Cerita Agus Puluhan Tahun Jualan Batu Akik di Pasar Kanoman Cirebon

Serba-serbi Warga

Cerita Agus Puluhan Tahun Jualan Batu Akik di Pasar Kanoman Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Kamis, 26 Des 2024 06:00 WIB
Agus, penjual batu akik di Pasar Kanoman Cirebon.
Agus, penjual batu akik di Pasar Kanoman Cirebon. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Cirebon -

Di jejeran ruko samping Pasar Kanoman Cirebon, terdapat deretan penjual batu akik. Terlihat, berbagai macam jenis batu akik berjejer di meja yang terbuat dari kayu. Beberapa batu akik juga tampak diletakkan dalam lemari kaca berwarna putih.

Dari sekian banyaknya penjual, salah satu yang cukup lama berjualan adalah Agus. Sambil duduk di lapak batu akiknya, Agus yang berusia 53 tahun bercerita, ia sudah menekuni usaha batu akik sekitar tahun 1980-an.

Mulanya, ia hanya ikut bersama teman-temannya yang sudah terlebih dahulu menjual batu akik. Baru setelah mulai mengerti tentang dunia batu akik, Agus memutuskan membuka lapak batu akiknya sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tahun 1980-an saya mulai berjualan di sini, dari mulai anak satu sampai anak tiga jualannya di sini, sudah 30 tahun lebih, " kata Agus, belum lama ini.

Tak hanya menjual, Agus menjadi perajin batu akik. Biasanya, Agus akan merajin batu akik ketika mendapatkan permintaan atau orderan untuk membuat cincin batu. Untuk sekali merajin batu, Agus mematok tarif Rp50.000.

ADVERTISEMENT

"Kalau sudah ada bahan batunya, itu membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk pembuatannya, dari mulai dipotong sampai dicocokkan sama cincinnya. Ada juga proses penyepuhan di dalam cairan emas, agar cincinnya bisa berwarna emas," ujar Agus.

Ada banyak jenis batu akik yang dijual Agus. Menurutnya, yang menentukan mahal atau tidaknya batu akik, bisa dilihat dari bentuk, motif serta jenis batunya. Semakin langka jenis batunya, maka batu akik akan semakin mahal.

"Untuk harganya tergantung motif batu sama jenisnya, makin sulit dicari makin mahal, bahkan pas lagi musimnya sekali transaksi di sini bisa sampai Rp2.000.000. Untuk harganya nggak nentu, tergantung musimnya," jelas Agus.

Agus, penjual batu akik di Pasar Kanoman Cirebon.Batu akik yang dijual Agus di Pasar Kanoman Cirebon. (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)

Agus memaparkan, penjualan batu akik mulai ramai sekitar tahun 2012, kala itu sedang ramai isu tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan cinderamata berupa batu akik kepada Presiden Amerika Barack Obama. Menurutnya, hal ini membuat harga batu akik langsung melambung di pasaran.

"Pas ramai musim batu akik itu, ketika SBY memberikan batu akik Bacan ke pejabat negara. Sampai daerah sini yang jualan batu akik banyak sampai puluhan pedagang berjejer, yang datang itu dari berbagai macam daerah, kebanyakan orang beli batu akik itu buat hiasan jari sama investasi buat dijual lagi, " tutur Agus.

Saat itu, lanjut Agus, hanya dari berjualan batu akik, dirinya bisa mendapatkan omzet jutaan rupiah per hari. Bahkan, hasil dari jualan batu akik, bisa untuk membangun rumah dan menyekolahkan salah satu anaknya sampai perguruan tinggi.

"Anaknya tiga, sudah pada besar semua, satu anak alhamdulillah bisa kuliah dari hasil jualan batu akik, sama bisa bangun rumah. Pas itu dalam sehari, saya dapat bisa sampai jutaan, di bawah 10 juta lah sehari itu dapat, jualannya banyak batu, paling mahal itu batu perak harganya bisa sampai Rp 500.000, pas itu lagi boomingnya batu akik," kata Agus.

Tapi itu dulu, sekarang, penghasilan Agus dari berjualan batu akik menurut drastis. Dalam sehari, Agus hanya bisa mendapatkan hasil sekitar puluhan ribu rupiah. Menurutnya, hal ini disebabkan karena harga batu akik yang sedang turun, ditambah peminatnya yang sudah semakin berkurang.

"Sekarang paling di bawah Rp100 ribu, harganya juga menurun, jadi cukup buat makan sehari-hari saja. Dulu pas ramai buka dari pagi sampai malam, sekarang paling buka jam 10:00 sampai jam 17:00 WIB," ujar Agus.

Meski penghasilan dari batu akik sudah menurun drastis, tetapi, bersama istrinya, Agus masih akan tetap berjualan batu akik di sekitar pasar Kanoman, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

"Sudah profesinya kayak gini, mau pindah usaha juga tenaganya sudah nggak mampu. Tapi meskipun sepi, ada saja orang yang datang, pelanggan juga masih ada yang datang. Alhamdulillah anak juga sudah pada gede, sudah berkeluarga, jadi untuk makan sehari-hari mah masih cukup," pungkas Agus.

(orb/orb)


Hide Ads