Pasang Surut Pasar Setono Pekalongan, Pedagang Bertahan Jualan Online-Offline

Pasang Surut Pasar Setono Pekalongan, Pedagang Bertahan Jualan Online-Offline

Robby Bernardi - detikJateng
Senin, 02 Okt 2023 17:25 WIB
Suasana Pasar Grosir Batik Setono, Kota Pekalongan, Senin (2/10/2023) siang.
Suasana Pasar Grosir Batik Setono, Kota Pekalongan, Senin (2/10/2023) siang. Foto: Robby Bernardi/detikJateng
Kota Pekalongan -

Siapa tak kenal Pasar Grosir Batik Setono? Pasar grosir batik terbesar di Kota Pekalongan ini berada di tepi jalur Pantura dan persis di persimpangan ke arah tol Batang atau exit tol Setono.

Berada di lokasi strategis, pasar yang berdiri sejak 23 tahun lalu itu banyak dikunjungi saat hari libur, seperti saat libur Lebaran atau akhir tahun. Banyak pemudik yang meluangkan waktu ke Pasar Batik Setono untuk membeli oleh-oleh karena terkenal murah.

Bagaimana kondisi Pasar Batik Setono pada hari biasa, terutama di era jual-beli online seperti saat ini?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bertepatan dengan Hari Batik Nasional, Senin (2/10/2023), detikJateng menyambangi pasar ini. Tidak seperti saat hari libur, lahan parkir di pasar batik ini tampak lengang. Hanya ada beberapa mobil berpelat luar kota yang diparkir.

Lorong-lorong pasar yang menjual batik untuk pria juga terlihat sepi. Hanya tampak para penunggu toko yang sedang menunggu pembeli.

ADVERTISEMENT

"Jumlah total ada 550 kios. Kalau pemilik ya ada sekitar 220. Sekitar 50 persen merupakan pengusaha batik sendiri," kata Pengelola Pasar grosir Batik Setono, H Khaerudin, saat ditemui detikJateng di kantornya, Senin (2/10) siang.

Suasana Pasar Grosir Batik Setono, Kota Pekalongan, Senin (2/10/2023) siang.Suasana Pasar Grosir Batik Setono, Kota Pekalongan, Senin (2/10/2023) siang. Foto: Robby Bernardi/detikJateng

Khaerudin mengatakan, satu pengusaha batik bisa memiliki 15 sampai 20 kios batik di pasar tersebut.

"Awalnya ada (Pasar Grosir Batik Setono) sekitar tahun 2000, ya mereka hanya punya satu kios. Karena berkembang pesat dan pasar mulai mengembangkan, akhirnya memiliki banyak kios seperti saat ini," ungkapnya.

Mengenai pasang surutnya pengunjung, Khaerudin mengatakan itu sudah terjadi sejak masa pandemi COVID-19. Imbas pandemi saat itu menyebabkan para pengusaha batik Pekalongan mulai belajar berdagang secara online.

"Saat itu (pandemi) kan ada pelarangan berkerumun, pasar banyak yang tutup. Akhirnya sebagian besar berubah jualan dari offline ke online. Hingga saat ini penjualan online maupun offline terus dilakukan bersamaan," ucapnya.

"Mau tidak mau mereka menyesuaikan diri. Dari jualan di pasar sini berubah menjadi jualan online" imbuhnya.

Tentang kondisi saat ini, Khaerudin tidak memerinci secara jelas bagaimana nasib Pasar Grosir Batik Setono di tengah maraknya pasar online.

"Seperti biasa, ada pasang surutnya. Kalau diukur tidak bisa berbicara banyak, karena ukurannya ya saat Syawalan, yang pas lagi ramai-ramainya. Kalau sekarang kan bukan tanggal merah, pengunjung ya seperti ini," jelasnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Lantas dalam satu semester ini adakah penurunan atau kenaikan penjualan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya? Khaerudin menjawab, "Lha itu, ramainya kan saat liburan. Kalau hari biasa ya seperti ini pasang surutnya."

"Ya turun (pengunjung), tapi kalau hari libur naik lagi. Itu tadi, pasang surut. Kalau angka (penurunan pengunjung) ya sekitar 50-an persen, karena memang bukan hari libur nasional ya," sambungnya.

Khaerudin tidak memungkiri jika sebagian pedagang di Pasar Batik Setono saat ini juga mengandalkan penjualan lewat online.

"Kalau secara rinci saya tidak paham, masing-masing pengusaha (beda) ya. Tapi saya sempat ngobrol, mereka tetap mengandalkan online. Jualan online telah berpengalaman sejak adanya Corona kemarin," ungkapnya.

Sementara para pedagang menggenjot penjualan via online, kios di Pasar Grosir Batik Setono tetap dikelola dengan baik. Sebab, pasar tersebut menjadi destinasi utama bagi pengunjung dari luar kota untuk berburu oleh-oleh, baik saat berwisata, mudik, atau sedang perjalanan dinas.

Salah seorang pedagang batik di Pasar Batik Setono, Mahfud (48) mengaku memilih lebih berfokus pada penjualan offline batik meski omzetnya menurun sejak pandemi COVID-19.

"Bila dibandingkan tahun-tahun sebelum COVID, jauh pendapatannya. Saat libur Lebaran saja juga belum maksimal seperti tahun-tahun sebelumnya," kata Mahfud.

Dia juga mengandalkan penjualan batik via online. Namun, menurutnya hasil penjualan via online belum sebanyak saat dia berjualan secara offline pada lima tahun silam.

Halaman 2 dari 2
(dil/ams)


Hide Ads