Menyambut pergantian bulan baru dalam Tahun Hijriah, yaitu Jumadil Awal, khatib biasanya akan menyampaikan khutbah Jumat dengan tema yang tidak terlepas dari akidah dalam Islam. Untuk itulah, di bawah ini akan diuraikan contoh khutbah Jumat bulan Jumadil Awal yang bisa dijadikan sebagai referensi.
Menurut Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI, 1 Jumadil Awal 1447 Hijriah jatuh pada Kamis, 23 Oktober 2025. Oleh sebab itulah, sehari setelahnya yang bertepatan dengan Jumat akan diselenggarakan sholat Jumat, sehingga penyampaian khutbah Jumat bulan Jumadil Awal biasanya akan dilakukan oleh khatib.
Jumadil Awal atau Jumadil Ula adalah bulan kelima dalam kalender Hijriah. Dikatakan dalam buku 'Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah' oleh Ida Fitri Shohibah, dinamakan sebagai Jumadil Awal karena orang-orang Arab pada zaman dahulu mengalami kekeringan air. Inilah yang membuat Jumadil Awal dikenal sebagai permulaan musim kemarau.
Selama bulan Jumadil Awal, ada berbagai peristiwa penting dalam Islam. Sebut saja Perang Al-Ashirah yang terjadi di tahun ke-2 Hijriah dan dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW. Kemudian ada juga Perang Dzatur Riqa di tahun yang sama yang juga melibatkan beliau.
Pada bulan Jumadil Awal juga terjadi peristiwa wafatnya Asma' binti Abi Bakar As-Siddiq. Sosoknya merupakan perempuan kedua yang memeluk agama Islam setelah Khajidah binti Khuwailid.
6 Teks Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal
Untuk mengisi khutbah Jumat agar bermakna, terdapat berbagai tema yang bisa diangkat oleh setiap khatib. Baik itu berkaitan dengan teladan maupun hal-hal lainnya yang masih terkait dengan masa kini. Sebagai referensi, berikut contoh teks khutbah Jumat bulan Jumadil Awal yang dikutip dari buku 'Materi Khutbah Jumat Sepanjang Tahun' karya Muhammad Khatib, SPd I, hingga laman resmi NU Online dan Simbi Kemenag RI.
1. Qana'ah Bukti Orang Beriman
Hadirin jemaah Juma'ah rahimakumullah
Patutlah kiranya pada siang hari ini kita memanjatkan puji syukur kepada Allah atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita bisa melaksanakan kewajiban ibadah Jum'at. Untuk mewujudkan rasa syukur tersebut marilah kita berusaha meningkatkan takwa kepada Allah SWT., dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya dan berusaha meninggalkan semua larangan-Nya. Takwa ini harus kita wujudkan dengan sebenar-benarnya takwa, sebagaimana firman Allah:
يليما الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran 102)
Hadirin jemaah Juma'ah rahimakumullah,
Salah satu cara agar kita bisa hidup tenteram dan bahagia adalah memiliki sifat Qana'ah, yakni merasa puas atas pemberian yang sudah kita terima. Kepuasan itu ditunjukkan dengan rasa syukur serta menghindari kerakusan.
Qana'ah adalah salah satu cara untuk mengendalikan diri di tengah gemerlapnya dunia yang semakin menggiurkan. Sebagai seorang muslim sifat ini harus kita miliki, supaya kita tidak terjerembab dalam kubangan kehidupan duniawi yang penuh tipu daya.
Kebanyakan diantara kita masih banyak yang belum menyadari akan pentingnya qana'ah. Terbukti masih rakus dalam memburu harta dan jabatan. Padahal kita semua tahu, bahwa harta pasti akan habis dan jabatan akan digantikan. Alasan klasik selalu muncul; ingin hidup bahagia dengan semua itu. Namun karena tidak qana'ah, yang namanya kebahagiaan tidak pernah ditemukan.
Qana'ah adalah harta yang tidak akan habis dan simpanan yang tak akan lenyap. Sebagaimana ungkapan hikmah Abu Bakar al-maghribi: bahwa orang yang berakal ialah orang yang dapat mengatur urusan dunianya dengan sikap qana'ah dan mengatur urusan akhiratnya dengan penuh semangat dan mengatur urusan agamanya dengan syari'ah.
Hadirin jemaah Juma'ah rahimakumullah,
Ketika kita memiliki sifat qana'ah, maka semua yang ada akan terasa cukup. Sebagaimana pendapat Syaikh Zakaria al-Anshari bahwa qana'ah itu merasa cukup dengan apa yang sudah diterima dan memenuhi kepentingannya, baik berupa makanan, minuman, pakaian atau lainnya.
Dengan memiliki sifat qana'ah, diri kita terhindar dari sifat-sifat buruk seperti serakah, hasud, dan sombong. Kita menjadi lebih hati-hati dari barang subhat apalagi yang haram. Bahkan kita akan menjadi hamba yang pandai bersyukur. Rasulullah bersabda:
كُنْ وَرَعَا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَكُنْ قَنَعًا تكُن أَشْكَرَ النَّاسِ .
"Jadilah kamu orang yang wara' pasti kamu menjadi orang yang rajin beribadah, dan jadilah kamu orang yang qana'ah pastilah kamu menjadi orang yang banyak bersyukur." (HR.Bukhari)
Namun demikian, janganlah salah mengartikan qana'ah dengan berpangku tangan atau berserah diri tanpa usaha. Manusia tidak dilarang mencari rizki, bahkan Allah SWT memerintahkan manusia untuk berusaha. Karena usaha merupakan bagian dari ibadah. Usahalah yang menjadi modal perjuangan agama. Tanpa ada hasil usaha, tidak akan ada masjid, tidak ada panti asuhan, tidak ada madrasah dan mushalla.
Hanya saja yang perlu disadari, bahwa dunia usaha bagaikan hutan belantara. Apabila kita tidak berhati-hati, bisa-bisa diterkam binatang buas atau tersesat di dalamnya. Sehingga kita tidak mendapatkan hasil maksimal, ataupun mendapatkannya tetapi bukan hasil yang halal. Oleh karena itu, kita mesti memperisai diri dengan qana'ah. Dengan begitu kita tidak tersesat dan meraih hasil maksimal. Bahkan usaha kita akan bernilai ibadah.
Hadirin jemaah Juma'ah rahimakumullah,
Jelaslah bahwa qana'ah semata berpangku tangan, justru sebaliknya qana'ah adalah keyakinan penuh kepada Allah Yang Maha Kuasa mengatasi segala keperluan manusia dan menentukan yang bagi hamba-Nya. Jika ternyata ketentuan itu tidak sesuai harapan, maka bersabarlah, itu pertanda Allah sedang menguji kesabaran kita. Kita tidak boleh berhenti berusaha, namun tetap berusaha sekuat tenaga, selama nyawa masih dikandung badan.
Dengan memiliki sifat qana'ah, ktia tidak pernah takut dan gentar. Apapun kondisinya, kita akan tetap sabar dan penuh keyakinan, karena yakin akan janji Allah SWT dalam Surat Hud ayat 6. Tiada sesuatu yang melata di bumi ini, melainkan di tangan Allah rezekinya.
Kenyataan hidup memang tidak selalu sesuai harapan. Terkadang lurus kadang berkelok. Justru ketika berkelok itulah tanda-tanda keberuntungan kita. Rasulullah SAW bersabda:
"Sungguh beruntung orang yang Islam dan rezekinya pas-pasan dan dia merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah kepadanya."
Rasulullah SAW berpesan kepada Hakim bin Hizam: "Harta memang indah dan manis, barang siapa mengambilnya dengan lapang dada maka dia mendapatkan berkah. Sebaliknya, barang siapa menerimanya dengan kerakusan, maka harta itu tidak akan memberikan berkah kepadanya. layaknya orang makan yang tak pernah kenyang"
Hadirin jemaah Juma'ah rahimakumullah,
Demikianlah khutbah jum'ah kali ini. Semoga dapat menjadi pertimbangan dalam mengarungi kehidupan kita sehari-hari yang semakin terasa penuh sesak dengan berbagai persaingan dan tuntutan. Semoga kita termasuk muslim yang cerdas. Muslim yang dapat mengendalikan diri dan nafsunya dalam menghadapi dunia.
2. Menjadi Insan Beruntung di Akhirat
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Siang ini kita menikmati kurnia yang demikian agung sehingga dapat menjalankan salah satu kewajiban yakni melaksanakan shalat Jumat berjamaah.
Dengan demikian, tidak ada pilihan kecuali bagaimana besarnya nikmat Allah SWT tersebut kita syukuri dengan cara meningkatkan takwallah. Yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang.
Hadirin yang Mulia,
Pada suatu kesempatan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya kepada para sahabat apakah mereka tahu yang disebut orang bangkrut. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallahu 'Anh sebagai berikut:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟
Artinya: "Sesungguhnya Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wasallam bertanya: Tahukah kalian siapakah yang dinamakan orang bangkrut?"
قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ
Artinya: "Mereka (para sahabat) menjawab: Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah mereka yang tidak mempunyai uang dan tidak pula mempunyai harta benda."
Jawaban seperti itu ternyata bukan sebagaimana yang dimaksudkan Rasulullah. Nabi Muhammad tidak bertanya tentang ekonomi, melainkan ingin mengajak para sahabat mengetahui bahwa kebangkrutan bisa terjadi dalam bidang agama. Jadi di dalam agama juga ada perhitungan matematis terkait pahala dan dosa, seperti penambahan dan pengurangan di antara sesama manusia. Hal ini terjadi pada saat semua manusia berada di Padang Makhsyar untuk menjalani hisab yang akan menentukan apakah seseorang akan masuk surga atau neraka.
Jamaah Jumat Hafidhakumullah,
Dengan perhitungan seperti itu, dapat diketahui apakah seseorang akan termasuk orang beruntung atau justru orang bangkrut di akhirat kelak. Adapun yang dimaksud bangkrut dalam agama adalah sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam lanjutan hadits berikut:
فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَقَذَفَ هٰذَا، وَأَكَلَ مَالَ هٰذَا، وَسَفَكَ دَمَ هٰذَا، وَضَرَبَ هٰذَا. فَيُعْطِى هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهٰذَا مِنٰ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يَقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ. ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
Artinya: "Nabi menjelaskan: Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. Tetapi mereka dahulu pernah mencaci maki orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain. Maka kepada orang yang mereka salahi itu diberikan pahala amal baik mereka; dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik mereka. Apabila amal baik mereka telah habis sebelum hutangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu dan diberikan kepada mereka; Sesudah itu, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka."
Jadi, setiap orang dari umat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mendapatkan pahala dari ibadah-ibadah yang mereka lakukan semasa hidupnya seperti shalat, puasa, dan zakat. Namun pahala-pahala yang didapat dari ibadah-ibadah wajib itu akan dikonfrontir dengan dosa-dosa sosialnya akibat berbuat zalim kepada sesama manusia. Dari seperti mencaci maki, menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain seperti mencuri atau korupsi, membunuh secara tidak sah, melukai atau menyakiti orang lain baik secara fisik maupun non-fisik, dan sebagainya.
Apabila besarnya dosa-dosa sosial akibat kezaliman tidak sebanding dengan kesalehan-kesalehan yang dilakukannya karena banyaknya orang yang dizalimi atau tingginya tingkat kezaliman kepada orang tertentu, maka dosa-dosa dari orang-orang yang dizalimi akan diberikan kepada orang yang menzalimi hingga mencapai titik impas. Apabila titik impas tidak tercapai, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan melemparkan orang yang menzalimi itu ke neraka. Orang seperti inilah yang disebut orang bangkrut dalam agama sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam hadits di atas.
Jamaah Jumat yang Berbahagia,
Kezaliman manusia terhadap manusia lainnya pada dasarnya merupakan urusan manusia karena termasuk wilayah muamalah. Namun demikian, Allah tidak membiarkannya hingga pihak yang melakukan kezaliman menyelesaikan masalahnya, misalnya dengan kompensasi tertentu dan/atau meminta maaf kepada pihak yang dizalimi semasa hidupnya. Apabila hal ini tidak dilakukan hingga masing-masing meninggal dunia, maka Allah akan memperhitungkannya di akhirat kelak.
Jadi, melakukan kezaliman terhadap sesama manusia bukanlah persoalan sepele karena urusannya bisa sampai ke akhirat. Allah memang memperhatikan dan memperhitungkan setiap kezaliman seperti itu sebagaimana juga disebutkan dalam sebuah hadits marfu' yang diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallahu 'Anh sebagai berikut:
وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لا يَتْرُكُهُ الله فَظُلْمُ الْعِبَادِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا حَتَّى يُدَبِّرُ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ
Artinya: "Adapun kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah adalah kezaliman manusia atas manusia lainnya hingga mereka menyelesaikan urusannya."
Oleh karena itu siapa pun hendaknya bersikap hati-hati kepada orang lain dengan menjaga lisan, tangan dan anggota badan lainnya agar terhindar dari dosa-dosa sosial akibat berbuat kezaliman kepada mereka. Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Sabîlul Iddikâr wal I'tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A'mâr (Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, halaman 100), juga menjelaskan bahwa di antara hal-hal yang amat diperhitungkan oleh Allah pada hari kiamat adalah perbuatan zalim manusia terhadap manusia lainnya sebagaimana kutipan berikut ini:
وَاعْلَمْأَنَّ مِنْ أَشَدِّ الْأَشْيَاءِ وَأَشَقِّهَا فِيْ مَوْقِفِ اْلقِيَامَةِ: ظُلْمُ اْلعِبَادِ، فَإِنَّهُ اَلظُّلْمُ الَّذِيْ لَا يَتْرُكُهُ اللهُ
Artinya: "Ketahuilah bahwa di antara hal-hal berat dan sangat diperhitungkan pada hari kiamat adalah perbuatan zalim terhadap sesama manusia sebab hal ini merupakan kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah."
Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT,
Oleh karena itu apabila benar-benar sayang pada diri sendiri, maka hal-hal yang harus kita lakukan dalam rangka mencegah kebangkrutan amal adalah menjaga agar pahala dari ibadah yang kita lakukan tidak ludes oleh dosa-dosa sosial akibat kezaliman kepada orang lain. Jadi, memang pahala dari berbagai ibadah saja seperti shalat, puasa, haji dan bahkan zakat sekalipun belum cukup menjadi bekal kita di akhirat hingga ada kepastian bahwa orang-orang lain selamat dari lisan dan tangan kita melakukan kezaliman-kezaliman kepada mereka.
Mudah-mudahan kita semua senantiasa diberi kekuatan oleh Allah Subhanahu Wa Taala untuk mampu menjaga lisan, tangan dan anggota tubuh lainnya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang menzalimi sesama manusia. Dari seperti menyakiti hati orang lain, mencaci maki, memfitnah dan menuduh tanpa bukti, mengambil hak orang lain seperti mencuri dan korupsi, membunuh secara tidak sah, menyakiti secara fisik, dan sebagainya. Dengan cara ini semoga kita semua selamat dari predikat orang-orang bangkrut di akhirat, amin ya rabbal alamin.
3. Ajaran Islam dan Pentingnya Meneladani Sikap Patriotisme Pahlawan
Jemaah salat Jumah raḥimakumullāh,
Mengawali khotbah ini, di hari Jum`at yang disebut oleh Nabi Muḥammad sebagai sayyidul ayyām, sepatutnya kita mengucap syukur kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat iman, Islam, kesehatan, dan nikmat lainnya. Selawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi agung, Muḥammad SAW.
Di awal khotbah ini, kami berwasiat kepada pribadi kami sendiri dan juga kepada para hadirin sekalian agar senantiasa meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT dengan selalu berikhtiar melaksanakan perintah-perintah Allah serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Semoga ketakwaan kita selalu terjaga, Āmīn yā Rabbal 'ā lamīn.
Jemaah salat Jumah raḥimakumullāh,
Bagi seorang muslim, salah satu hal yang paling penting dalam hidupnya adalah dapat melakukan ritual ibadah kepada Allah SWT. Sedangkan syarat mutlak agar seorang muslim dapat beribadah adalah keamanan negerinya di mana ia tinggal, seperti yang telah ditegaskan dalam firman Allah SWT. dalam Surah al-Baqarah ayat 126:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَهِمَ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا أَمِنًا وَارْزُقُ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرْتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَامَتِعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرَهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Ketika Ibrahim berdoa, "Ya Tu-hanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan (hasil tanaman, tumbuhan yang bisa dimakan) kepada penduduknya, yaitu orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan tara mereka hari akhir." Dia (Allah) berfirman, 'Siapa yang kufur akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka. Itulah seburuk-buruk tempat kembali'."
Menurut Imām Fakhruddīn ar-Rāzy, keamanan merupakan nikmat Allah yang paling besar. Tanpa keamanan, mustahil ketentraman dalam bermuamalah dan beribadah akan tercapai. Sehingga keamanan menjadi hal paling dasar yang harus dipenuhi. Baik itu keamanan dari pengganggu maupun penjajah.
Jemaah salat Jumah raḥimakumullāh,
Tidak lama lagi kita akan memperingati Hari Pahlawan, yaitu tanggal 10 November. Spirit Hari Pahlawan harus kita maknai dan diresapi sebagai momentum memperkuat kecintaan kita kepada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawanlah kita dapat melaksanakan salat dengan tenang, melakukan mu`āmalah dengan baik, dan banyak aktivitas lain yang bisa kita jalankan tanpa gangguan.
Tentu kita harus mensyukuri nikmat-nikmat tersebut dengan tanpa melupakan jasa perjuangan para pahlawan dan syuhadā yang telah gugur.
Sungguh, mereka adalah orang yang terpilih yang mendapat kesempatan yang spesial untuk ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, dari mereka juga kita mendapatkan suri teladan berupa sikap patriotik, yaitu rela berkorban dengan dengan bersungguh-sungguh mempertaruhkan segalanya demi memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Dalam firman-Nya Allah mengategorikan mereka termasuk orang-orang beruntung:
لكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَأُولَئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَتُ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
"Akan tetapi, Rasul dan orang-orang yang beriman bersama-nya berjihad dengan harta dan jiwanya. Mereka memperoleh berbagai kebaikan. Mereka (pu-la)-lah orang-orang yang beruntung."
Dari uraian di atas, kita sebagai muslim yang menikmati hasil perjuangan para pahlawan, tentu mendapatkan ibrah atau pembelajaran, bahwa mencintai tanah air dapat dilakukan dengan sikap patriotik, yang saat ini dapat kita lakukan dengan cara menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia yang masyarakatnya majemuk, yang sukunya banyak, budayanya banyak. Itu semua merupakan kelebihan negara kita yang harus kita kelola menjadi harmonis, seperti yang telah disampaikan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
يأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَابِلَ لِتَعَارَفُوا
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal."
Ayat di atas menegaskan bahwa penciptaan manusia yang majemuk, baik secara jenis kelamin, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bertujuan agar kita berinteraksi dengan secara harmonis, guna menciptakan kehidupan yang damai dan tenteram.
Kedamaian dan ketentraman itu bisa tercipta bila suatu bangsa berkomitmen dengan persatuan, seperti yang telah diperintahkan melalui ayat berikut:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ اخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ أَيْتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
"Berpegangteguhlah kamu semua-nya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hati-mu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk."
Ayat ini menegaskan bahwa suatu bangsa mesti bersatu, dan ini merupakan perwujudan sikap rasa syukur atas nikmat-Nya yang telah dianugerahkan pada mereka, yaitu persatuan.
Jemaah salat Jumah rahimakumullāh,
Demikianlah khotbah singkat yang bisa kami sampaikan. Semoga kita bisa selalu menjadi umat muslim yang mampu meneladani sikap patriotisme dari para pahlawan. Dengan menjaga persatuan kesatuan bangsa kita, dalam kondisi apapun, kita tidak boleh mudah diprovokasi atau disulut amarah yang dapat menyebabkan tidak bersatu dan memecah belah, marilah kita jaga kerukunan.
4. Pelayanan Publik dalam Islam
Hadirin sidang Jumat yang berbahagia,
Islam sebagai suatu agama merupakan sistem akidah, syariat, dan akhlak. Nilai-nilai Islam antara lain adalah persamaan derajat antar manusia, semangat persaudaraan, tanggung jawab, orientasi pada kebaikan, keadilan, kejujuran, amanah, pengabdian/ibadah, keikhlasan, kebersihan, mendahulukan melaksanakan kewajiban, memberikan pertolongan, berakhlak mulia, prinsip toleransi, musyawarah, dan kedamaian. Meski tidak mungkin ajaran Islam memiliki aturan yang rinci tentang segala permasalahan sosial, namun terdapat nilai-nilai etik yang dapat dijadikan pedoman, termasuk dalam hal pelayanan publik.
Pelayanan merupakan kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Kemampuan tersebut ditunjukan oleh sumber daya manusia yang ada dalam suatu Perusahaan. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa memberikan pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya menarik konsumen untuk menggunakan produk dan jasa yang ditawarkan. Pelayanan merupakan kunci sukses bagi suatu perusahaan dalam menjalankan atau mengelola usahanya.
Islam telah mengajarkan kepada umat Islam, untuk senantiasa memberikan pelayanan yang berkualitas. Dalam memberikan pelayanan kepada konsumen setiap pihak harus bekerja secara profesional dan terampil. Sifat profesional dan terampil ini digambarkan dalam Al-Qur'ān Surah al-Isrā ayat 84 yang berbunyi:
قُلْ كُلُّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى سَبِيلًا
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Pada ayat di atas dikemukakan bahwa setiap orang yang beramal dan berbuat sesuai kemampuannya. Artinya, seseorang harus bekerja dengan penuh ketekunan dan mencurahkan seluruh keahliannya. Jika seseorang bekerja sesuai dengan kemampuannya maka akan melahirkan hal-hal yang optimal. Dalam ayat lain yaitu Q.S. Al-Baqarah ayat 267 yaitu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا صلے كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلَّا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan dari- padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."
Apabila kita tarik ke ranah pelayanan, maka kedua ayat tersebut dapat bermakna bahwa para petugas pelayan, hendaknya melayani dan memperlakukan seseorang dengan baik sebagaimana ia memperlakukan dirinya sendiri. Intinya, pelayanan yang islami adalah melayani dengan sepenuh hati, tidak mengabaikan perintah serta aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah SWT.
Hadirin sidang Jumat yang berbahagia,
Seorang muslim yang mendapatkan amanah melayani, diharuskan untuk berprilaku (memberikan pelayanan) yang dianjurkan Al-Qur'ān dan sunnah. Ada beberapa etika dalam memberikan pelayanan dalam Islam antara lain yaitu: Prinsip tolong menolong (at-Ta`āwun).Prinsip tolong menolong disebut dalam Q.S. Al-Māidah ayat 2.
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدُونِ
Mematuhi peraturan. Umat Islam diperintahkan mematuhi Allah, Rasul, dan pemimpin (ulil amri) disebut dalam Q.S. An-Nisā ayat 59.
يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
Sikap jujur (al-Amīn). Umat Islam diperintahkan untuk berkata jujur, hal tersebut disebutkan dalam banyak ayat, misalnya Q.S. Al-Aḥzāb ayat 70 yaitu:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Tulus (al-Ikhlāṣ). Umat Islam diperintahkan untuk menyembah Allah dan menjalankan perintah agama dengan ikhlas atau ketulusan, misalnya dalam Q.S. Az-Zumar ayat 11 yaitu:
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدين
Ramah (ar-Rahīm). Umat Islam diminta meneladani Rāsūlullāh SAW yang memiliki sabar, hal itu disebut dalam banyak ayat, misalnya Q.S. At-Taubah ayat 128 yaitu:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sabar (aṣ-Ṣabr). Umat Islam diperintahkan untuk memiliki jiwa sabar, hal tersebut terdapat dalam Q.S. As-Sajdah ayat 24 yaitu:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَا ملے صَبَرُوا وَكَانُوْا بِأَيْتِنَا يُوْقِنُونَ
Prinsip persamaan (al-Musāwā). Umat Islam diperintahkan untuk memandang sesama manusia sejajar, sama rata, dan seimbang, tidak boleh melakukan diskriminasi. Hal tersebut terdapat dalam Q.S. Al-Ḥujarāt ayat 13 yaitu:
يأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْتُكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَكُمْ
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Dalam konteks pelayanan yang menjadi fokus pemerintah, layanan bisa terkait dengan bidang sosial, pendidikan, kesehatan, keagamaan, administrasi kependudukan, informasi, ketenaga kerjaan, dan lainnya. Berbagai layanan tersebut bisa disebut sebagai layanan publik, yaitu layanan yang diberikan untuk masyarakat secara umum, karena banyak masyarakat yang membutuhkan berbagai layanan tersebut. Para Aparatur Sipil Negara (ASN) harus memiliki kesadaran, pemahaman, serta berusaha memberikan pelayanan di berbagai bidang tersebut secara prima.
Islam agama merupakan ajaran yang menjamin kebahagiaan dan keselamatan hidup, sehingga mengandung nilai-nilai untuk selalu berbuat yang terbaik bagi diri sendiri dan orang lain, termasuk dalam hal pelayanan publik.
Dalam pelaksanaan layanan publik tersebut perlu didasari oleh pemahaman yang universal dan inheren dalam diri masing-masing, sesuai tugas dan tanggung jawab yang dimilikinya untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya sesuai ketentuan dalam ajaran Islam yang telah disebutkan di atas.
5. Peran Guru dalam Pembangunan
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah,
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah menganugerahkan ilmu pengetahuan sebagai jalan menuju kemuliaan. Selawat dan salam disanjungkan kepada Baginda Rasulullah SAW., yang telah mengajarkan agama dan ilmu pengetahuan sebagai pedoman dalam meniti kehidupan. Semoga kita semua yang hadir dalam salat Jumat ini senantiasa dihiasi dengan cahaya keberkahan ilmu pengetahuan, Amin ya Rabbal `alamīn.
Sebelum menguraikan khotbah, khatib berwasiat untuk diri khatib dan mengajak seluruh jemaah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ketakwaan kita kepada Allah SWT. Di antaranya menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua laranganNya berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan yang luas.
Hadirin sidang Jumat berbahagia,
Melalui guru, kita semua mendapatkan bekal ilmu pengetahuan, nilai dan tuntunan kehidupan sehingga kita mampu menapaki kehidupan dengan penuh keberkahan.
Rasulullah SAW. pernah bersabda:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بالعلم.
"Siapa menginginkan kebaikan di dunia ini, hendaklah ia mencapainya dengan ilmu. Siapa menginginkan kebaikan di akhirat, maka ia harus mencapainya dengan ilmu. Dan Siapa menginginkan keduanya, hendaklah mencari ilmu" (H.R. Thabrāny).
Berdasarkan ḥadīṡ ini, kebahagiaan di dunia dan di akhirat baik dalam konteks pribadi maupun sebagai sebuah bangsa akan bisa dicapai jika memiliki perhatian serius terhadap ilmu dan dunia pendidikan. Sebab, ilmu dan pendidikanlah sesungguhnya kunci meraih kesuksesan, kemajuan, dan kebahagiaan.
Hadirin sidang Jumat yang berbahagia,
Jika kita lihat firman Allah SWT yang pertama kali turun sesungguhnya mengajarkan ilmu dan pendidikan. Menurut Dr. Abdurrahman Saleh `Abdullāh, dalam risetnya yang berjudul "Educational Theory: a Quranic Outlook", menegaskan bahwa Surah al-'Alaq ayat 1 hingga 5 merupakan ayat-ayat pendidikan.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ لا مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ لا بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
Terminologi iqra (membaca), 'allama (mengajar), al-qalam (pena), dan mā lam ya`lam (materi yang belum diketahui atau kurikulum) itu semua merupakan terminologi yang sangat lekat dengan dunia pendidikan. Proses pendidikan akan terjadi jika adanya proses membaca, mengajar, alat tulis, dan kurikulum. Bahkan, di antara nama kitab suci umat Islam sendiri yang populer adalah "Al-Qur'an" yang berarti "bacaan" dan "al-Kitab" yang artinya "buku". Ini menunjukkan ajaran Islam sangat lekat dengan ilmu dan dunia pendidikan.
Oleh karenanya, dalam momentum hari guru ini, tentu guru merupakan orang yang paling berjasa dalam dunia pendidikan. Sebab, dialah orang yang selalu berkecimpung dalam lembaga pendidikan yang mentransformasikan ilmu pengetahuan, al-akhlaq al-karimah, dan mendorong kepada seluruh peserta didiknya untuk menciptakan peradaban yang lebih konstruktif.
Hadirin sidang Jumat yang berbahagia,
Peran guru dan pendidikan menempati posisi yang strategis dalam konteks pembangunan bangsa. Sebab, guru dan pendidikan inilah yang akan menentukan bagaimana kualitas sumberdaya manusia dan kemajuan bangsa di masa depan. Bangsa Indonesia yang tengah menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka atau dikenal dengan Indonesia Emas, diharapkan menjadi negara yang maju, berdaulat, adil dan makmur; dan itu akan sangat tergantung dari guru dan pendidikan.
Jika data di Kemendikbud menunjukkan bahwa jumlah peserta didik semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 ini sebanyak 53,14 juta orang, maka nasib kualitas pendidikan mereka sangat tergantung dari para gurunya. Guru inilah yang akan memberikan corak pengetahuan, etika, dan kontribusinya terhadap peradaban di masa depan. Jika gurunya memiliki pengetahuan yang luas, etika yang baik, dan semangat serta produktivitasnya tinggi, maka tentu itu akan berpengaruh terhadap peserta didik dan nasib pembangunan bangsa kita.
Oleh karenanya, guru sesungguhnya tidak hanya sebatas sebagai orang yang mentransformasikan pengetahuan semata, tetapi juga dipersonifikasikan sebagai model, contoh, atau panutan. Bahkan, pada titik tertentu, guru dipersepsikan sebagai orang yang sempurna. Persepsi ini tidak hanya oleh para muridnya, tetapi juga masyarakat sekitar.
Untuk itu, dapat dimaklumi jika Syekh Hafiẓ Ḥasan al-Mas`ūdy dalam kitabnya, Taysīr al-Khalaq mempersyaratkan guru itu harus memiliki sifat dan karakteristik yang baik. Guru memiliki kepribadian yang tangguh, idealisme yang kuat, serta keuletan dan kecermatan yang baik. Sementara itu, Syekh Muḥammad 'Āṭiyah al-Abrāsyi, seorang tokoh pendidikan modern, menulis bahwa sekurang-kurangnya gur itu memiliki 7 (tujuh) karakter yang harus melekat, yakni (1) zuhud, (2) jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak yang buruk, (3) ikhlas, (4) pemaaf, (5) mampu menempatkan diri sebagai bapak atau orang tua, sehingga mencintai dan memikirkan masa depan anak didiknya, (6) mengetahui bakat dan minat muridnya, dan (7) menguasai bidang studi atau materi yang diajarkan.
Hadirin sidang Jumat yang berbahagia,
Demikian khotbah singkat ini disampaikan, semoga bermanfaat untuk kita semua. Āmīn yā Rabbal 'ā lamīn.
6. Harta dan Kewajiban yang Ada di Dalamnya
Hadirin jemaah Juma'ah rahimakumullah,
Pada kesempatan yang penuh rahmat dan persaudaraan ini, Saya berpesan marilah kita selalu berusaha meningkatkan takwa Kepada Allah SWT, dengan cara menunaikan semua perintah-Nya dan berusaha semaksimal mungkin menjauhi larangan-Nya tanpa terkecuali. Hanya dengan cara inilah hidup kita tidak sia-sia, dan tujuan hidup kita bisa tercapai.
Hadirin jemaah Juma'ah rahimakumullah,
Manusia, kerap kali terlena dan ternina bobokan oleh harta. Api rayuannya yang begitu dahsyat telah menjeratnya, sehingga a lupa untuk apa ia dikaruniai harta. Ia juga lupa bahwa harta tu hanyalah titipan Allah yang harus dipergunakan sesuai dengan Petunjuk-Nya. Akibatnya, harta yang semestinya membawa Kebahagiaan justru mendatangkan malapetaka. Atau dengan kata lain, harta itu tidak membawa berkah.
Bagi para pengagum dunia, harta selalu menjadi ukuran. Keberhasilan seseorang diukur dengan uang, bahkan kebaikan seseorang juga diukur dengan uang. Kesopanan secara spontan bisa muncul karena uang, sebaliknya kejujuran bisa pudar juga karena uang. Saudara kandung bisa lupa juga karena uang. Seorang haji bisa lupa taubatnya juga disebabkan uang. Para penerima amanah yang bersumpah di bawah naungan Al-Quran bisa lupa, juga karena uang.
Dalam shahih muslim dijelaskan: "Hati orang yang sudah tua akan selalu merasa muda karena kecintaannya kepada dunia." Manusia tidak pernah puas dengan apa yang ada, maunya bertambah terus, terus, terus dan terus mencari. Hal ini sudah tergambar jauh sebelum glamoritas bermunculan seperti sekarang ini. Rasulullah SAW. bersabda: "Andaikan anak keturunan Adam mempunyai dua lembah harta, tentu dia masih menginginkan lembah yang ketiga. Padahal yang memenuhi perut keturunan anak Adam hanyalah tanah belaka." HR. Muslim.
Hadirin jemaah Juma'ah rahimakumullah,
Sayangnya, setelah uang itu berhasil dikumpulkan banyak yang lupa, bahkan lupa akan kewajibannya membayar zakat. Zakat tidak hanya dengan 2,5 kg beras atau uang sejumlah 12.000 rupiah. Tetapi ada zakat lain, yaitu zakat mal (zakat harta), zakat profesi, zakat perusahaan, zakat perniagaan dan lain sebagainya.
Ketika kewajiban itu tiba, biasanya muncul keengganan untuk mengeluarkannya. Banyak alasan yang dimunculkan, mulai ketidaktahunan, bagaimana cara menghitungnya, kepada siapa harus disalurkan, apa saja yang harus dizakati, dan lain sebagainya. Padahal al-Qur'an sudah jelas menerangkan, di antaranya surat At-Taubah: 103;
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan [mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda] dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Pada ayat lain juga dijelaskan, yang artinya: "Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian [maksudnya yang tidak meminta-minta]." QS. Az-Dzariyat: 19.
Kedua ayat di atas, secara tegas dan jelas menyatakan bahwa ada hak fakir miskin dan kaum dhua'fa di dalam harta orang-orang kaya atau muzakki. Bahkan pada ayat surat At-Taubah tadi Allah nyatakan dengan kalimat amr (perintah) 'ambillah', maka itu berarti hukumnya wajib.
Hadirin jemaah Juma'ah rahimakumullah,
Dalam riwayat Imam Bukhari dijelaskan, bahwa harta yang tidak dikeluarkan zakatnya, kelak di akhirat akan berubah menjadi ular bermata satu. Ular itu melilit leher tuannya seraya berkata:
"Aku adalah hartamu, aku adalah uangmu yang haknya tidak engkau berikan kepada mereka yang berhak menerimanya".
Entah apa sebabnya, sudah puluhan ayat dan hadits disampaikan oleh para muballigh, para ustad, dan para penceramah, namun masih banyak orang kaya yang tetap enggan mengeluarkan zakat, dan tetap tidak menyadari kewajibannya.
Andaikata ada undang-undang yang membolehkan memerangi orang-orang kaya yang enggan mengeluarkan zakat, sebagaimana yang terjadi pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar As-Siddiq, niscaya tidak akan ada yang enggan membayar zakat.
Hadirin jemaah Juma'ah rahimakumullah,
Jawabannya sederhana, mereka terkena penyakit 'wahn' yaitu terlalu mencintai dunia dan benci kematian. Akibatnya, hati mereka tertutup. Yang ada hanyalah keuntungan dan keuntungan. Jika berbicara soal zakat, maka yang nampak hanyalah kerugian, rugi karena harus mengeluarkan sebagian hartanya. Padahal hanya 2,5% nya saja.
Hati mereka sudah benar-benar buta, kuping mereka betul-betul tuli. Padahal balasannya sudah jelas, setelah ayat perintah berzakat ada lanjutan lagi berupa janji Allah, yakni Dia akan membersihkan harta dan jiwa mereka, juga akan membuat hati mereka tentram.
Sebagai penutup, saya mengajak jamaah sekalian untuk sama-sama memahami filosofi seorang tukang parkir. Ketika ada mobil mampir di arena parkirannya, ia sangat senang dan gembira, karena ada rezeki yang menghampirinya, mulai dari satu mobil, kemudian dua dan seterusnya. Bahkan tak jarang mereka bisa mengendarai segala jenis mobil yang menitip di wilayah parkirannya. Akan tetapi, ia hanya bisa memandang dan menjaganya, atau sekedar menghantarkan atau memindahkannya, tidak lebih dari itu. Kemudian, ketika si tuan mobil mengambil mobilnya, dengan ikhlas si tukang parkir mempersilahkannya, karena memang mobil itu bukan miliknya.
Hadirin jemaah Juma'ah rahimakumullah,
Ketika kita menyadari bahwa harta hanyalah titipan Allah, niscaya keengganan untuk berzakat akan tertepis dengan sendirinya. Sudah banyak bukti, kalau Allah menginginkan kembali harta-Nya dari seorang hamba, Ia hanya berkata kun fayakun. Mudah-mudahan, Allah SWT. selalu memberikan kasih sayang-Nya kepada kita semua. Amin ya rabbal 'alamin
Doa Pembuka dan Penutup Khutbah Jumat
Sebelum membuka khutbah Jumat maupun mengakhirinya, khatib perlu membaca doa terlebih dahulu. Doa pembuka dan penutup khutbah Jumat bisa diambil dari doa majelis pada umumnya. Seperti halnya diuraikan dalam buku 'Doa Harian Pengetuk Pintu Langit' karya H Hamdan Hamedan, MA, berikut bacaan doanya.
1. Doa Pembuka Khutbah Jumat
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . أَمَّا بَعْدُ.
Innal hamdalillaah, nahmaduhuu, wa nasta'iinuhu, wa nastagh-firuh. Wa na'uudzu billaahi min syuruuri anfusinaa, wa min sayyi-aati a'maalinaa. Man yahdihillaahu falaa mudhilla lah, wa man yudh-lil falaa haadiya lah. Wa asyhadu al-laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lah, wa anna muhammadan 'abduhu wa rasuuluh. Ammaa ba'du.
Artinya: "Segala puji hanya bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan kejelekan amal perbuatan kita. Barang siapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya."
2. Doa Penutup Khutbah Jumat Versi Pendek
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.
Subhaanakallaahumma wa bi-hamdika, asyhadu allaa Ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilayka.
Artinya: "Mahasuci Engkau, ya Allah, aku memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah (Yang berhak disembah) kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertobat kepada-Mu."
3. Doa Penutup Khutbah Jumat Versi Panjang
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اللَّهُمَّ مَتَعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ فَأَرَنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَتِنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا.
Allahummaqsim lanaa min khasy-yatika maa tahuulu bihii bainanaa wa baina ma'shiyyatika wa min thaa'atika maa tuballighuna bihii jannataka wa minal yaqiini maa tuhawwinu bihii 'alainaa mashaa-ibad dunya.
Allahumma matti'naa bi asmaa'inaa wa abshaarinaa wa quwwatinaa ma ahyaytanaa waj'alhul waaritsa minnaa waj'alhu tsa'ranaa 'alaa man 'aadaanaa wa laa taj'al mushiibatanaa fii diininaa wa laa taj'alid dunya akbara hamminaa wa laa mablagha 'ilminaa wa laa tusallith 'alainaa man laa yarhamunaa.
Artinya: "Ya Allah, anugerahkanlah untuk kami rasa takut kepada-Mu, yang dapat menghalangi antara kami dan perbuatan maksiat kepada-Mu, dan (anugerahkanlah kepada kami) ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan Kami ke surga-Mu dan (anugerahkanlah pula) keyakinan yang akan menyebabkan ringannya bagi kami segala musibah dunia ini."
"Ya Allah, anugerahkanlah kenikmatan kepada kami melalui pendengaran kami, penglihatan kami, dan dalam kekuatan kami selama kami masih hidup, dan jadikanlah ia warisan dari kami. Jadikanlah balasan kami atas orang-orang yang menganiaya kami, dan tolonglah kami terhadap orang yang memusuhi kami, dan janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam urusan agama kami, dan janganlah Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita terbesar kami dan puncak dari ilmu kami, dan jangan Engkau jadikan orang-orang yang tidak menyayangi kami berkuasa atas kami."
Demikian tadi rangkuman khutbah Jumat Jumadil Awal lengkap dengan doa pembuka dan penutup yang bisa dibacakan oleh khatib. Semoga membantu.
Simak Video "Video: Apa Hukumnya Bermain Handphone saat Khutbah Jumat? Ini Penjelasannya"
(par/alg)