Pertambangan minyak sumur tua di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, masih beroperasi sampai sekarang. Pertambangan ini masih menggunakan cara sederhana. Ada yang menggunakan mesin diesel, ada pula yang pakai mesin bekas truk.
Tambang minyak Desa Ledok ini peninggalan Belanda. Lokasinya berjarak sekitar 35 kilometer dari Kota Blora, lewat jalan bebatuan di tengah hutan.
Seorang penambang, Teguh asal Desa Sambong, tampak sedang menimba minyak dari perut bumi dengan mesin diesel yang dirakit dengan alat sederhana. LDK 155 ialah kode tempat ia menimba minyak mentah.
Ia memegang dua tuas. Tuas kiri untuk mengatur kecepatan diesel. Tuas kanan untuk mengangkat dan menurunkan timba di sumur.
Timba yang digunakan dari bahan pipa besi sekitar enam meter yang diikat dengan tali kawat ulir atau sling baja. Tali tersebut dikaitkan pada mesin dengan timba. Tiga pipa penyangga disusun limas segitiga, diperkuat dengan kayu dan besi. Dua buah katrol dipasang di pucuk penyangga, satu lainnya dipasang di bawah di antara mesin tambang dan sumur.
Minyak yang baru dikeluarkan dari sumur masih bercampur air dan lumpur. Warga sekitar menyebutnya sebagai latung. Latung itu disalurkan ke penampungan untuk dipisahkan dari air, dan lumpur. Setelah bersih, minyak mentah siap diangkut truk tangki ke Pertamina. Sebab tidak ada tempat pengelolaan minyak di Ledok. Di Blora hanya Cepu, itu pun skala kecil.
Teguh lincah mengendalikan mesin tambang minyak. Sudah 16 tahun dia bekerja. Ia sendiri saat mengoperasikan mesin diesel, tanpa helm dan sepatu. Sesekali ia juga mengencangkan baut yang kendor.
"Penghasilan penambang itu tidak ada patokannya. Menyesuaikan jumlah minyak yang dihasilkan dan harga minyak mentahnya," ucap Teguh saat ditemui detikJateng beberapa waktu lalu.
Menimba minyak di satu sumur biasanya dilakukan 2-3 orang. Sumur yang mengandung banyak minyaknya biasanya digarap menggunakan mesin bekas truk lengkap dengan gas, rem, kopling, dan persnelingnya.
Sedangkan sumur yang dikelola langsung oleh Pertamina, penambangannya menggunakan pompa angguk. Namun Teguh melakukannya sendiri karena produksinya kurang baik.
"Untuk menimba di sumur ini biasanya saya lakukan dua hari sekali," terangnya.
Pertambangan minyak sumur tua di Desa Ledok, 235 titik dikelola oleh PT Blora Patra Energi (PT BPE). Kemudian 20-an titik sumur dikelola Pertamina. Sisanya belum diproduksi karena belum mendapat izin.
Hasil penjualan minyak tidak sepenuhnya untuk penambang. Tapi juga untuk Perkumpulan Penambang Minyak Sumur Timba Ledok (PPMSTL) selaku organisasi para penambang, sebagian lagi untuk PT Blora Patra Energi.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
(rih/dil)