Batu Akik Klawing, Harta Tercecer di Sepanjang Aliran Sungai Purbalingga

Batu Akik Klawing, Harta Tercecer di Sepanjang Aliran Sungai Purbalingga

Vandi Romadhon - detikJateng
Minggu, 22 Mei 2022 11:22 WIB
Beragam hasil kerajian bantu klawing asal Purbalingga.
Beragam hasil kerajian bantu klawing asal Purbalingga. Foto: Vandi Romadhon/detikJateng
Purbalingga -

Sungai Klawing yang mengalir di Kabupaten Purbalingga menyimpan cerita masa kejayaan batu akik pada kisaran tahun 2015-2017. Saat itu, sungai yang biasanya hanya didatangi pemancing yang sekadar ingin mencari ikan berubah menjadi riuh ramai.

Warga berbondong-bondong datang dengan tujuan yang serupa: berburu batu akik. Tidak hanya penduduk lokal, pemburu akik dari luar daerah juga seolah tak mau ketinggalan, mereka berharap dapat meraup rupiah dari batu yang memiliki kualitas tinggi dari Sungai Klawing.

Ketua Paguyuban Klawing Bersatu, Fauzi Imron berkisah pada masa kejayaan batu akik itu, Sungai Klawing bak magnet yang mampu menyedot manusia. Setiap hari banyak orang menyusuri Sungai Klawing untuk memunguti batu yang dianggap indah dan saat itu bernilai jual tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada tahun 2015 sampai 2017 saya hampir setiap hari melihat orang rela berpanas-panas menyusuri sungai untuk memunguti batu, Kalau dapat batu bagus ibaratnya seperti nemu harta karun, karena harga batu waktu itu luar biasa tinggi," kata Fauzi saat ditemui di lokasi Kompetisi Batu Klawing Purbalingga di Sanggaluri Park, Kamis (19/5/2022)

Menurutnya, selain karena pada tahun itu batu memang sedang booming, batu akik dari Sungai Klawing dinilai memiliki kualitas yang baik. Selain itu batu dari tempat itu cukup beragam mulai dari jenis badar, semi badar dan beningan.

ADVERTISEMENT

"Batu klawing ini memang unggul, pertama macamnya paling banyak, jenisnya paling banyak. Motif dan warnanya juga cukup banyak ditambah tingkat kekerasannya tinggi," ungkapnya.

Penyebab tingkat kekerasan batu itu tinggi menurutnya, karena proses perendaman hingga bertahun-tahun dalam air. Sehingga, lanjut Imron, dari hasil pengujian, batu klawing dari sungai lebih keras dibanding batu yang digali dari tanah.

"Klawing bisa disebut batu komplit, kerasnya dapat dan indahnya dapat. Sehingga pada masa kejayaannya Purbalingga memiliki posisi cukup penting sebagai salah satu daerah penghasil batu akik berkualitas," ujarnya.

Terkait maraknya masyarakat yang berbondong-bondong menambang batu akik di Sungai Klawing, dia meyakini tidak terlalu berdampak buruk pada alam. Karena meskipun adanya pencarian batu yang cukup masif, aliran Sungai Klawing itu cukup panjang dan metode pencariannya manual.

"Kerusakan alam saya yakin tidak begitu berdampak, karena Sungai Klawing itu mengalir sepanjang Purbalingga dan semua ada batu yang bagus. Selain itu kami beda dengan penambang pasir yang menggunakan alat, pencari batu itu manual memungut satu per satu jadi tidak merusak," tuturnya.

Beragam hasil kerajian bantu klawing asal Purbalingga.Beragam hasil kerajian bantu klawing asal Purbalingga. Foto: Vandi Romadhon/detikJateng

Kini, seiring berjalannya waktu, kejayaan batu akik klawing mulai meredup. Tren masyarakat bergeser sehingga hanya menyisakan sedikit orang yang menjadi penghobi dan masih tetap bertahan dalam dunia perbatuan.

"Iya sekarang sudah bergeser tidak se-booming dulu, yang ada sekarang orang-orang yang memang kolektor dan pecinta batu yang tidak goyah untuk menjaga itu kami membangun komunitas sebagai wadah dan tempat berbagi informasi," ungkapnya.

Mengenai harga batu akik saat ini menurutnya masih tetap stabil meski peminatnya turun. Dia beralasan, tidak ada patokan harga bagi para pecinta batu akik. Namun dia mengakui bahwa penghasilan para perajin akik menurun.

"Batu akik itu bisa dikatakan karya seni jadi tidak ada patokan harganya, kamu suka berapapun harganya pasti dibeli. Beda jika pasarnya orang yang hanya mengikuti tren, banyak pertimbangan. Nah dulu waktu jayanya memang hampir semua orang mau membeli batu otomatis penghasilan pengrajin naik," terangnya

Terkait prospek batu akik di masa depan dirinya mengaku tidak bisa memprediksi apakah akan menemukan kejayaannya kembali. Tapi, upaya untuk terus mendorong semakin meluasnya masyarakat yang memiliki hobi koleksi batu akik terus dilakukan komunitasnya.

"Kalau booming seperti dulu saya tidak bisa memprediksi ya, kami hanya berusaha terus mengangkat dan mengenalkan dengan berbagai upaya salah satunya dengan event Klawing Gems Competition 2022 ini," ungkapnya

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi dalam pembukaan kompetisi batu akik itu menyampaikan ingin mendorong bangkit kembalinya kejayaan batu akik asal daerahnya. Menurutnya Purbalingga pernah merasakan dampak ekonomi yang tinggi dengan fenomena booming akik Sungai Klawing.

"Kami pernah punya sejarah yang bagus pada masa kejayaan batu akik Sungai Klawing, hal itu berdampak pada peningkatan ekonomi daerah. Perlu adanya inovasi untuk publikasi keunggulan batu akik Sungai Klawing sehingga masa kejayaan itu dapat terulang," kata Tiwi.

Dirinya mengungkap event kerja sama antara Pemkab Purbalingga dengan Forum Klawing Bersatu ini sebagai langkah awal untuk ke depan bisa menjadi event tahunan. Terlebih di dalamnya, menurut Tiwi, juga ada kontes batu akik skala nasional yang mengundang peserta dari berbagai penjuru.

"Jadi ini sangat luar biasa eventnya, apa pun tadi yang dikatakan ketua forum bahwa ini bisa menjadi event nasional. Ini baru kegiatan yang kita start di awal setelah masa pandemi COVID-19, mudah-mudahan nanti dalam kondisi yang stabil, bisa kita rutinkan kegiatan seperti ini," ujarnya

Pihaknya berharap di tahun yang akan datang, event itu bisa dipersiapkan lebih matang. Kemudian mengundang seluruh perwakilan dari kabupaten/kota se-Indonesia untuk bisa ikut dalam kompetisi tingkat nasional.




(ahr/rih)


Hide Ads