Di tengah pengerjaan proyek tol Jogja-Solo yang terus berjalan, ternyata masih ada rumah yang bertahan di tengah proyek yakni milik Setyo Subagyo. Rumah dua lantai itu berada di Desa Kahuman, Kecamatan Ngawen, Klaten. Mengapa rumah itu masih bertahan, simak fakta-faktanya berikut ini.
1. Jadi Satu-satunya Rumah yang Masih Berdiri
Rumah berlantai dua milik Setyo Subagyo menjadi satu-satunya rumah yang masih berdiri di tengah proyek tol Jogja-Solo. Rumah warga lainnya yang sudah rata dengan tanah.
Rumah bertingkat itu berada tepat di tepi jalan Klaten-Boyolali, Desa Kahuman, Kecamatan Ngawen, Klaten, Jawa Tengah. Belum dibongkarnya rumah Setyo lantaran dirinya enggan menerima uang ganti rugi (UGR) senilai Rp 3,5 miliar.
Sampai saat ini kondisi rumahnya masih utuh berdiri di tengah proyek tol Jogja-Solo.
2. Dapat UGR Rp 3,5 M
Sebenarnya rumah Setyo sudah dilakukan appraisal atau perhitungan dan didapati angka uang ganti rugi (UGR) senilai Rp 3,5 miliar. Hanya saja, Setyo tidak sepakat dengan besaran tersebut. Perhitungan tersebut jika dirincikan maka tanah milik Setyo hanya diharga Rp 2,5 juta saja per meter.
Menurutnya, nilai itu tidak sesuai dengan harga kisaran tanahnya. Pasalnya, lokasi lain yang dianggapnya kalah strategis dengan miliknya dihargai Rp 3 juta. Sedangkan miliknya justru lebih rendah.
"Lahan seberang jalan ganti rugi per meter Rp 3 juta, mosok tempat kami Rp 2,5 juta. Padahal harga pasar kan mahal tempat kami, karena tidak jurang, seberang jalan kan jurang," papar Setyo, Jumat (23/12/2022).
"Masih belum klir, saya masih menunggu mediasi. Ya semoga ada perhatian," imbuhnya.
3. Mediasi Gagal
Terkait dengan penolakan besaran UGR tersebut sebenarnya sudah dilakukan mediasi. Hanya saja, mediasi yang melibatkan berbagai pihak itu gagal menemui titik temu. Hingga akhirnya sampai saat ini pun UGR juga belum diberikan kepada yang bersangkutan.
Kepala Seksi Pengadaan Lahan BPN Klaten, Sulistyono menjelaskan upaya mediasi dan koordinasi dengan pemilik rumah sudah dilakukan. Namun belum berhasil karena minta UGK naik.
"Sudah kita lakukan (koordinasi). Pada prinsipnya minta kenaikan nilai UGKnya sama dengan penilaian appraisal di Desa Ngawen (selatan jalan)," terang Sulistyono saat diminta konfirmasi detikJateng.
Selengkapnya baca di halaman berikutnya....
(apl/ahr)