Fenomena hujan es terjadi di kawasan Boja, Kabupaten Kendal, sore ini. Kejadian ini mengejutkan warga, bahkan menyebabkan atap rumah rusak.
Warga Dusun Grejegan, Desa Tampingan, Boja, Soleh (44), menyebut awalnya tidak menyadari karena sedang tidur. Begitu menyadari rumahnya diguyur hujan, ia langsung mengangkat jemuran di belakang rumah. Namun, suara aneh dari atap membuatnya curiga.
"Awalnya saya dengar suara 'klotok-klotok' dari atap, beda dari biasanya. Pas saya lihat, ternyata ada butiran es jatuh," kata Soleh saat dihubungi detikJateng, Minggu (27/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soleh menyebut butiran es yang jatuh cukup besar. Tak hanya seukuran kerikil kecil, bahkan ada pula yang seukuran kelereng.
"Yang paling besar kira-kira sebesar kelereng. Hujan esnya sekitar 10 menit, tapi hujan air disertai angin totalnya hampir setengah jam," ungkapnya.
Lebih parahnya, atap rumah Soleh yang terbuat dari plastik bahkan sampai berlubang karena terkena hujan es.
"Atap rumah plastik saya bolong empat. Tapi masih mending, soalnya biasanya ada yang atapnya roboh dan motornya sampai rusak karena tertimpa atap," ujar Soleh.
Menurut dia, fenomena ini belum pernah terjadi sebelumnya di desanya. Hujan es itu disebut menerjang beberapa dusun di Desa Tampingan.
"Di dusun Grejegan, Rejosari, Krajan, itu juga kena. Bahkan ada angin kencang banget, pokoknya kayak cuaca ekstrem," tuturnya.
Sebelumnya, warga Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Maulida Wijaya Saputri (22) yang saat itu berada di Jalan Hadisoebeno Sosro Wardoyo, Desa Campurejo, Kecamatan Boja, dekat Terminal Cangkiran juga mengatakan hal serupa.
"Awalnya saya belum sadar. Setelah dengar dari atap rumah, saya lihat lebih teliti, ternyata ada butiran-butiran es batu," kata Maulida saat dihubungi detikJateng, Minggu (27/7).
Ia menyebut, hujan es mulai turun sekitar pukul 14.30 WIB dan berhenti sekitar pukul 15.35 WIB. Saat kejadian, Maulida tengah dalam perjalanan dan memilih berhenti meneduh di pinggir jalan.
"Pernah sih kejadian kayak gini di daerah Kaliwungu, Kendal, tapi sudah lama banget," ujarnya.
Maulida mengatakan, saat hujan es menerjang wilayah tersebut, hujan cukup deras disertai hujan. Ia pun langsumg mengabadikan momen langka itu lewat ponselnya.
"Es batunya awal-awal kecil, tapi lama-kelamaan tambah besar," terangnya.
Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Ferry Oktarisa menjelaskan terjadinya fenomena hujan es itu. Ia menyebut peristiwa itu sebagai kejadian yang bisa terjadi sewaktu-waktu, terutama saat musim peralihan atau pancaroba.
"Hujan es bisa terjadi akibat ketidakstabilan atmosfer dan ditandai dengan pertemuan massa udara hangat dan dingin, serta kelembaban tinggi yang memicu terbentuknya awan Cumulonimbus," kata Ferry saat dihubungi detikJateng.
"Awan ini mampu menghasilkan butiran es yang turun ke permukaan ketika angin tidak cukup kuat untuk mencairkannya sebelum mencapai daratan," lanjutnya.
Ferry menyebut, Boja termasuk wilayah dataran tinggi sehingga fenomena hujan es wajar terjadi. Fenomena itu juga bisa menjadi pertanda akan masuk musim kemarau.
"Hujan es terjadi bisa kapan saja, tergantung kondisi atmosfernya, terutama bila ada gangguan atmosfer yang masuk ke wilayah Jawa," ungkapnya.
(apl/apl)