Kelompok Tani Budi Raharjo menggelar gropyokan hama tikus di Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring, Klaten. Petani yang paling banyak mendapatkan tikus diberikan uang terima kasih sebesar Rp50.000.
Acara tersebut dihadiri oleh perangkat desa dan kecamatan, Fungsional POPT Dirjen Perlindungan Tanaman Kementan, POPT provinsi, hingga PPL Kabupaten.
"Saya sendiri dapat 25-an ekor tadi. Ya senang sekali bisa membantu petani, uangnya cuma Rp 50.000 tapi itung-itung untuk kenang-kenangan," ungkap seorang petani, Suradi, kepada detikJateng di sawah usai menerima uang apresiasi, Rabu (1/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan Suradi, hama tikus memang sudah beberapa bulan ada di Desa Pundungan dan sekitarnya. Lokasi gropyokan mencapai 20 patok sawah tanaman padi.
"Ya tadi 20 patok dapat 100-an ekor tikus. Juwiring, Delanggu, Polanharjo memang rawan serangan tikus," jelas Suradi.
Ketua Kelompok Tani Budi Raharjo, Joko Setiyono, mengatakan jumlah luas lahan padi di Desa Pundungan sekitar 71 hektare dan setengahnya mendapat serangan hama tikus.
"Kalau yang ada serangan hampir separuh, untuk separuh itu mungkin habis kalau tidak diantisipasi. Tikus sudah ada lima bulan tapi yang parah sebulan ini," kata Joko kepada detikJateng.
Menurut Joko, gerakan gropyokan dilakukan sekitar 40 orang petani. Jumlah tikus yang didapat dalam gropyokan mencapai 100-an ekor.
"Ini tadi jam 07.00-09.00 WIB dapat 100-an ekor ada. Kendala petani tikus itu menghabiskan padi dan kita selama ini pakai umpan racun yang cukup efektif," lanjut Joko.
![]() |
Serangan tikus, kali ini dikatakan yang paling parah dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, tak sebanyak tahun ini.
"Tidak banyak seperti sekarang. Ini karena siklus lima tahunan dan juga kemarau yang lebih panjang," imbuh Joko.
Sementara itu, Fungsional POPT Dirjen Perlindungan Tanaman Kementan, Eko Setiyoko, menyatakan di Desa Pundungan dalam satu meter persegi ada dua lubang tikus aktif. Satu lubang aktif bisa menghasilkan 300-500 ekor.
"Satu lubang aktif sepasang tikus bisa menghasilkan 300-500 ekor. Artinya petani harus aktif gropyokan, harus selalu diwaspadai," jelas Eko saat memantau gerakan.
Menurut Eko, di Klaten tim sudah menemukan dua hama yaitu tikus dan penggerak batang. Kementerian turun untuk menggerakkan petani agar lebih aktif mengatasi hama.
"Kita gerakkan petani, alhamdulillah semangatnya luar biasa. Untuk yang semangat kita berikan sekadar apresiasi, karena tikus merusak sehingga harus selalu dikendalikan," kata Eko.
Kementerian, sambung Eko, berharap ada rumah burung hantu (Rubuha) yang lebih banyak di Desa Pundungan dan Kecamatan Juwiring. Karena burung hantu efektif untuk pengendalian tikus.
"Kita berharap ada pemeliharaan burung hantu agar pengendalian tikus lebih mudah. Tapi saya tadi omong-omong belum ada Perdes larangan perburuan burung hantu, kita berharap segera ada," kata Eko.
(cln/sip)