Melonjaknya harga kedelai hingga Rp 11.500 per kg membuat pusing para perajin tempe di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Agar tidak terlalu merugi, ukuran tempe akhirnya dikecilkan.
Langkah mengurangi ukuran itu dilakukan oleh perajin tempe di Bendungan, Wates, Kulon Progo, Kabul (40). Jika sebelumnya tempe buatannya bisa selebar tangan orang dewasa, saat ini menyusut signifikan.
"Kemarin-kemarin pas harga kedelai murah itu ukurannya (tempe) bisa lebih gede mas, sekarang karena kedelai mahal, mau tidak mau yang dikurangi, jadi lebih kecil," ungkap Kabul saat ditemui di rumah produksi tempe miliknya di Bendungan, Senin (21/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain ukuran tempe yang mengecil, Kabul juga mengurangi jumlah produksi, dari sebelumnya bisa habis 1 kuintal kedelai per hari, kini hanya berkisar 50-70 kg. Jika dipersentase maka berkurang hingga 40 persen.
"Kebutuhan kedelai untuk produksi juga kami kurangi sampai 40 persen. Sekarang kami hanya bisa mengolah antara 50 sampai 70 kg kedelai, dari sebelumnya bisa 1 kuintal lebih," ujarnya.
Kabul sudah lama jadi perajin tempe dan telah memasok produknya ke sejumlah pasar di wilayah Kulon Progo dan sekitarnya. Ini jadi satu-satunya usaha yang dimilikinya. Karena itu dengan melonjaknya harga kedelai, ia berupaya tetap bertahan dengan berbagai cara.
"Kalau enggak gini (mengubah ukuran tempe dan mengurangi bahan baku), ya susah buat bertahan. Jadi mau tidak mau memang kitanya yang harus pintar-pintar ambil langkah biar nggak rugi," ucapnya.
Kabul berharap pemerintah bisa segera turun tangan mengatasi harga kedelai yang tinggi. Menurutnya dengan harga saat ini, perajin kesulitan mendapat untung. Jika kondisi ini terus dibiarkan, para perajin tempe berpotensi gulung tikar.
"Semoga pemerintah bisa menstabilkan harga kedelai ya, jangan naik terus, kalau bisa malah turun kayak dulu-dulu yang kisarannya selalu di bawah Rp 10 ribu. Kalau gini terus ya kami bisa bangkrut," ujarnya.
![]() |
Tak hanya tempe saja yang ukurannya mengecil. Produk lain hasil olahan kedelai seperti misalnya tahu juga mengalami hal serupa.
"Kalau sekarang ini ya tahunya (dibuat) kecil sekali, enggak bisa seperti saat kedelai murah dulu," ungkap salah satu perajin tahu, Dawud (53) saat ditemui di rumah produksi tahu miliknya di Wonobroto, Tuksono, Sentolo.
Bersamaan dengan itu, harga jual tahu bikinan Dawud juga berubah. Jika sebelumnya dengan uang nominal Rp 1.000 konsumen bisa membawa pulang setidaknya lima buah tahu, sekarang hanya dapat maksimal tiga buah saja.
"Sekarang Rp 1.000 cuma dapat tiga, sebelumnya bisa dapat lima," jelasnya.
Dawud mengatakan cara-cara tersebut adalah bagian dari upaya bertahan di tengah melonjaknya harga kedelai yang terus naik sejak pandemi COVID-19 melanda.
"Dulu harga kedelai di bawah Rp 10.000, sekarang menjadi Rp 11.050. (Kenaikannya) Bisa dirasakan, tapi kami tetap harus jalan (produksi)," ucapnya.
(rih/aku)