BEM KM Undip Nyatakan Keluar dari BEM SI Kerakyatan

BEM KM Undip Nyatakan Keluar dari BEM SI Kerakyatan

Angling Adhitya Purbaya - detikJateng
Senin, 21 Jul 2025 16:36 WIB
kampus undip semarang
Kampus Undip. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom
Semarang -

Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang mengambil sikap keluar dari Aliansi BEM Seluruh Indonesia (SI) Kerakyatan. Keputusan itu dibuat dengan latar belakang Musyawarah Nasional XVIII BEM Seluruh Indonesia Kerakyatan yang diselenggarakan pada 13 Juli - 19 Juli 2025 di Padang.

Ketua BEM Undip, Aufa Atha Ariq dalam pernyataan sikapnya menyebut Munas XVIII BEM seharusnya menjadi ruang strategis untuk merumuskan arah gerak mahasiswa dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Namun menurutnya Munas itu jauh dari integritas dan semangat persatuan gerakan mahasiswa.

"Kemudian, usai melakukan musyawarah dengan aliansi BEM Se-Undip. BEM Undip mengambil sikap untuk tidak bergabung kepada Aliansi BEM SI serta Aliansi Nasional manapun," kata Aufa dalam pernyataan sikapnya, Senin (21/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk diketahui, forum tersebut menghadirkan Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia atau Perindo, Menteri Pemuda dan Olahraga, Wakil Gubernur Sumatera Barat, Kepala Kepolisian Daerah Sumbar, dan BIN Daerah Sumbar. Bahkan ada karangan bunga bertuliskan selamat dan sukses dari Kepala BIN daerah Sumatera Barat.

BEM Undip menjelaskan pernyataan sikapnya dengan enam poin yaitu:

ADVERTISEMENT
  1. Kami hadir tidak untuk berebut jabatan. Sedari awal, BEM Undip tidak memiliki ambisi untuk ikut dalam kontestasi posisi struktural di aliansi. Kami hadir dengan semangat membangun persatuan gerakan bersama.
  2. Munas BEM SI Kerakyatan nyatanya hadir tidak berbicara adu gagasan dan substansi, tapi hanya posisi kekuasaan. Alih-alih menjadi ruang dialektika untuk perjuangan rakyat dan menggagas untuk kemajuan bangsa, forum tersebut berubah menjadi arena konfliktual tempat penguasa mencari muka.
  3. Musyawarah memperlihatkan dinamika politik praktis dari eksistensi aliansi. Sejatinya, diadakannya Musyawarah Nasional untuk mencapai kata mufakat dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis. Akan tetapi, yang dihadirkan hanya politik praktis belaka dengan berebut kekuasaan.
  4. Benar terjadi pertikaian antar mahasiswa. Setidaknya dua rekan terluka akibat konflik. Ini bukti bahwa forum yang seharusnya mempersatukan malah menjadi medan perpecahan, hanya karena ambisi kekuasaan yang dibungkus jargon perjuangan.
  5. BEM Undip menarik diri, sehari sebelum penutupan Munas. Sikap ini kami ambil bukan karena kecewa, melainkan karena kami enggan menjadi bagian dari kemunduran dan perpecahan gerakan.
  6. BEM Undip berpegang teguh pada prinsip gerakan persatuan. Kami tidak akan menjadi bagian dari aliansi nasional manapun, apalagi yang tunduk pada kepentingan elite. Kami mengamini, untuk meruntuhkan rezim diperlukan adanya persatuan dari seluruh gerakan mahasiswa.




(ahr/rih)


Hide Ads