Sebagian petani cabai di Lumajang terpaksa panen dini. Ini terpaksa dilakukan lantaran harga jual cabai di petani anjlok.
Salah satunya Wahid Adi Putra Yulianto, warga Desa Sukosari, Kecamatan Kunir. Dia membabat habis tanaman cabai di lahan seluas setengah hektar miliknya.
Tanaman cabai yang dibabat wahid merupakan cabai rawit produktif yang masih berusia 2 bulan. Wahid terpaksa membabat habis tanaman cabainya lantaran kecewa karena harga jual cabai anjlok. Harga cabai tingkat petani hanya Rp 3.000 per kg.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya membabat tanaman cabai karena harganya anjlok hingga sebesar Rp 3.000 perkilogramnya," ujar Wahid kepada detikJatim, Selasa (5/11/2024).
Dia mengaku turunnya harga jual cabai tidak sebanding dengan biaya pekerja dan perawatan yang harus dikeluarkan.
"Dengan harga tersebut tidak sebanding dengan biaya perawatan dan pekerja petik cabai," tegasnya.
Para petani mengaku bisa meraup untung saat harga cabai berkisar di atas Rp 10.000 per kg.
Saat harga cabai normal setiap petak, para petani bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 2 juta. Namun saat harga cabai hanya Rp 3.000, hasil panen cabai tiap petak sawahnya hanya sekitar Rp 300.000.
"Para petani cabai bisa dapat hasil jika harga minimal di atas harga Rp 10.000 perkilogramnya. Tapi kalau harga anjlok seperti ini petani cabai malah merugi," terang Wahid.
Rencananya usai panen dini cabai-cabainya, Wahid menggantinya dengan menanam bawang merah di lahannya.
"Mau ganti nanam brambang (Bawang merah) saja," jelasnya.
Sementara para petani berharap pemerintah bisa turun tangan untuk menstabilkan harga cabai. Mengingat anjloknya harga cabai terjadi setiap tahun, terutama saat panen raya terjadi.
(hil/fat)