Sebagian pedagang di Pasar Klewer Solo mengeluhkan soal sepinya pengunjung meski pandemi COVID-19 telah berlalu. Menurut Ketua Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK), ada tiga faktor yang menyebabkan Pasar Klewer kini terasa sepi.
Diketahui, Pasar Klewer dikenal sebagai salah satu tempat kulakan pakaian dan batik di Solo. Meski aktivitas di pasar tersebut masih tampak sibuk, salah satu pedagang menyebut kunjungan wisatawan terbilang menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Hal itu disampaikan seorang pedagang batik di Pasar Klewer, Partinah (49). Dia mengaku penjualannya semakin menurun sejak pandemi COVID-19 hingga kini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemasaran saya lewat lapak di sini, kalau online cuma lewat WhatsApp dari pelanggan. Jadi tidak banyak," kata Partinah saat ditemui detikJateng, Senin (2/9/2023).
Menurutnya, pengunjung Pasar Klewer akan meningkat jika ada rombongan wisatawan yang datang. Namun, pedagang Pasar Klewer juga harus bersaing dengan pedagang lain di Alun-alun dan di Kampung Batik Kauman.
Sementara itu Ketua Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) Tavip Harjono mengatakan ada tiga faktor yang membuat Pasar Klewer Solo saat ini terasa sepi.
"Bisa dikategorikan sepi. Kalau ada sekaten pengunjung ramai, tapi mereka belinya kan eceran. Belum bisa menutup omzet," kata Tavip.
![]() |
3 Faktor Sepinya Pasar Klewer Menurut HPPK
Menurut Tavip, ada tiga faktor utama yang membuat Pasar Klewer kini tampak sepi. Pertama, faktor gagalnya ikut bersaing di pasar online.
Tavip mengatakan, pasar online lebih didominasi para pedagang dari Beteng Trade Center (BTC) Solo. Sebab, ujar dia, pedagang di BTC Solo terbilang baru dan berusia muda sehingga lebih melek teknologi.
Adapun sebagian besar pedagang di Pasar Klewer, sebut Tavip, sudah berusia tua. Mereka sudah berjualan sejak tahun 1980-1990'an.
"Jualan di online sih juga iya. Tapi pedagang di Pasar Klewer kan usianya sudah sepuh, kalah dengan pedagang yang masih muda. Online di Klewer tidak menjangkau semua pelosok kios," ucapnya.
Tavip menjelaskan, persaingan di pasar online tak begitu berdampak bagi pedagang di Pasar Klewer. Sebaliknya, pasar online justru membantu mempromosikan produk Pasar Klewer.
"Sebenarnya membantu, persaingan tidak seberapa," ujarnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Faktor kedua, yaitu banyaknya pedagang pakaian yang menggunakan mobil di Alun-alun Solo. Menurut Tavip, pedagang dengan mobil itu bisa lebih dekat dengan wisatawan. Sebab mereka berdagang di dekat kawasan parkir.
"Persaingan paling berat adalah pedagang bermobil. Pedagang mobil (di Alun-alun) itu jumlahnya ratusan, omzetnya bisa miliaran rupiah," ucap Tavip.
Faktor ketiga, sambung Tavip, yaitu karena sebagian wisatawan sudah berkunjung ke Kampung Batik Kauman yang tak jauh dari Pasar Klewer.
Tavip menduga ada sebagian tukang becak yang mengarahkan wisatawan ke Kampung Batik Kauman. "Sehingga sopirnya (becak) dapat fee tambahan," ujar dia.
Meski demikian, Tavip mengatakan segmentasi konsumen Pasar Klewer berbeda dengan konsumen di Kampung Batik Kauman. Menurutnya, pembeli di Kampung Batik Kauman lebih banyak dari kalangan wisatawan, bukan pedagang pakaian yang hendak kulakan.
"Tapi ya dampaknya ada, misal wisatawan mau ke Pasar Klewer untuk berbelanja dengan jumlah yang lebih besar. Selain itu kan bisa untuk ajang promosi dari mulut ke mulut," pungkas Tavip.