Harga Cabai Meroket, Petani di Klaten Sebut Panen Merosot gegara Hama

Harga Cabai Meroket, Petani di Klaten Sebut Panen Merosot gegara Hama

Achmad Hussein Syauqi - detikJateng
Rabu, 01 Nov 2023 16:04 WIB
Petani cabai di Klaten, Rabu (1/11/2023).
Petani cabai di Klaten, Rabu (1/11/2023). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Di tengah kenaikan harga cabai rawit merah di Klaten, petani komoditas itu juga menyampaikan curhatan. Petani mengalami panen buruk akibat serangan hama.

"Iya ini banyak hama. Hamanya lalat buah," ungkap Sutiyem (62), salah satu petani cabai di Desa Barukan, Kecamatan Manisrenggo kepada detikJateng, Rabu (1/11/2023) siang di sawahnya.

Menurut Sutiyem, lalat buah biasanya menyerang pagi dan sore. Serangan tidak kalah dengan jamur patek pada cabai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini bukan jamur tapi lalat. Kalau jamur patek itu kan musim hujan, ini belum ada patek tapi ganti lalat buah," ujarnya.

Akibat serangan lalat, jelas Sutiyem, buah cabai rawit yang diserang cepat busuk dan jatuh sebelum panen. Jumlah panenan juga merosot hanya 15 kilogram.

ADVERTISEMENT

"Panen sekarang paling 15 kilogram sekali petik, padahal jika tidak ada hama bisa satu kuintal. Sekarang harga dari sini (sawah) sudah Rp 60 ribu per kilogram," papar Sutiyem.

Petani cabai di Klaten, Rabu (1/11/2023).Petani cabai di Klaten, Rabu (1/11/2023). Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

Sutiyem mengatakan serangan lalat buah baru tahun ini ganas. Minimnya panen membuat harga terus naik beberapa pekan terakhir.

"Awalnya Rp 30 ribu, naik Rp 35 ribu, Rp 40 ribu terus sampai sekarang Rp 60 ribu. Cabai merah keriting tidak tanam saya," imbuh Sutiyem.

Yatmi, salah satu petani cabai di Desa Karanglo, Kecamatan Polanharjo mengatakan jamur patek tidak muncul saat ini. Yang justru muncul menyerang di lahannya adalah kutu kebul (sejenis serangga).

"Hamanya di sini kutu kebul. Kalau sudah menyerang buahnya cabai menghitam lalu rontok," kata Yatmi kepada detikJateng.

Terpisah, Poniyem, pemilik salah satu warung di Klaten Kota mengatakan harga cabai rawit terus naik. Terakhir dirinya membeli Rp 20 ribu seperempat kilogram.

"Terakhir hari ini saya beli Rp 20 ribu seperempat kilogram atau Rp 80 ribu per kilogram, sebelumnya Rp 70 ribu satu kilogram. Semoga tidak terus naik," kata Poniyem kepada detikJateng.

Diwawancarai terpisah, Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Klaten, Lilik Nugraharjo mengatakan kutu kebul dan lalat buah memang bisa menyerang cabai. Kutu kebul banyak ditemukan.

"Kutu kebul banyak ditemukan, tidak hanya cabai, buah apa pun mau. Cara mengatasi bisa disemprot dengan air sabun, tanpa kimia," kata Lilik.

Sedangkan lalat buah, terang Lilik, juga biasa menyerang cabai. Untuk mengatasi lebih sulit karena perlu alat.

"Untuk lalat buah pengendalian sedikit sulit karena mekanis. Perlu alat misalnya jebakan," katanya.

Cara Petani Usir Lalat

Petani menggunakan kapur barus untuk mencegah lalat mendekat dan menggigit buah.

"Dikasih kapur barus agar lalat tidak datang. Ya lumayan berkurang," ungkap petani cabai Desa Barukan, Kecamatan Manisrenggo, Sutiyem, kepada detikJateng, Rabu (1/11).

Menurut Sutiyem, aroma kapur barus yang menyengat membuat lalat buah tidak mendekat. Namun tidak semua pohon yang diberi kapur barus.

"Tidak semua pohon. Pokoknya setiap lima pohon diberi satu kapur barus dibungkus plastik," jelas Sutiyem.

Menggunakan kapur barus, sambung Sutiyem, biayanya lebih murah dibanding dengan obat atau cara lainnya. Tentu menyebabkan biaya bertambah.

"Ya tambah tapi tidak seberapa harganya kapur barus. Setiap tahun saya tanam satu patok, baru kali ini lalat buah banyak," imbuh Sutiyem.

Pantauan detikJateng di lahan cabai Sutiyem, beberapa butir kapur barus dikemas dengan plastik. Plastik kemudian dilubangi dan plastik diikatkan pada tangkai pohon cabai.

Petani cabai di Desa Joton, Kecamatan Jogonalan, Wawan mengatakan untuk mengusir lalat buah dirinya rajin menyemprot obat. Dengan kapur barus bisa tapi tidak efektif.

"Ya bisa tapi tidak efektif tapi kalau saya, saya semprot rutin saja. Selain itu dengan lem yang dipasang di botol bekas terbalik diletakkan di dekat tanaman nanti lalat masuk dan menempel," terang Wawan kepada detikJateng.

Menurut Wawan, lem lalat memang lebih mahal tapi lumayan efektif daripada kapur barus. Bulan ini untuk jamur patek belum ada yang menyerang cabai.

"Kalau patek itu saat hujan, ini kan belum hujan. Yang banyak ya lalat buah, selain buah juga mau menyerang sayur," katanya.

Sebelumnya diberitakan, harga cabai rawit merah di Klaten merangkak naik dalam dua pekan terakhir. Harga di tingkat eceran sampai Rp 70 ribu per kilogram.

"Di pasar masih Rp 64 ribu sampai Rp 65 ribu per kilogram. Tapi eceran sudah Rp 17 ribu sampai Rp 17.500 per seperempat kilogram, sekilonya sampai Rp 70 ribu," ungkap salah satu pedagang sayur di Pasar Klepu, Kecamatan Ceper, Nanik kepada detikJateng, Rabu (25/10).

Halaman 2 dari 2
(rih/ahr)


Hide Ads