Kematian ikan air tawar jenis nila merah di karamba Waduk Cengklik, Ngemplak, Boyolali akibat upwelling terus terjadi. Petani pun harus merugi hingga ratusan juta akibat kejadian ini.
Padahal, ikan-ikan tersebut diharapkan dapat menjadi 'THR' para petani saat Lebaran tahun ini. Tetapi apa mau dikata ikan-ikan siap panen tersebut justru mati sebelum dinikmati hasilnya.
"Iya, sudah siap panen. Untuk persiapan (panen) Ramadan ini sampai Lebaran nanti," kata salah seorang petani karamba jaring apung, Waduk Cengklik, Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Suhartono, kepada para wartawan Selasa (12/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ikan miliknya yang mati cukup banyak yakni mencapai sekitar 1,4 ton. Sedangkan di kelompoknya ada sekitar 14-15 ton yang mati.Menurut dia, harga ikan nila merah saat ini harganya mencapai Rp 29 ribu per kilogram.
"Kerugian sekitar Rp 50 juta, punya saya," imbuh dia.
Suhartono menceritakan, kematian ikan-ikan tersebut sudah terjadi sejak Minggu (10/3).
"Awalnya mulanya kan hari Sabtu (9/3) itu sudah nggak ada sinar matahari, cuacanya sudah dingin, bediding. Terus jam satu siang (13.00 WIB) sudah hujan sampai jam 5 sore. Kemudian Minggu (10/3) pagi, ikan itu sudah pada loncat-loncat, sudah pada mau mati," jelas Suhartono.
Sebagian sudah mati dan mengambang di permukaan air. Sebagian masih di dalam air. Kemudian pada Minggu sore, sudah banyak yang mengambang. Oleh petani ikan yang mati itu pun diambili dan sebagian diberikan ke ikan lele.
"Paginya lagi, hari Senin (11/3) itu ada lagi. Banyak lagi," imbuh dia.
Kematian ikan nila merah itu paling banyak terjadi dalam dua hari, Minggu dan Senin. Hingga Selasa hari ini, juga masih.ditemukan ada yang mati, namun tidak banyak.
"Tapi alhamdulillah, kayaknya kondisi airnya sudah mulai kebeningan, nggak hitam lagi. Kemarin dua hari itu airnya kondisinya hitam warnanya. Jadi amoniaknya tinggi, oksigennya kurang, sinar matahari kurang, jadi ikan pada mabuk semua itu," papar dia.
Total Kerugian Capai Rp 890 Juta
Sementara itu Kabid Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Boyolali, Nurul Nugroho, mengatakan upwelling yang mengakibatkan kematian massal ikan di karamba jaring apung Waduk Cengklik ini, dirasakan oleh semua pembudidaya Ikan di sana.
Disebutkan Nurul, untuk kelompok Sumber Rejeki Desa Sobokerto, total anggota 37 orang. Total ikan yang mati di kelompok ini 14 ton. Kemudian kelompok Tirto Panguripan yang memiliki anggota 21 orang, ikan yang mati mencapai 10 ton.
Lalu di kelompok Ngudi Makmur, Desa Ngargorejo, jumlah anggota 40 orang. Jumlah ikan yang mati 7 ton.
"Jumlah total kematian ikan sebanyak 31 ton. Total kerugian sekitar Rp 890 juta," kata Nurul.
Ikan-ikan yang mati tersebut dievakuasi dari petak karamba. Sebagian dikubur dan sebagian diberikan ke ikan lele.
Para petani budidaya ikan karamba jarinh apung di Waduk Cengklik berharap ada bantuan dari Pemkab Boyolali untuk meringankan kerugian dan sebagai modal melakukan usaha lagi.
(apl/apl)