Harga kedelai yang terus meroket memaksa perajin tahu dan tempe di sejumlah daerah di Jawa Tengah dan DIY mengecilkan ukuran produk. Perajin memilih menurunkan kuantitas agar tidak merugi.
Klaten
Sekretaris Primer Koperasi Tahu-Tempe (Kopti) Klaten, Dodi Eka Wardhana, mengatakan harga kedelai yang terus menanjak memang menyulitkan perajin.
"Terakhir harga kemarin Rp 11.250 per kilogram, tidak tahu sekarang berapa. Dampaknya terjamin penurunan produksi sekitar 50 persen meski masih bertahan," terang Dodi kepada detikJateng, Senin (21/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perajin, sebut Dodi, tidak bisa berbuat banyak dalam kondisi saat ini. Sebagian menyiasati keadaan dengan mengecilkan ukuran.
"Banyak yang mengecilkan ukuran tetapi tetap berproduksi. Harapan kami sebenarnya ada subsidi atau segera ada operasi pasar, tapi kedelai ini kan persoalan global," papar Dodi.
Rembang
Hal yang sama dilakukan perajin tahu dan tempe di Rembang. Salah satu produsen tempe daun jati, Sri Ungatminah, mengakui kenaikan harga kedelai impor selama dua bulan ini sangat memengaruhi biaya produksi tempe miliknya.
"Kalau kenaikan harga sudah dua bulanan ini. Untuk menyiasati agar tidak merugi kami mengurangi ukuran tempe. Satu ikat tempe daun jati isi 10 bungkus harganya masih sama yaitu Rp 4.000," jelasnya, Senin (21/2).
Kota Pekalongan
Dzikri (65), perajin tempe warga Kelurahan Kuripan Kertoharjo, Kecamatan Pekalongan Selatan, mengatakan dirinya tetap produksi meski harga kedelai naik. Hal itu karena menjadi mata pencaharian utamanya.
Dia pun memilih mengecilkan ukuran agar tidak terlalu merugi.
"Disiasati dengan mengecilkan ukuran tempe," kata Dzikri, Senin (21/2).
Kota Semarang
Perajin tempe di perkampungan Jalan Madukoro V, Slamet, mengatakan meski harga kedelai naik, para perajin tempe tidak menaikkan harga. Maka yang dilakukan adalah mengurangi berat atau ukuran tempe.
"Naik harga (tempe) kita nggak bisa. Bisanya main gini, timbangan, ukuran. Misal yang tadinya 5 ons jadi 4,5 ons," kata Slamet, Senin (21/2).
Bantul
Ketua Kelompok Koperasi Tahu Tempe Ngoto, Bantul, Sarbani, mengatakan di kelompoknya yang berjumlah 23 perajin memilih mengurangi kuantitas produksi tahu dan tempe. Hal itu untuk menyiasati melonjaknya harga kedelai saat ini.
"Cuma produksinya dikurangi, terus kemasannya juga isinya dikurangi, yang dulunya isinya seperempat paling sekarang 2 ons," ujarnya, Senin (21/2).
Sarbani mengaku tidak bisa langsung menaikkan harga tahu tempe. Mengingat konsumen sudah terbiasa dengan harga yang berlaku saat ini, terlebih tahu dan tempe salah satu bahan makanan yang digandrungi masyarakat.
"Karena kalau menaikkan harga kan tidak mungkin. Konsumen sudah terlanjur harga segitu, jadi pandai-pandainya perajin saja, ya isinya saja yang dikurangi," ucapnya.
Kulon Progo
Perajin tahu di Sentra Industri Tahu Murni di Dusun Wonobroto, Kulon Progo, Samsuri (30), mengatakan saat ini harga kedelai di pasaran berkisar Rp 11.500 per kg. Harga ini naik signifikan dibandingkan harga sebelumnya yang selalu di bawah Rp 10.000 per kg.
Dengan kenaikan itu, ia melakukan pelbagai cara agar tidak merugi, di sisi lain usahanya tetap bisa jalan. Salah satu yang dilakukannya yakni mengurangi ukuran tahu.
"Dari ketebalan biasanya 5 cm, nanti kita jadi 3,5 cm. Tahu kan bentuknya persegi, jadi untuk ukuran lebarnya dari 3 cm jadi cuma 2 cm gitu. Jadi kita mainnya gitu," ucapnya, Senin (21/2).
"Dari kami sebenarnya rada gimana ya, untuk omzet turun, dari ukuran juga dikurangi. Kalau dibikin sama kayak kemarin-kemarin omzet ya turun. Jadi ya beginilah," sambungnya.
Perajin tahu lainnya di Wonobroto, Dawud (53), mengatakan di samping ukurannya yang mengecil, harga jual tahu juga berubah. Jika sebelumnya dengan uang nominal Rp 1.000 konsumen bisa membawa pulang lima buah tahu, sekarang hanya dapat maksimal tiga buah saja.
"Kalau sekarang ini ya tahunya (dibuat) kecil sekali, nggak bisa seperti saat kedelai murah dulu," ungkapnya saat ditemui di rumah produksi tahu miliknya di Wonobroto, Rabu (16/2).
Dawud mengatakan langkah-langkah tersebut dilakukan sebagai upaya bertahan di tengah melonjaknya harga kedelai.
(rih/dil)