"Kami tetap berproduksi," kata Yulianto, pemilik pabrik penggorengan tahu kempong, di Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali, Senin (21/2/2022).
Yulianto mengaku, mendapat pasokan tahu dari pabrik tahu milik kakaknya di Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali. Pabrik tahu milik Kamto, itu hari ini juga tetap berproduksi.
"Saya dapat tahu dari tempatnya (pabrik) kakak saya. Hari ini juga produksi terus," jelas Yulianto.
Setiap hari Yulianto mengambil tahu sebanyak 35 ember. Setiap ember berisi sekitar 100 potong tahu. Kemudian tahu putih itu diolahnya lagi dengan digoreng menjadi tahu kempong.
Dengan mahalnya kedelai dan langkanya minyak goreng saat ini, dia pun tidak bisa berbuat banyak. Pernah mengecilkan ukuran, tetapi langsung dikomplain pelanggan.
"Pernah potongannya (tahu) biasanya jadi 3, tapi saya potong jadi 4 saja, langsung dikomplain pelanggan. Kecil-kecil," ungkapnya.
Dia pun mengembalikan ukuran tahu kempongnya lagi seperti semula. Dia sejauh ini juga belum menaikkan harga. Namun, dampaknya keuntungan yang dia dapat berkurang.
"Biasanya satu ember untung Rp 25.000, sekarang ini ya sekitar Rp 15.000," imbuh dia.
Terkait minyak goreng, Yuli mengatakan, mendapatkan minyak goreng dengan harga Rp 14.000/liter. Namun pembeliannya dibatasi hanya 34 liter/hari. Sesuai kebutuhan menggoreng tahu setiap harinya.
Ditambahkan dia, harga tahu putih dari pemasoknya saat ini belum mengalami kenaikan. Namun jika nantinya naik, maka akan semakin berdampak pula pada penghasilannya.
Tahu kempong produksinya dijual ke Pasar Boyolali Kota. Selain itu juga sudah ada pedagang yang mengambil langsung ke rumahnya.
Sementara itu pabrik tahu milik Kamto di Kecamatan Mojosongo, hari ini juga terlihat tetap melakukan produksi. Sejumlah pekerja terlihat melakukan aktivitas pembuatan tahu.
"Tetap produksi, ya sekedar bertahan. Mungkin pemilik kasihan sama kami juga para pekerja, kalau berhenti nggak punya pekerjaan," kata seorang pekerja setempat.
(aku/ahr)