Kepala DKUKMPP Bantul Agus Sulistyana mengatakan jumlah koperasi di Bantul mencapai 359. Menurutnya, dari sisi kuantitas jumlah tersebut memiliki potensi positif namun dari sisi kualitas perlu pembenahan.
"Karena ada 84 koperasi yang tidak sehat bahkan perlu penanganan serius. Karena satu, kepengurusannya sudah sepuh-sepuh bahkan dari kepengurusan sudah tidak aktif lagi," kata Agus kepada wartawan di Bantul, Jumat (21/7/2023).
Ketidakaktifan itu, kata Agus, bisa dilihat dari koperasi yang tidak pernah menggelar rapat anggota tahunan atau RAT. DKUPMPP pun sudah melakukan pemetaan dan bakal membubarkan koperasi yang tidak bisa maju.
"Kami sudah petakan tahun ini, bahkan kami akan membubarkan. Jadi dari 84 mana yang bisa dibubarkan mana yang bisa disuntik atau diobati, sehingga nanti bisa menjadi kelompok yang sehat," ujarnya.
![]() |
Menurutnya, koperasi tidak sekadar membantu dalam permodalan bagi usaha kecil menengah (UKM). Namun juga ada koperasi produsen dan koperasi konsumen.
"Sektor riil ini yaitu produsen dan konsumen, karena kalau hanya simpan pinjam kalah dengan perbankan. Sehingga kita genjot yang sektor riil ini," ucapnya.
Hal itu untuk menaikkan kelas produk-produk UKM hingga industri kecil menengah (IKM). Caranya dengan memudahkan ekspor yang berkelanjutan.
"Ketika mau ekspor keberlanjutan harus ada, kalau orang per orang UKM continue tidak bisa produknya, maka ketika itu bergabung dalam wadah koperasi agar bisa continue," jelasnya.
Selain itu, koperasi juga bermanfaat bagi pelaku UKM, khususnya menyiapkan bahan baku. Karena ketika membeli bahan baku sendiri-sendiri mungkin lebih mahal harganya.
"Nah, ketika ada koperasi bisa menyediakan bahan bakunya, anggota membeli di situ. Koperasi untung dan UKM-nya lebih untung, sehingga ekosistem usaha akan terwujud," ucap Agus.
(rih/ams)