Bandengan Pekalongan 2 Bulan Terendam Rob, Ini Biang Keroknya

Bandengan Pekalongan 2 Bulan Terendam Rob, Ini Biang Keroknya

Robby Bernardi - detikJateng
Jumat, 04 Jul 2025 14:38 WIB
Banjir rob di Kelurahan Bandengan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jumat (4/7/2025).
Banjir rob di Kelurahan Bandengan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jumat (4/7/2025). Foto: Robby Bernardi/detikJateng
Pekalongan - Hampir dua bulan ini permukiman di Kelurahan Bandengan, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, terendam rob. Warga menyebut banjir ini dari limpasan sungai akibat tanggul yang kurang tinggi di sisi barat.

Lurah Bandengan, Rusman Aji mengatakan hampir 80 persen permukiman di wilayahnya terendam banjir rob.

"Sudah dua bulan lebih tergenang, karena air rob melimpas melebihi tanggul yang ada di sebelah barat Jeruk sari. Rob masuk ke saluran air lalu ke permukiman Bandengan. Sudah hampir 80 persen tergenang," kata Rusman saat ditemui detikJateng, Jumat (4/7/2025).

Ketinggian airnya mencapai sekitar 30-40 sentimeter. Namun, sebagian besar hanya menggenangi jalan perkampungan.

"Tingginya 30-40 cm, membuat kerepotan. Sebagian sudah masuk rumah, tidak dalam di rumah. Karena rumah di Bandengan ini minimal sudah dua tiga kali ada empat kali meninggikan rumah," jelasnya.

"Jadi pertumbuhan ekonomi di Bandengan ini tidak kelihatan. Selama ini kerja, mengumpulkan uang, tidak bisa mengembangkan usahanya, hanya untuk meninggikan rumah mereka karena jalan juga ditinggikan, sehingga rumah harus lebih tinggi. Ini terus seperti ini," sambungnya.

Meskipun dua bulan tergenang, namun belum ada warga yang mengungsi.

"Warga di sini sudah terbiasa. Soal kesehatan warga tidak ada temuan yang mencolok, penyakit gatal-gatal dan penyakit kulit karena air rob campur limbah rumah tangga, air hujan," ujar Rusman.

Menurut dia, banjir rob masuk ke perumahan sejak 2010. Hingga tahun 2025, lahan pertanian seluas 100 hektare lebih tergenang bak danau. +

"Luas Kelurahan Bandengan kurang lebih ada 200 hektare, sedangkan untuk pemukiman 24 hektare, sisanya kan pertanian seratusan hektare, sisanya tambak. Lahan pertanian 100 hektare tergenang air rob," ungkap Rusman Aji.

"Pekerjaan warga Bandengan berubah. Awalnya petani, saat ini kebanyakan buruh karena lahan pertanian dari tahun 2010-2012 terendam air," kata Rusman.

Pada tahun itu, ketinggian rob mencapai 1-2 meter.

"Petani di Bandengan kini tidak bisa menjadi petani lagi. Sekarang beradaptasi ya menjadi buruh pabrik rokok, pabrik teh, kuli bangunan, ART, buruh lepas. Lahan pertanian yang sudah tidak bisa digunakan ya mungkin seratusan (hektare) lebih ," ucapnya .

Sementara itu, Wayuti (69) warga Bandengan, mengatakan dia sebelumnya punya lahan pertanian tapi sudah tidak bisa dimanfaatkan karena terendam rob. Dia dan suami sekarang membuka warung di dekat tanggul.

"Ya dulu petani. Lahan kena banjir tidak bisa digunakan ya buka warung. Dulu warung saya dekat tambak laut, karena banjir jadi ke sini, di tanggul. Kebanyakan orang yang pergi ke tanggul yang jajan. Banyak juga yang mancing," katanya

"Rumah sedikit yang kemasukan, karena saya sudah meninggikan rumah empat kali. Kalau tidak ditinggikan ya sudah terendam," tambahnya.

Penyebab Genangan

Lurah Bandengan, Rusman Aji menjelaskan rob justru melimpas dari barat, bukan utara. Wilayah utara yang berdekatan dengan laut tidak ada lagi limpasan air rob, karena sudah ada tanggul.

"Sekarang limpasan melalui barat sana. Sekarang kita hanya mengandalkan rumah pompa Pabean yang letaknya di sebelah barat tanggul raksasa ini. Satu pompa itu untuk wilayah Jeruksari, Bandengan, Kandang Panjang," katanya.

Tanggul sungai sisi barat sendiri berjarak cukup jauh sekitar 1 km. Namun, karena tanggul sungai kurang tinggi, melimpas ke bekas pertanian dan tambak hingga masuk pemukiman.

"Memang diharapkan untuk segera dilakukan peninggian tanggul di sebelah barat, yang terletak di selatan rumah pompa Pabean, sampai dengan Jeruksari. Persoalannya hanya di situ," pungkasnya.


(dil/apu)


Hide Ads