Kasus keracunan makanan terjadi di Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Klaten. Ratusan orang terkena, bahkan insiden itu menyebabkan satu orang meninggal.
Para korban dirujuk ke sejumlah rumah sakit yang terletak di Klaten hingga Jogja. Keracunan juga menimpa para pesinden serta penabuh gamelan (niyaga).
Dirangkum detikJateng, berikut sejumlah hal yang sudah diketahui dalam insiden keracunan massal di Karangturi Klaten.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Korban Meninggal Sempat Dirawat di RS
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) membenarkan adanya korban meninggal dalam peristiwa keracunan. Selain itu, ratusan orang juga menjadi korban.
"Data terakhir pada pukul 23.40 WIB tadi malam ada 103 orang dan satu meninggal dunia. Yang meninggal bapak S ," jelas Kalak BPBD Kabupaten Klaten, Syahruna kepada detikJateng, Selasa (15/4/2025) pagi.
Informasi yang dihimpun detikJateng, korban meninggal bernama Suparno (72). Korban sebelumnya sempat dirawat di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Pantauan detikJateng, Selasa (15/4/2025), rumah Suparno berada di Dusun Kwagean, Desa Karangturi. Dari lokasi hajatan jaraknya sekitar 1,5 kilometer, melintas jembatan sungai Dengkeng.
Jenazah Suparno dimakamkan Selasa kemarin. Para pelayat berdatangan ke rumah duka, termasuk dari dinas, TNI, dan Polri.
Kades Karangturi, Sukarmin, mengatakan Suparno dirujuk ke RSUP sejak Senin (14/4) siang. Dia menuturkan korban memiliki riwayat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tapi sehat secara fisik.
"Sempat dirawat di RSUP Tegalyoso. Dimakamkan hari ini pukul 13.00 WIB," kata Sukarmin kepada detikJateng di posko, Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Klaten.
"Latar belakang ODGJ (gangguan jiwa) tapi riwayat sakit tidak ada," sambung dia.
Sukarmin mengungkap saat acara wayangan itu Suparno duduk di dekatnya. Dia mengenang Suparno dalam kondisi sehat saat menonton acara wayangan itu.
"Sehat kondisinya, bahkan habis makan. Meninggalnya di RSUP Tegalyoso," sambung Sukarmin.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Klaten, dokter Anggit Budiarto menjelaskan dari keterangan perangkat desa, korban ikut makan nasi dus hajatan wayangan.
"Dari keterangan Pak Carik (Sekdes) porsi makannya lebih dari yang lain, dan setelah keluar diagnosa dari RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Tegalyoso mengalami diare, dehidrasi, dan gagal ginjal," terang Anggit kepada wartawan di lokasi.
![]() |
2. Korban Dirujuk ke RS Klaten hingga Jogja
Kalak BPBD Klaten Syahruna melanjutkan merujuk pada penyelidikan epidemiologi yang dilakukan, para korban mengalami gejala diare, muntah, hingga panas.
"103 orang tersebut mengalami gejala diare, muntah, dan panas. Dengan jumlah warga yang rawat inap dan dirujuk sebanyak 31 orang," terang Syahruna.
Pasien yang rawat dan dirujuk, sambung Syahruna, dirujuk ke beberapa RS di Klaten maupun Jogja. Di antaranya ke RS Bagas Waras dan juga RS Bhayangkara Jogja.
"Dengan perincian ke RS Bagas Waras ada 17 orang, RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro ada 7 orang, RS Cakra Husada ada 2 orang dan RS Bhayangkara satu orang. Yang dirawat inap Puskesmas Gantiwarno 5 orang," sebut Syahruna.
3. Dugaan Korban Keracunan Makanan Olahan
Kadis Kesehatan Klaten dr Anggit menerangkan pihaknya menduga warga Karangturi keracunan makanan olahan yang disajikan saat hajatan wayangan. Sampel tersebut sudah dikirim ke laboratorium.
"Sampel makanan sudah kita kirim. Ada nasi, rendang sapi, krecek, acar, kerupuk sama stik," kata Anggit.
Sebagai informasi, acara wayangan itu digelar pada Sabtu (12/4) lalu. Namun, sejumlah warga mulai mengeluhkan sakit pada Minggu (13/4).
Polres Klaten, senada dengan dinkes, menyatakan sampel makanan diduga penyebab kasus keracunan makanan tengah diperiksa.
"Nantinya kami lakukan uji laboratorium. Untuk makanan di nasi dus ada rendang, ada sayur, ada krecek, ada kerupuk ada snack-snack, dan yang tersaji malam itu kami ambil sampelnya," Kasat Reskrim Polres Klaten Iptu Taufik Frida Mustofa kepada wartawan.
Penjelasan keluarga pemilik hajatan bisa dibaca di halaman berikut:
4. Pengakuan Keluarga Pemilik Hajatan
Keluarga pemilik hajatan buka suara atas insiden itu. Mereka meminta maaf dan memberi penjelasan usai lebih dari 100 orang harus menerima perawatan.
"Kita mohon maaf lahir batin, tidak menduga dan tidak disangka-sangka. Kita berharap semua segera membaik," kata perwakilan pemilik hajatan, Sumardi kepada detikJateng di rumahnya.
Dijelaskan Sumardi, keluarganya menggelar tasyakuran di rumah kakaknya, Waluyo.
"Awalnya siang mengumpulkan trah, kemudian malamnya tasyakuran. Siangnya acara keluarga, malamnya wayangan," kata Sumardi.
Menurut Sumardi, untuk acara wayangan, makanannya dimasak secara rewang. Jumlah kardus makanan yang dibuat sekitar 200-250.
"Yang diundang banyak, snack-nya saja 200-250'an. Ya ada yang dari desa-desa lain, dari Bayat juga ada," sambung Sumardi.
Sumardi mengatakan, snack yang disajikan dalam acara yaitu kacang dan brownies. Adapun makanannya berupa nasi dan lauk rendang.
"Makannya nasi, rendang, sambel goreng krecek, acar sama kerupuk. Ya kita keluarga kaget saat ada kabar pada diare, Waluyo (pemilik rumah tempat hajatan) juga dirawat di RS," imbuhnya.
![]() |
5. Sinden dan Penabuh Gamelan Juga Kena
Selain warga Karangturi, keracunan makanan itu ternyata juga menimpa rombongan siden dan penabuh gamelan (niyaga).
"Pak dalang tidak ada gejala karena tidak makan. Yogo (niyaga) sekitar 15 orang dan sinden satu ada yang dirawat dan ada yang pulang," ungkap Kasi Trantib Kecamatan Gantiwarno, Eka Susanti.
Dijelaskan Eka, dari pendataan, tidak hanya warga yang terdampak bergejala keracunan. Bahkan ada dua anggota Polsek juga mengalami gejala.
"Bhabinkamtibmas sini (dua orang) nggak dirawat, cuma perutnya mual terus lemas. Ada beberapa (anak sekolah), karena kebanyakan di sini dewasa, paling (anak sekolah) remaja karena nyinom (pramusaji), kan hajatan malam," terang Eka Susanti.
Kepala Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Sukarmin menyatakan ada juga kepala desa tetangga yang keracunan dan sampai dirawat.
"Pak kades tetangga sini juga masuk RS, tapi tidak tahu di rawat dimana," katanya kepada wartawan di lokasi.
Sri Suprapti (46), warga yang ikut rewang (masak bareng), mengaku ikut makan dan juga keracunan. Gejala yang dia rasakan yaitu pusing dan mual.
"Terasa itu Minggu pagi, mual dan muntah-muntah. Saya periksakan dokter tapi tidak dirawat inap," katanya kepada detikJateng.
"Ini sudah membaik tapi masih lemas. Sekeluarga saya empat orang, termasuk anak saya," imbuh Sri.
Update terakhir data di Posko KLB Desa Karangturi Selasa pukul 16.00 WIB, jumlah warga keracunan menjadi 133 orang dan 48 orang dirawat inap. Adapun korban meninggal dunia satu orang.
Simak Video "Video: Embun Es di Jawa, Fenomena Langka di Dataran Tinggi Dieng"
[Gambas:Video 20detik]
(apu/apu)