Para perajin tahu di Kabupaten Kudus memilih untuk tetap berproduksi pada hari ini. Mereka tidak terpengaruh ajakan mogok dari gabungan produsen di seluruh Jawa.
Berdasar pantauan detikJateng, pengusaha tahu di Desa Karangbener Kecamatan Bae terlihat tetap berproduksi. Belasan pekerja terlihat sibuk bekerja seperti biasa.
"Instruksi ada, imbauan tidak produksi selama tiga hari, sekitar tanggal 21-23 Februari 2022. Cuma di wilayah Kudus, kita sendiri tidak ada niatan untuk mogok produksi," jelas Ketua Paguyuban Pengusaha Tahu, Kompak Bener, Bambang Sutrisno, kepada wartawan ditemui di lokasi, Senin (21/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bambang mengatakan di paguyubannya tercatat ada 15 pengusaha tahu. Mereka kompak tidak mogok produksi. Bambang yang sudah menggeluti bisnisnya sejak 2015 itu beralasan tidak mau mogok produksi karena takut ditinggal konsumen.
"Di samping memang menjadi lumbung pekerjaan, takutnya kita mogok tiga hari tentu agen diambil sama pabrik lainnya. Di wilayah kita ada 15 pabrik, beda-beda, punya agen sendiri, khususnya di Karesidenan Pati," terang Bambang.
Meski demikian, Bambang mengakui bahwa kondisi para pengusaha tahu dan tempe sedang sangat sulit. Mereka menghadapi kenaikan harga kedelai yang cukup tinggi.
Saat ini, kata dia, harga kedelai mencapai Rp 11.200 per kilogram, padahal harga normalnya berada di angka Rp 8.600 per kilogram.
Mahalnya harga kedelai membuat produsen juga terpaksa menaikkan harga jual hasil produksinya.
"Harga tahu normal Rp 80 ribu per satu ember, atau per masaknya itu kita jual Rp 27.500, sekarang kita naikkan jadi Rp 30 ribu per masak," terang dia.
Menaikkan harga dianggap lebih aman dibanding memperkecil ukuran atau mengurangi kualitas.
"Kualitas masih sama, misal kita kurangi takarannya, kita kurangi isinya, nanti hasilnya tidak bisa maksimal. Kita tetap maksimal produksi, kita memaksimalkan hasil," ucap Bambang.
"Kita nunggu solusi dari pemerintah, karena kita ketergantungan sama kedelai impor, kalau bisa ya pemerintah mengusahakan agar menggalakkan petani untuk bisa menanam kedelai lokal, jadi harganya bisa terjangkau," imbuh Bambang.
(ahr/dil)