Gas Melon Sulit Didapat, Perajin Tahu di Bandung Pakai Kayu Bakar-Merugi

Gas Melon Sulit Didapat, Perajin Tahu di Bandung Pakai Kayu Bakar-Merugi

Bima Bagaskara - detikJabar
Selasa, 04 Feb 2025 12:30 WIB
Tempat produksi tahu di Cibunut, Kota Bandung
Tempat produksi tahu di Cibuntu, Kota Bandung (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Krisis ketersediaan gas LPG 3 kg tengah dirasakan masyarakat menyusul kebijakan baru terkait distribusi. Kondisi sulit itu turut dirasakan para perajin tahu di kawasan Cibuntu, Kota Bandung setelah gas melon yang selama ini jadi andalan mereka sulit didapat.

Demi roda produksi tetap berputar, para perajin tak punya pilihan selain beralih menggunakan gas LPG 12 kg yang harganya jauh lebih mahal dan membuat mereka merugi. Sebagian perajin lainnya, memanfaatkan kayu bakar sebagai solusi dari masalah tersebut.

Salah seorang perajin, Muhamad Zamaludin menuturkan, sulitnya mencari gas LPG 3 kg membuat beberapa perajin tahu libur produksi. Namun kebanyakan kata dia, perajin tetap memproduksi meski harus merugi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang ada yang libur dulu, ada yang produksi tapi ya merugi. Merugi karena kita pakai 12 kg dan ada juga yang mensiasati pakai kayu bakar," kata Zamaludin saat diwawancarai, Selasa (4/2/2025).

Dalam sehari, satu tempat produksi tahu rata-rata membutuhkan 30 tabung gas LPG 3 kg. Namun sejak gas melon itu sulit didapat, mereka harus beralih ke gas LPG 12 kg.

ADVERTISEMENT

Beralih ke LPG 12 kg pun bukan solusi yang ideal. Menurut Zamaluidin, harga gas ini jauh lebih mahal dan membuat biaya produksi naik signifikan. Perajin kata dia harus mengeluarkan biaya tambahan hingga Rp 500-700 ribu.

"Sehari itu perajin rata-rata puluhan, saya 35 tabung yang 3 kg dan ini pakai 12 kg jadi 7 tabung per hari. Kalau pakai 12 kg rugi Rp 500-700 ribu, kalau kita gak produksi ya pelanggan bisa kabur," tuturnya.

Tempat produksi tahu di Cibunut, Kota BandungTempat produksi tahu di Cibuntu, Kota Bandung Foto: Bima Bagaskara/detikJabar

Sementara untuk penggunaan kayu bakar, selain membuat proses memasak jadi lebih lama dan melelahkan, asap dan bekas pembakaran juga jadi masalah sendiri bagi perajin.

"Pakai kayu bakar sebenarnya lebih murah tapi yang jadi masalah tempat produksi jadi kotor, tungkunya jadi hitam terus kayu bakarnya agak susah juga," ucap Zamaludin yang juga ketua Paguyuban Tahu Tempe Jawa Barat ini.

Kelangkaan gas melon ini sudah dirasakan perajin tahu Cibuntu sejak beberapa hari terakhir. Mereka berharap ada solusi dari pemerintah agar distribusi gas kembali lancar.

Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tak mungkin usaha tahu rumahan yang sudah turun-temurun ini akan semakin terhimpit dan memaksa perajin menaikkan harga jual yang tentunya akan menimbulkan masalah baru di masyarakat.

"Dampak untuk harga sementara belum ada, kita belum menaikkan harga. Tapi kalau begini terus ya terpaksa kita naikkan harga. Harapannya pemerintah buat kebijakan itu dengan solusinya. Jangankan kami, rumah tangga saja sudah kena dampaknya," tandasnya.

(bba/yum)


Hide Ads