Sibuknya Perajin Ketupat Banyumas, Order Menggunung Jelang Lebaran

Sibuknya Perajin Ketupat Banyumas, Order Menggunung Jelang Lebaran

Anang Firmansyah - detikJateng
Selasa, 18 Apr 2023 15:44 WIB
Warga Desa Datar, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, membuat ketupat menjelang lebaran, Selasa (18/4/2023).
Warga Desa Datar, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, membuat ketupat menjelang Lebaran, Selasa (18/4/2023). Foto: Anang Firmansyah/detikJateng
Banyumas -

Tumpukan janur berwarna hijau dan kuning memenuhi sudut rumah Sukati (47) warga RT 01 RW 01 Desa Datar, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. Janur ini nantinya akan dibuat ketupat yang banyak diburu saat Hari Raya Idul Fitri.

Kati mengaku menjelang Lebaran produksi ketupat miliknya naik hingga mencapai 10 kali lipat dari hari biasanya. Ia sudah mulai memproduksi untuk persiapan Lebaran sejak Senin kemarin.

"Mulai membuat hari Senin. Kalau hari biasa 2.500 ketupat. Tapi ini menjelang lebaran bisa mencapai 25 ribu ketupat dalam satu hari," kata Kati saat ditemui, Selasa (18/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk memproduksi 25 ribu ketupat, dirinya menyiapkan beras sebanyak 1 ton. Padahal, saat hari biasa, dia hanya mampu menghabiskan beras 1 kuintal untuk produksinya.

"Sudah dua hari masak. Bisa bertahan dua hari yang penting tanak masaknya," terangnya.

ADVERTISEMENT

Dalam 1 RT di wilayah setempat terdapat sedikitnya 11 perajin ketupat. Menurut Kati warga yang paling awal membuat ketupat, sejak tahun 2007 silam.

"Saya tidak sendiri dalam membuat selongsong. Mempekerjakan warga sekitar, tapi momentum saja seperti saat ini. Ongkosnya per selongsong Rp 70 perak," jelasnya.

Untuk proses memasaknya dibutuhkan waktu yang berjam-jam. Oleh sebab itu dirinya menggunakan tiga kompor tungku dari bahan bakar kayu agar apinya lebih stabil.

"Aktivitas merebus dari jam 12.00 WIB sampai 20.00 WIB baru diangkat. Airnya tidak boleh asat (mengering). Kalau hampir habis harus diisi lagi sampai mendidih. Api juga jangan sampai mati. Ada lima dandang besar, setiap dandangnya kurang lebih isi 700 ketupat," jelasnya.

Ia biasa jualan di Pasar Wage Purwokerto. Jika mendekati Lebaran seperti ini banyak yang langsung ambil ke rumahnya. Terkadang pesanan itu datang dari luar kota.

"Saya jual di Pasar Wage. Tapi kalau Lebaran pada ngambil di sini. Malah sering juga ada pesanan dari luar kota seperti, Jakarta dan Solo," ungkapnya.

Jika hari biasa ia menjual ketupat dengan harga Rp 700 hingga Rp 800 per biji. Namun pada momen lebaran ia ketupatnya dihargai Rp 1.500 per biji.

"Selama lebaran ini omzet bisa sampai Rp 27.500.000. Setelah Lebaran biasanya masih ramai karena banyak yang berwisata," tuturnya.

Sementara itu, Dwi Desi (27) perajin selongsong ketupat musiman mengaku dalam sehari bisa membuat seribuan selongsong. Pekerjaan sampingannya ini cukup untuk memberikan tambahan untuk lebaran.

"Sehari bisa bikin 1.000 selongsong. Karena sudah biasa jadi satu selongsong tidak sampai setengah menit. Sudah tujuh tahun ini bikin selongsong ketupat," ungkapnya.

Selain membuat selongsong ketupat saat Lebaran, dirinya mengaku bekerja lepas membuat bulu mata yang disetorkan ke wilayah Kabupaten Purbalingga.

Tekan Laka Lantas, Perlu Pembenahan di Jalan Tol Boyolali

Jarmaji

(081393166256)

Boyolali – Selama 4 bulan terakhir sebanyak 16 orang tewas dalam kecelakaan di jalan tol Semarang – Solo wilayah Boyolali. Bahkan di bulan April ini, dari dua kejadian kecelakaan dua hari berturut-turut merenggut 11 orang meninggal dunia.

"Untuk tekan laka lantas, perlu adanya pembenahan di jalur tol Boyolali," kata Kasatlantas Polres Boyolali, AKP M. Herdi Pratama, Selasa (18/4/2023).

Kecelakaan lalu lintas di jalan tol ini pun menjadi perhatian tersendiri. Pasalnya, tingkat fatalitas yang meningkat dibandingkan tahun lalu. Di 2022, dari 51 kejadian ada 9 korban meninggal dunia, 5 luka berat dan 37 luka ringan.

Sementara di tahun 2023 ini, baru dalam kurun 4 bulan terakhir terjadi 10 kejadian dengan jumlah korban meninggal dunia ada 16 orang. Kemudian luka berat 4 orang dan luka ringan 19 orang. Kejadian paling sering di jalur A atau dari arah Semarang menuju Solo.

Menanggapi tingginya angka kecelakaan di tol dan dampak yang ditimbulkan, Satlantas Polres Boyolali mengelar focus group discussion (FGD), Upaya Pencegahan Laka Lantas yang Terjadi di Ruas Jalan Tol Area Boyolali. FGD yang telah berlangsung pada Senin (17/4), dan menghadirkan pakar transportasi dari Universitas Indonesia itu terdapat sejumlah usulan solusi menekan angka laka lantas di jalan tol.

Usulan tersebut tentu ditujukan kepada operator atau pengelola jalan tol Semarang – Solo. Dalam hal ini Trans Marga Jateng (TMJ).

"Karena kami tidak mungkin dari kepolisian membangun sarana prasarana jalan tol. Upaya kami yang bisa kami lakukan sesuai tupoksi kami, yakni melakukan patroli," ujar Herdi Pratama.

Herdi mengatakan, perlunya pembangunan rest area baru atau pelebaran rest area yang sudah ada saat ini. Kemudian pembangunan sarana clear zone sebagai jalur darurat. Apabila ada pengemudi yang kehilangan kendali atau rem blong, dapat langsung membanting stir ke clear zone untuk penyelamatan.

"Solusi low cost-nya lebih ke pembangunan papan perambuan yang menginformasikan pengendara untuk menurunkan kecepatan terutama di jalur A. Rambu yang digunakan disarankan reflector tipe 11 (menyala terang)," jelas dia.

Sementara itu pakar transportasi Universitas Indonesia (UI) Alan Marino, mengaku telah mengecek langsung lokasi laka lantas tol Boyolali yang menewaskan 8 orang. Dia juga telah menyusuri jalan tol Boyolali.

Menurut dia, jalan tol di wilayah Boyolali dari arah Semarang menuju Solo memiliki kontur menurun. Mulai dari KM 473 - KM 490. Sehingga tanpa digas sekalipun, laju kendaraan bisa sangat cepat. Bahkan, ada juga temuan over speed hingga 140 kilometer/jam.

Selain itu, di ruas ini juga dinilai miskin rambu lalu lintas. Terutama rambu untuk mengurangi kecepatan. Sedangkan rambu yang lain juga kurang. Sewajibnya, pembangunan jalan juga harus berkeslamatan. Baik pertimbangan jarak pandang yang cukup guna meminimalisir fatalitas.

Kemudian, jalan tol Boyolali juga dinilai kekurangan rest area. Rest area yang ada, 487 A dan 487 B memiliki kapasitas kecil.

"Ini memang saya rasa pesan untuk semua, bukan hanya Boyolali saja. Rest area yang bisa dipakai untuk semua pihak," kata dia.




(ahr/ams)


Hide Ads