Tumpukan batu-batu bersusun rapi sebanyak 90 buah tiba-tiba muncul di aliran Sungai Kampung Pasirdoton, Desa Jayabakti, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi pada tahun 2018 silam. Hal itu bahkan sempat memicu perdebatan di kalangan warga dan viral di media sosial.
Bentuknya yang menarik dan lokasinya yang berada di tengah sungai membuat batu-batu tersebut dikaitkan dengan fenomena mistis hingga spekulasi akan kejadian alam yang langka.
Saat itu kabar tentang keberadaan batu-batu ini menyebar dengan cepat, disertai dengan beragam teori di media sosial. Beberapa pengguna bahkan menyebut adanya kekuatan gaib di balik susunan batu itu. Namun, di balik semua spekulasi, misteri ini akhirnya terungkap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita ini akhirnya sampai ke telinga Ading Ismail, yang kala itu menjabat sebagai Camat Kecamatan Cidahu. Ading merasa resah melihat fenomena ini membuat warga gelisah. Ading kala itu langsung bergerak cepat dengan melakukan kunjungan ke lokasi bersama aparat Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Muspika Kecamatan Cidahu. Langkah tegas diambil untuk menghancurkan susunan batu tersebut guna menghindari kesalahpahaman yang lebih jauh.
"Setelah mendapat informasi saya langsung ke lokasi, saya serap informasi dari warga yang mengaku melihat sejumlah orang yang membuat batu-batu itu menjadi bersusun. Dan Alhamdulillah, hari itu juga saya bersama aparat MUI dan Muspika Kecamatan Cikidang langsung menghancurkan batu-batu itu," kata Ading kepada detikcom, Sabtu (3/2/2018) silam.
Ading menjelaskan bahwa tindakannya tersebut mendapat dukungan penuh dari warga setempat. Warga secara sukarela ikut membantu menghancurkan batu-batu itu.
"Kalau airnya keruh memang agak seperti fenomena alam, tapi kalau airnya jernih terlihat jelas kalau itu bikinan manusia," lanjutnya.
Ketika itu meski batu-batu tersebut telah dihancurkan, cerita-cerita mistis masih terus berkembang. Salah satunya adalah kabar yang menyebutkan adanya sembilan warga yang mengalami kesurupan setelah perusakan batu-batu tersebut. Kabar itu beredar luas di media sosial dan menambah ketakutan di kalangan masyarakat.
Namun, Ading dengan tegas membantah kabar tersebut. "Siang saya hancurkan, malamnya muncul lagi postingan yang menyebut ada 9 warga kesurupan. Saya langsung minta tolong ke aparat desa untuk melakukan pengecekan, dan ternyata itu hoax," ujarnya. Menurut Ading, tidak ada warga yang mengalami kesurupan, dan isu tersebut hanya ulah oknum yang ingin memperkeruh suasana.
Di tengah kisruh dan misteri siapa pembuat batu-batu itu, tersiar kabar dan spekulasi, muncul informasi bahwa batu-batu tersebut ternyata disusun oleh sekelompok pemuda sebagai bentuk kreativitas. Hal itu ditegaskan Sekretaris Desa Jayabakti saat itu Agus Muzamil.
"Saya dapat informasi jika susunan itu sengaja dibuat sejumlah anak muda dengan maksud mengajak warga untuk menjaga lingkungan. Namun informasi yang salah membuat isu tersebut berkembang liar," katanya.
Beberapa warga menyebut bahwa mereka sempat melihat seorang pria misterius di sekitar lokasi sebelum batu-batu itu tersusun rapi. Namun, identitas pemuda yang membuat susunan itu tetap menjadi teka-teki hingga akhirnya terungkap bahwa pembuatnya adalah Rahmat Apandi (30), seorang warga setempat.
Rahmat diketahui sebagai sosok pendiam yang sehari-harinya bekerja sebagai pemulung. Aksi menyusun batu dilakukan Rahmat sebagai bentuk iseng dan ekspresi kreatifitas, tanpa disangka aksinya tersebut menjadi viral dan menimbulkan kehebohan.
Misteri susunan batu di Sungai Cidahu akhirnya terpecahkan. Meski banyak yang mengira adanya hal-hal gaib, faktanya batu-batu tersebut hanyalah hasil kreativitas manusia yang kemudian disalahartikan oleh sebagian pihak. Rahmat Apandi kini dikenal sebagai sosok di balik misteri batu bersusun, membuktikan bahwa terkadang realita lebih sederhana daripada cerita yang beredar.
Sejumlah anggota kepolisian dan warga kemudian meminta Rahmat menunjukkan kepiawaiannya. Masih di sungai yang sama satu persatu batu dia susun hingga dalam satu menit satu susun batu selesai dia kerjakan.
Batu bersusun buatan Rahmat berdiri setinggi 1 meter, ada 8 susun batu dengan kondisi terbawah batu besar dan mengecil ke atas.
Rahmat memang pendiam, sejumlah awak media sempat menanyai pemuda itu namun dia hanya memberi jawaban iya dan tidak. Menurut Indra keponakannya itu memang aneh sejak kunjungannya ke daerah Jawa beberapa tahun yang lalu.
"Entah ke Jawa Timur atau Jawa Tengah sekitar 4 tahun yang lalu. Sepulang dari sana dia jadi pendiam, saya sendiri sempat nanya kenapa dia susun batu kata dia iseng. Dia aktivitasnya normal, malahan rajin shalat dan ngaji," lanjut Indra menjelaskan kondisi keponakannya itu.
Indra sempat mendengar pengakuan dari Rahmat ketika ramai di media sosial terkait penemuan batu bersusun pertama awal Februari. Namun saat itu Indra tidak mempercayai Rahmat begitu saja.
"Pas ramai pertama awal bulan ini semua warga juga mencari, saat itu Rahmat sempat bisik-bisik ke ibu saya dan mengaku kalau dia yang membuat. Tapi kami tidak percaya begitu saja," tandasnya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau masyarakat untuk tidak langsung mempercayai isu-isu yang beredar terkait hal-hal mistis. "Masyarakat hendaknya berhati-hati dalam masalah yang dapat merusak akidah dan keimanan kita kepada Allah SWT. Hal-hal kecil seperti ini bisa menjerumuskan ke dalam kemusyrikan," kata Wakil Ketua MUI Zainut Tauhid.
Zainut juga mengapresiasi langkah cepat pemerintah setempat dalam menangani isu ini, serta mengingatkan pentingnya tabayyun atau klarifikasi agar tidak jatuh pada kesesatan informasi. "MUI mendukung langkah Muspika setempat yang cepat mengantisipasi hal ini dengan melibatkan ulama dan masyarakat untuk memberikan pemahaman yang benar," ujarnya.
Jabar X-Files merupakan rubrik khas detikJabar yang menyajikan beragam kejadian kriminal atau kejadian luar biasa yang pernah menyita perhatian publik.
(sya/dir)