan mahasiswa UNS. Foto diunggah Minggu (18/8/2024). Foto: dok. akun X @llaufiee

Serbabisa, Jastip-Teman Curhat

Tak sekadar antar jemput, para pelaku anjem juga bersedia menerima beragam order lain selama mereka bisa mengerjakannya.

"Kalau minta beli sesuatu kayak obat, makan, sampai pembalut di aplikasi jatuhnya mahal, kalau anjem dihitungnya sama. Kalau belanja pembalut juga nggak malu dan pasti paham produknya yang mana," ujar Intan.

Anjem juga jadi andalan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS, Shafa (19) yang tidak membawa motor selama berkuliah. Dia mengaku nyaman dengan anjem karena drivernya sepantaran.

"Ngobrolnya sama driver lebih enak, apalagi sama-sama perempuan jadi bisa diajak curhat kalau lagi capek habis ngampus," kata Shafa, Minggu (18/8/2024).

Menurut dia, anjem juga tak keberatan ketika diminta singgah dari satu tempat ke tempat yang lain, tergantung kebutuhan penumpang. Sebagai sesama mahasiswa, mereka saling tahu kebutuhan satu sama lain.

"Pasti paham kadang keperluannya harus mampir ke fotokopi, ambil laundry, atau beli sesuatu. Kalau ojol suka diburu-buru, kita kalau mau minta mampir juga udah takut buruan," ujar Shafa.

Driver-Penumpang Khusus Mahasiswi UNS

Rasa aman juga dirasakan para penumpang dan pengemudi lantaran jasa anjem hanya bisa dilakukan oleh mahasiswi atau alumni UNS. Hal ini disampaikan salah satu penyedia jasa anjem, Tania (20).

"Yang bisa ikut anjem itu cuma mahasiswa harusnya, soalnya kalau di Telegram kan kita buat bisa masuk grup itu ditanya fakultas mana, jenis kelaminnya apa. Jadi kayak nggak bisa sembarang orang masuk grup," kata Tania, Minggu (18/8).

"Sehari bisa 5-10 penumpang, paling murah Rp 5 ribu, pernah sampai Rp 20 ribu. Kan worth it ya buat mahasiswa apalagi yang merantau. Bisa manfaatin motor," sambungnya.

Tania yang sudah 3 semester melayani jasa anjem itu mengaku tak mengetahui sejak kapan jasa anjem ada. Jasa itu telah ada sejak dirinya mulai berkuliah di UNS.

"Kalau anjem sebenarnya sudah lama, kating (kakak Tingkat) tahun 2017 itu katanya sudah pernah. Tapi ini baru ramai memang karena orang ramai ngomongin di X sama dibuat grupnya di Telegram," ujar Tania.

Cuan jutaan dan kisah seru lain di halaman selanjutnya.

Cuan Jutaan Per Bulan

Penyedia jasa anjem lain, Setiana (22) mengaku bisa mendapat pemasukan yang cukup. Jika dalam sehari dia melayani 10-30 orderan, dia bisa mengantongi Rp 50-150 ribu.

"Tapi nggak setiap hari kayak gitu, kalau dihitung-hitung biasanya per bulan Rp 1,2 juta. Kalau dikumpulin bisa buat tambah-tambah bayar UKT, lumayan daripada kerja part time," ujar mahasiswi Fakultas Teknik angkatan 2020 itu, Senin (19/8).

Setiana menjelaskan, para pelanggan bisa membayar menggunakan uang tunai, QRIS, atau e-money. Maka itu dia jarang menghitung penghasilannya per bulan.

Mahasiswa lain, Dermen (20) mengaku sudah satu semester melakoni kerja sambilan sebagai penyedia jasa anjem.

"Kalau rajin dan konsisten tiap hari buka jasa, sehari bisa Rp 50 ribu. Sebulan ya bisa sekitar Rp 1,5 juta. Lumayan," ucap mahasiswa Fakultas Teknik UNS itu.

Bisnis anjem ini menjadi andalan sebagian mahasiswa UNS untuk mendapat penghasilan, sehingga tidak melulu minta uang kepada orang tua.

"Aku kos sebulan Rp 550 ribu, bisa bayar (kos) dari anjem juga. Itu bahkan masih sisa. Sisanya bisa buat jajan, ditabung, atau yang lain," kata penyedia jasa anjem, Laila (22), kepada detikJateng.

"Bermanfaat banget buat mahasiswa yang mau memanfaatkan motornya jadi sumber penghasilan. Apalagi kayak aku yang sudah semester akhir, nggak mau nambah beban orang tua," imbuh dia.

Bangunkan Tidur-Bantu Pindahan Kos

Penyedia jasa anjem, Setiana (22) mengaku pernah mendapat orderan yang tidak biasa. Salah satunya diminta membangunkan tidur.

"Aku pernah dapat pengalaman unik, dapat orderan cuma buat bangunin orang. Jadi pesan bukan buat nganter, tapi buat bangunin temannya. Aku ke kos temannya cuma untuk membangunkan," cerita Setiana saat dihubungi detikJateng, Senin (19/8/2024).

Setiana mengaku awalnya sempat kebanjiran orderan. Karena kewalahan melayani orderan, ia pun akhirnya membatasi jumlah orderan agar tak mengganggu proses skripsinya. Dia lalu hanya bersedia melayani orderan saat pagi dan malam.

Selama membuka jasa anjem banyak pengalaman berkesan yang ia dapat. Oleh karenanya, meski kini dirinya tinggal menunggu wisuda, Setiana tetap membuka jasa anjem.

"Dari anjem ini aku bisa dapat banyak teman, karena aku suka ngobrol dengan orang baru, setiap ketemu teman yang sefrekuensi gitu pasti jadi teman sampai sering chatting-an di luar anjem. Jadi nggak semata-mata nyari uang, tapi juga nyari relasi," jelasnya.

Tania (20), mahasiswa FKIP UNS juga punya pengalaman unik selama membuka jasa anjem.

"Pernah customer langganan pesan untuk bantu pindahan kos. Jadi saya sama dia bolak-balik dari kos lama ke kos baru buat memindahkan barang," terangnya.

Dia juga pernah dapat orderan dari mahasiswa yang mencari anjem lewat base menfess di X, sehingga tak tahu identitas pemesannya.

"Dia pesan nasi padang, begitu saya antar ke tempat customer tadi, ternyata yang pesan teman saya. Di situ kami berdua ngakak bareng, sambil parodi ala-ala customer dan driver," ujarnya.



Hide Ads