Melihat Tambang Minyak Sumur Tua Peninggalan Belanda di Ledok Blora

Melihat Tambang Minyak Sumur Tua Peninggalan Belanda di Ledok Blora

Achmad Niam Jamil - detikJateng
Sabtu, 25 Mar 2023 15:42 WIB
Pertambangan minyak sumur tua di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Foto diunggah Sabtu (25/3/2023).
Pertambangan minyak sumur tua di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Foto diunggah Sabtu (25/3/2023). Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng
Blora -

Pertambangan minyak sumur tua di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora, masih beroperasi sampai sekarang. Pertambangan ini masih menggunakan cara sederhana. Ada yang menggunakan mesin diesel, ada pula yang pakai mesin bekas truk.

Tambang minyak Desa Ledok ini peninggalan Belanda. Lokasinya berjarak sekitar 35 kilometer dari Kota Blora, lewat jalan bebatuan di tengah hutan.

Seorang penambang, Teguh asal Desa Sambong, tampak sedang menimba minyak dari perut bumi dengan mesin diesel yang dirakit dengan alat sederhana. LDK 155 ialah kode tempat ia menimba minyak mentah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia memegang dua tuas. Tuas kiri untuk mengatur kecepatan diesel. Tuas kanan untuk mengangkat dan menurunkan timba di sumur.

Timba yang digunakan dari bahan pipa besi sekitar enam meter yang diikat dengan tali kawat ulir atau sling baja. Tali tersebut dikaitkan pada mesin dengan timba. Tiga pipa penyangga disusun limas segitiga, diperkuat dengan kayu dan besi. Dua buah katrol dipasang di pucuk penyangga, satu lainnya dipasang di bawah di antara mesin tambang dan sumur.

ADVERTISEMENT
Pertambangan minyak sumur tua di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Foto diunggah Sabtu (25/3/2023).Pertambangan minyak sumur tua di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Foto diunggah Sabtu (25/3/2023). Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng

Minyak yang baru dikeluarkan dari sumur masih bercampur air dan lumpur. Warga sekitar menyebutnya sebagai latung. Latung itu disalurkan ke penampungan untuk dipisahkan dari air, dan lumpur. Setelah bersih, minyak mentah siap diangkut truk tangki ke Pertamina. Sebab tidak ada tempat pengelolaan minyak di Ledok. Di Blora hanya Cepu, itu pun skala kecil.

Teguh lincah mengendalikan mesin tambang minyak. Sudah 16 tahun dia bekerja. Ia sendiri saat mengoperasikan mesin diesel, tanpa helm dan sepatu. Sesekali ia juga mengencangkan baut yang kendor.

"Penghasilan penambang itu tidak ada patokannya. Menyesuaikan jumlah minyak yang dihasilkan dan harga minyak mentahnya," ucap Teguh saat ditemui detikJateng beberapa waktu lalu.

Menimba minyak di satu sumur biasanya dilakukan 2-3 orang. Sumur yang mengandung banyak minyaknya biasanya digarap menggunakan mesin bekas truk lengkap dengan gas, rem, kopling, dan persnelingnya.

Sedangkan sumur yang dikelola langsung oleh Pertamina, penambangannya menggunakan pompa angguk. Namun Teguh melakukannya sendiri karena produksinya kurang baik.

"Untuk menimba di sumur ini biasanya saya lakukan dua hari sekali," terangnya.

Pertambangan minyak sumur tua di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Foto diunggah Sabtu (25/3/2023).Pertambangan minyak sumur tua di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Foto diunggah Sabtu (25/3/2023). Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng

Pertambangan minyak sumur tua di Desa Ledok, 235 titik dikelola oleh PT Blora Patra Energi (PT BPE). Kemudian 20-an titik sumur dikelola Pertamina. Sisanya belum diproduksi karena belum mendapat izin.

Hasil penjualan minyak tidak sepenuhnya untuk penambang. Tapi juga untuk Perkumpulan Penambang Minyak Sumur Timba Ledok (PPMSTL) selaku organisasi para penambang, sebagian lagi untuk PT Blora Patra Energi.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Sementara itu, Ketua PPMSTL, Daryanto mengatakan pertambangan minyak sumur tua peninggalan Belanda ini sudah ada sejak tahun 1823. Saking lamanya ditinggalkan Belanda, kondisi sumur itu tertimbun tanah, rusak, ada juga pipa yang tercabut.

"Tahun 1998 mulai digarap oleh warga. Mulai dicari titik sumur nya, ada yang terlihat ada juga yang tertimbun tanah. Akhirnya digali 3 meter sampai 25 meter," jelasnya saat dihubungi melalui ponsel, Rabu (15/3/2023).

Untuk menggarap tidak bisa langsung mulus, baru awal tahun 2000-an minyak dari perut bumi dapat diproduksi. Mengaktifkan satu sumur membutuhkan pasokan dana besar. Warga untuk bisa mencukupi dengan cara iuran, jual sawah dan hewan ternak, hingga mendatangkan pemodal.

"Tahun itu kita merintis patungan, menelan anggaran Rp 750 juta totalnya sampai bisa produksi," terangnya.

Sumur tua di Ledok merupakan kawasan existing. Dikelola oleh Pertamina dan warga yang tergabung dalam PPMSTL melalui BPE. Sehingga hasil produksi dibagi untuk penambang dan pengelola.

"Hasil tambang 77 persen untuk penambang, 33 persen untuk pengelola (PPMSTL dan BPE). Kami mengelola 196 titik, 23 titik belum ada izin atau baru-baru ini ditemukan. Sehingga belum produksi, saat ini baru pengajuan perizinan. Jadi kita mengelola secara legal," jelasnya.

Pertambangan minyak sumur tua di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Foto diunggah Sabtu (25/3/2023).Pertambangan minyak sumur tua di Desa Ledok, Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora. Foto diunggah Sabtu (25/3/2023). Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng

Setiap sumur memiliki karakteristik tersendiri. Baik kedalaman maupun produksinya. Daryanto memaparkan, kedalaman sumur-sumur tua itu bervariasi. Dia menceritakan, Belanda membuat perbedaan kedalaman antartitik sumur. Meski dekat, kedalamannya tidak sama. Sesuai lapisan sumber.

"Kedalaman berbeda-beda. Sesuai kooperasi yang ada. Lapisan sumber. Antara 80-370 meter. Ada beberapa sampai 600-1.000 meter. Rata-rata sumur ini sumur dangkal, sekitar 80-300 meter," rincinya.

Lebih lanjut, sumur tua Ledok dari awalnya mampu memperoleh minyak mentah 1 drum atau 1 ton per hari, sekarang bisa mencapai 35 ton per harinya.

"Rata-rata satu bulan menghasilkan 1.100 ton. Untuk harga minyak fluktuatif, menyesuaikan harga minyak dunia. Bulan ini Rp 5.100 per liter," jelasnya.

Daryanto berharap adanya dukungan dari pemerintah agar potensi minyak sumur tua menjadi wisata edukasi. Selain itu, pengoptimalan sumur tua yang belum beroperasi agar bisa meningkatkan perekonomian.

Melihat potensi di Desa Ledok yang berstatus sebagai desa berkembang ini, dia berharap sumber daya alam yang ada bisa dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan bisa dipamerkan di dunia luar.

"Ledok bisa lebih baik dengan adanya sumur tua. Segi sosial budaya akan tertata dan bisa diandalkan sebagai objek wisata. Bisa membangkitkan UMKM juga. Harusnya Ledok bisa menjadi desa mandiri," pungkasnya.

Halaman selanjutnya, tanggapan Bupati Blora.

Bupati Blora Akan Tata Regulasi Pertambangan Minyak Sumur Tua

Terpisah, Bupati Blora, Arief Rohman memandang keberadaan pertambangan minyak sumur tua di Desa Ledok memiliki potensi yang besar. Bahkan dia mengaku melakukan pendekatan dengan beberapa pihak.

"Sumur tua ini nanti akan dikaji ya. Karena ada beberapa investor yang minat, investor yang masuk," kata Arief saat ditemui di Rumah Dinas Bupati Blora, Jumat (25/3/2023).

Selain investor yang tertarik, terdapat juga Kerja Sama Operasi (KSO), Koperasi Unit Desa (KUD), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang memiliki hasrat untuk mengelola sumur tua.

"KSO di Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, mereka juga pengin mengelola. Ini nanti seperti apa, akan kita koordinasikan," paparnya.

Arief mengaku akan memperbaiki sistem pengelolaan tersebut. Mulai pendataan sumur hingga potensi sumur yang menghasilkan minyak dari perut bumi.

"Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) sudah bersurat ke kita, untuk mendata potensi sumur tua yang ada. Ini akan menjadi potensi untuk menghasilkan minyak juga. Akan ditata lebih lanjut regulasinya," terangnya.

Dari pihak perguruan tinggi juga digandeng Pemkab Blora untuk menjadikan pertambangan minyak di Blora ini menjadi sumur lapang penelitian. Arief juga berniat menjadikan tempat tersebut sebagai objek wisata.

"Sudah ada pembicaraan dengan Universitas Pertamina mereka akan survei ke situ. Karena ini menarik juga, Blora punya keunikan sumur tua dan sumur angguk. Selain wisata edukasi juga wisata pendidikan, selain dimanfaatkan juga diolah," pungkasnya.

Halaman 2 dari 3
(rih/dil)


Hide Ads