Suka Duka Mahasiswi Anjem UNS, Diminta Buang Kecoak-Jastip Tak Dibayar

Suka Duka Mahasiswi Anjem UNS, Diminta Buang Kecoak-Jastip Tak Dibayar

Aqila Cikal Ariyanto - detikJateng
Sabtu, 14 Sep 2024 08:11 WIB
Penyedia jasa Anjem, Tania tengah mengantarkan pelanggannya.
Ilustrasi. Penyedia jasa Anjem, Tania, tengah mengantarkan pelanggannya. Foto: Dok pribadi Tania, mahasiswa UNS.
Solo -

Meski kondang dengan sebutan 'anjem', kerja sampingan yang sedang ngetren di kalangan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini tak melulu soal layanan antar jemput. Ada juga yang pernah dipesan untuk membuang kecoak di kamar kos. Berikut kisah suka dukanya.

Terinspirasi oleh postingan di media sosial X, Aulia Putri, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS memutuskan ikut membuka jasa antar jemput (anjem) sejak sekitar lima bulan lalu.

"Karena butuh penghasilan tambahan. Sebelumnya juga pernah ikut part-time. Waktu beroperasi (anjem) juga fleksibel menyesuaikan jadwal kuliah dan tergantung pesanan," kata Aulia saat ditemui detikJateng di kampus UNS, Kamis (12/09/2024) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diberitakan detikJateng sebelumnya, anjem ialah jasa antar jemput yang pengemudinya mahasiswa dan hanya melayani pelanggan dari kalangan mahasiswa juga. Penyedia jasa anjem tidak terikat perusahaan apapun. Mereka biasa mencari pelanggan melalui media sosial seperti X dan Telegram.

ADVERTISEMENT

Tarif jasa anjem tergantung pada jarak tempuh. Per tiga kilometer atau selama masih di lingkungan UNS, tarifnya hanya Rp 5 ribu.

"Kalau lebih dari tiga kilometer nambah Rp 2 ribu dan masih bisa dinego. Kalau udah langganan beda lagi, semisal dari Karanganyar ke SMPN 4 Solo selama 2 minggu full, dibayar langsung jadi Rp 200 ribu saja," ujar Aulia.

Pernah Diminta Buang Kecoak

Aulia juga melayani jasa mengurus keperluan lain di kampus, seperti mengambil dan mengembalikan toga buat wisudawan, legalisir fotokopi ijazah, hingga mengurus transkrip nilai.

Dia juga melayani jasa titip makanan dan berbagai kebutuhan lain. Tak hanya itu, dia juga bersedia jika diorder buat bersih-bersih kos. Dia bilang, selama ia bisa mengerjakannya, orderan apapun akan diambil.

Paling nyeleneh, Aulia pernah disuruh membuang kecoak di kamar kos si pemesan jasanya.

"itu malah dikasih banyak, Rp 25 ribu. Kan aku kalau kayak gitu tarifnya seikhlasnya, tapi sama dia dikasih Rp 25 ribu," ucap Aulia sambil tersenyum.

Lempar Order ke Anjem Lain

Selama lima bulan ini, Aulia mengaku punya banyak kenalan mahasiswa lain yang juga melakoni aktivitas jasa anjem.

Sebagai driver anjem, Aulia mengaku pilih-pilih customer. Mayoritas pengguna jasanya perempuan atau mahasiswi. Tapi dia juga bersedia menerima orderan dari laki-laki asalkan sudah saling kenal atau sudah jadi langganan.

"Kadang aku overload orderan, terus aku tawarin ke customer semisal drivernya beda mau nggak. Kalau mau aku oper ke yang lain. Tapi kadang ada customer yang maunya sama aku aja," ujar dia.

Sama seperti driver ojek online, Aulia juga menyediakan helm dan jas hujan buat pengguna jasa anjem.

Pengalaman Jastip Tak Dibayar

Aulia juga mengaku pernah mendapat orderan jasa titip (jastip) dari seseorang yang tidak amanah. Pasalnya, barang yang sudah dia belikan sesuai pesanan itu tidak lekas dibayar. Maka itu dia kini memilih lebih hati-hati dalam menerima order jastip.

"Jastip itu bayarnya nanti setelah barang diantar, bisa Qris maupun cash. Sekarang, sebelum barang diantar harus udah pelunasan. Soalnya ada kasus yang nggak mau bayar gitu, jadi aku lebih hati-hati." ungkap Aulia.

Banjir Order Tiap Jumat

Aulia menceritakan, biasanya orderan ramai tiap Jumat, di antaranya mengantar dan menjemput ke stasiun atau terminal. Pendapatannya bisa dua kali lipat dari hari biasa.

"Apalagi mendekati liburan, dapatnya berkali-kali lipat karena banyak orderan dari atau ke stasiun dan terminal," kata dia.

"Bahkan sebelum pulang kampung aku bisa dapat penghasilan Rp 500 ribu lebih dalam seminggu. Jumat bisa dapat lima kali lipat kayak Rp 200 ribu, tapi itu belum dihitung bensinnya. kalau hari biasa dapat sekitar 50 ribu," imbuh dia.

Tak hanya dapat uang, Aulia juga beberapa kali menerima bonus tambahan. Sebab, selain melayani antar jemput, dia juga terkadang jadi teman ngobrol atau curhat para pelanggannya.

"Mbak, ini aku udah nggak butuh kipas angin, kamu mau nggak daripada menuh-menuhin kos, gitu. Terus aku mau," tuturnya. Dia juga pernah menerima pemberian pakaian yang masih layak.

Soal Wacana Bikin Aplikasi

Aulia menambahkan, selama ini belum ada rencana dari para pelaku jasa anjem untuk membuat komunitas.

"Tidak ada rencana untuk buat komunitas anjem. Kemarin dari admin salah satu grup Telegram punya ide untuk membuat aplikasi, tapi rencananya akan direalisasikan tahun depan," kata Aulia. Soal wacana pembuatan aplikasi itu, dia tidak banyak berkomentar.

Komentar Pengguna-Driver Ojol

Salah seorang pengguna jasa anjem, Fairus, mengaku juga masih sering menggunakan jasa ojek online (ojol). Menurut dia, beberapa pelaku anjem tidak bisa dipesan dadakan karena drivernya terkadang juga lagi sibuk di kampus.

"Sering dapat promo dari ojol, jadi lebih sering pakai ojol karena selisih harganya tidak jauh dengan anjem mahasiswa dan dapat dipesan dadakan," kata mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS itu, Kamis (12/9) lalu.

Sementara itu seorang driver ojol di lingkungan kampus UNS menganggap para mahasiswa yang membuka jasa anjem bukan sebagai pesaingnya. Driver yang tak bersedia menyebutkan identitasnya itu bilang selama ini orderannya di seputar kampus masih lancar seperti biasa.

Artikel ini ditulis Aqila Cikal Ariyanto peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(dil/apl)


Hide Ads