Kisah Petani Jatinom Klaten Raup Cuan dari Budi Daya Lebah Madu

Kisah Petani Jatinom Klaten Raup Cuan dari Budi Daya Lebah Madu

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Minggu, 12 Nov 2023 07:00 WIB
Muhammad Wiji Supriono ketika memamerkan salah satu panenan madu di Dusun Karang Kendal, Desa Bengking, Kecamatan Jatinom, Klaten, Sabtu (11/11/2023).
Kisah Petani Muda Klaten Raup Cuan dari Budi Daya Lebah Madu. Foto peternak madu di Klaten, Muhammad Wiji Supriono: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten - Seorang petani di Klaten, Muhammad Wiji Supriono (38) sukses membudidayakan lebah klanceng dan melifera. Belajar secara autodidak, warga Dusun Karang Kendal, Desa Bengking, Kecamatan Jatinom, Klaten itu bisa meraup omzet jutaan rupiah.

"Dibuat rata-rata sebulan produksi bisa 200 kilogram untuk madu lebah melifera dan 10-20 kilogram madu lebah klanceng. Kalau penjualan di bulan tertentu bisa 4 kuintal sampai setengah ton," kata Supriyono kepada detikJateng di rumahnya, Sabtu (11/11/2023) siang.

Pria yang akrab dipanggil Supri itu menceritakan, budi daya lebah itu terinspirasi orang tuanya yang membudidayakan lebah cerana. Lebah cerana itu dipelihara orang tuanya saat dirinya masih kecil guna memenuhi kebutuhan keluarga.

"Dari orang tua dulu saat saya kecil memelihara lebah cerana untuk konsumsi. Setelah saya dewasa berkecimpung di bidang kehutanan akhirnya saya banyak belajar tentang hasil hutan bukan kayu itu ternak lebah madu," tutur Supri yang juga aktif menjadi penyuluh kehutanan swadaya masyarakat.

Sekitar 2013-2015, terang Supri, ide memelihara lebah madu mulai muncul. Kebetulan di desanya yang berada di lereng Gunung Merapi banyak rumah penduduk beratap dengan bahan bambu.

"Di sini banyak rumah bambu yang dihuni lebah klanceng, akhirnya saya budi daya dengan memindahkan lebah liar ke kotak koloni. Secara geografis terdukung faktor alam karena di sini banyak ladang dan tegalan hutan dengan berbagai tanaman," kata Supriyono.

Di awal, sambung Supri, dirinya hanya memiliki 10 kotak koloni lebah klanceng. Tetapi karena peminat madu tinggi, akhirnya mulai membudidayakan lebah melifera. Untuk memenuhi pasar dirinya mengajak warga lain dalam kelompok tani untuk ikut.

"Kita ajak warga sekitar, sekarang di kawasan sekitar desa sini ada 1.000 kotak lebih, saya sendiri cuma punya 200- 300 kotak. Untuk penjualan kita bantu, kita bersama-sama, kebetulan kita dibantu pemerintah untuk pengadaan koloninya," lanjut Supri.

Supriyono menyampaikan, pada tahun 2017 pemasarannya dengan getok tular dari mulut ke mulut. Tapi saat ini pemasarannya sudah sampai luar kabupaten, bahkan ke luar pulau.

"Sekarang sudah ke luar kota, Jabar dan Jatim, bahkan luar pulau, Sumatera, Kalimantan, sampai Aceh. Untuk madu klanceng harga sampai Rp 450.000 karena lebih bagus kandungannya dan produksi tidak banyak, tapi untuk melifera di harga Rp 175.000 per kilogram," papar Supri.

Untuk pemasaran, ucap Supri, saat ini dengan online maupun offline di rumahnya. Sebanyak 80 persen pembeli saat ini reseller dari berbagai kota meskipun banyak juga yang datang ke kebunnya.

"80 persen reseller. Saat COVID-19 permintaan paling tinggi karena satu bulan bisa 300-400 kilogram sehingga untuk memenuhi saya dibantu peternak binaan dan peternak daerah lainnya," kata Supri yang alumnus ilmu pelayaran itu.

Omzet Per Bulan

Bicara omzet saat ini, imbuh Supriyono, per bulan bisa sampai Rp 50 juta untuk madu lebah melifera. Tapi untuk madu klanceng bisa Rp 5-7 juta.

"Omzet madu klanceng bisa Rp 5-7 juta per bulan. Pada bulan tertentu bisa naik seperti bulan Ramadan atau ada even tertentu, bahkan jika ada kunjungan ke sini bisa naik karena tamu yang belajar ke sini pada beli madu murni," tambah Supri yang juga pengurus kelompok tani Sarana Makmur itu.

Sriyono, anggota kelompok binaan mengatakan bergabung sejak 2019. Dengan budi daya lebah yang dilakukan Supriyono warga terbantu.

"Kita satu kelompok. Dampaknya usaha ini positif, kita dapat penghasilan daripada kerja di pabrik jadi buruh, " katanya.

Pelanggan madu Merapi, Fatih mengatakan dirinya sudah lima tahunan jadi pelanggan. Untuk membeli dirinya datang sendiri ke lokasi.

"Langsung ke sini kalau beli. Menariknya itu karena lihat lebahnya, lihat cara panennya sampai lihat sendiri madunya jadi tahu benar keasliannya,' terang Fatih yang berasal dari Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, kepada detikJateng di lokasi.


(apu/dil)


Hide Ads