Sejak puluhan tahun lalu Desa Pracimantoro Kecamatan Pracimantoro menjadi sentra emping melinjo di Wonogiri. Hingga kini masyarakat di sana masih menggunakan cara tradisional dalam membuat emping.
Camat Pracimantoro, Warsito mengatakan sentra emping melinjo di Desa Pracimantoro tersebar di Dusun Jenar, Tulangan dan Belik. Adapun jumlah pembuat emping melinjo di tiga tempat itu sekitar 35 orang.
"Sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Sejak 1980-an sudah ada. Dan sampai sekarang cara membuatnya masih seperti dulu, secara tradisional, tidak memakai mesin," kata Warsito.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pakai Alat Tradisional
Salah satu pembuat emping melinjo di sana adalah Tukinem, warga Belik RT 005/RW 013, Pracimantoro. Sehari-hari Tukinem memproduksi emping dengan putrinya. Tempat pembuatan emping itu berada di belakang rumahnya.
Dikelilingi tembok rumah dan kayu bakar yang ditumpuk, Tukinem dan anaknya membuat emping dengan peralatan yang masih tradisional. Peralatan yang digunakan di antaranya wingko (alat menggoreng zaman dulu), serok kayu, batu, kayu gepuk dan lain-lain.
"Saya sendiri mulai membuat emping sejak 1988. Sudah turun-temurun, tapi ibu saya dulu tidak membuat emping. Ya masih pakai alat-alat zaman dulu buatnya," kata Tukinem Rabu (3/5).
Menurutnya, mengolah emping dengan alat tradisional lebih cepat dan efisien dibandingkan menggunakan mesin. Sebab sejak dulu sudah terbiasa manual dan tidak berminat menggunakan peralatan modern.
"Memakai mesin malah rawan. Misal sehari bisa menghabiskan melinjo 15 kilogram, kalau pakai mesin malah gak sampai. Pakai alat tradisional lebih cepat," ungkap dia.
![]() |
Proses Pembuatan
Tukinem menjelaskan, untuk membuat emping diawali dengan mengelupas melinjo. Jika sudah kering, melinjo kemudian disangrai atau digoreng. Setelah itu, melinjo kembali dikupas dengan cara digepuk menggunakan batu.
Selanjutnya, melinjo ditumbuk di atas batu menggunakan alat penggepuk yang terbuat dari kayu. Melinjo yang digepuk dibuat bentuk bundar atau bulat. Kemudian emping ditiriskan hingga kering.
"Dalam proses itu tidak dikasih bumbu. Kalau mau dikasih bumbu waktu sudah kering. Nah itu baru dicelupne (dimasukkan) bawang dan garam. Kalau pas goreng matang itu kadang ada yang dikasih cabai dan bawang," ujar dia.
Selengkapnya di halaman berikut.
![]() |
Jumlah Produksi
Tukinem dan anaknya biasa memproduksi emping sejak pukul 07.00-16.00 WIB. Dalam satu hari ia bisa mengolah 15 kilogram melinjo kering. Dari jumlah itu biasanya bisa menghasilkan 7,5 kilogram emping per hari. Jika melinjo basah, 10 kilogram melinjo bisa menjadi 4,5 kilogram emping.
Untuk saat ini, kata Tukinem, harga satu kilogran emping Rp 60.000 hingga Rp 65.000. Harga tertinggi emping terjadi menjelang lebaran lalu. Saat itu harganya mencapai Rp 70.000 - Rp 80.000 per kilogram.
Sementara itu, harga melinjo mentah yang digunakan untuk membuat emping di pasaran sebesar Rp 20.000 per kilogram. Menjelang Lebaran lalu, harga naik mencapai Rp 28.000 per kilogram.
Jika harga emping yang dijual saat ini Rp 60.000 dan dalam satu hari bisa memproduksi 7,5 kilogram emping. Dalam sehari Tukinem bisa meraih omzet hingga Rp 450.000.
Namun, menurut Tukinem belum tentu setiap hari bisa memproduksi emping hingga 7,5 kilogram. Sebab ia membuat emping berdasarkan stok klatak atau melinjo yang sudah dikupas.
"Menjualnya kering, belum digoreng. Disetor ke Kartasura (Sukoharjo). Tapi kami juga punya stok sedikit di rumah, untuk mengantisipasi ada yang beli ke rumah," kata Tukinem.