Duka Siswa Berprestasi SMKN 4 Semarang Tewas Ditembak Polisi Saat Tawuran

Round-Up

Duka Siswa Berprestasi SMKN 4 Semarang Tewas Ditembak Polisi Saat Tawuran

Tim detikJateng - detikJateng
Rabu, 27 Nov 2024 07:00 WIB
Polisi saat menggelar rekonstruksi peristiwa penembakan siswa SMKN 4 Semarang, Selasa (26/11/2024).
Polisi saat menggelar rekonstruksi peristiwa penembakan siswa SMKN 4 Semarang, Selasa (26/11/2024). Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikJateng
Solo - Seorang pelajar SMKN 4 Semarang, inisial G (17), tewas setelah ditembak polisi yang berusaha melerai tawuran antarkelompok. Kabar kematiannya mengagetkan sekolah karena korban dikenal anggota Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera) yang berprestasi.

Diketahui penembakan itu terjadi di sekitar perumahan Paramount, Minggu (24/11) dini hari. Polisi yang menembak disebut anggota Satresnarkoba.

"Informasinya kan jam 01.00 malam. Habis kerja, melakukan penyelidikan di kantor. Lakukan perjalanan pulang melintas di kantor perumahan Paramount itu," kata Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar di kantornya, Senin (25/11/2024) malam.

Dia mengatakan polisi itu melakukan tembakan karena hendak melerai tawuran. Pihak yang mengantar korban ke rumah sakit juga disebut merupakan petugas kepolisian.

"Ketika dua geng ini melakukan tawuran, muncul anggota polisi. Kemudian dilakukan upaya melerai, namun ternyata anggota polisi dilakukan penyerangan hingga dilakukan tindakan tegas," ujarnya.

"Yang tertembak korban kena pinggulnya. Satu catatan ketika dibawa rumah sakit yang menolong dari kelompok lawan dari kelompok Seroja plus anggota kita itu. Jam 10.00 pagi kan belum diketahui identitasnya. Dari kelompok Seroja juga tidak mengenali," sambungnya.

Karangan bunga berjejer di SMKN 4 Semarang, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Selasa (26/11/2024).Karangan bunga berjejer di SMKN 4 Semarang, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Selasa (26/11/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Sekolah Kaget

Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMKN 4 Semarang, Agus Riswantini, saat ditemui awak media mengaku kaget mendengar kabar G masuk sebagai anggota kreak atau gangster.

"G dianggap sebagai kreak ya saya kaget. Dari sekolah belum punya banyak informasi, kejadian itu juga hari libur dan sudah ditangani pihak berwajib," ucap Agus.

Agus pun sudah mencoba bertemu dengan pihak keluarga G usai kejadian tragis itu. Hanya saja, pihak keluarga belum berkenan untuk ditemui.

"Karena pihak keluarga belum berkenan ya sudah, kita bisanya menunggu info, setelah semua klir, tahu permasalahannya," jelasnya.

Termasuk Siswa Berprestasi

Agus mengungkapkan di sekolah, G tergabung dalam anggota Paskibraka SMKN 4 Semarang. Selama bersekolah, korban berperilaku baik dan tidak pernah ada masalah.

"Di sekolah anak-anaknya itu baik, secara akademis tidak pernah ada masalah," kata Agus saat ditemui awak media di SMKN 4 Semarang, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Selasa (26/11).

G disebut pernah mengikuti lomba Pekan Olahraga dan Seni Mahasiswa, Pelajar, dan Taruna Akademi Kepolisian (Porsimaptar) 2024 dan sukses menyabet juara 3 bersama timnya.

"Kebetulan pernah juara lomba Porsimaptar, Oktober kemarin, lomba baris-berbaris," jelasnya.

Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMKN 4 Semarang, Rizky Agung, mengaku ragu jika muridnya tersebut terlibat tawuran. Pasalnya, berdasarkan catatan BK, G tidak pernah melanggar aturan.

"Sejauh ini nggak ada masalah sama sekali. Mereka nggak pernah ikut tawuran sama sekali," ujar Rizky.

"Kesehariannya baik, nggak ada masalah sama sekali, di luar sekolah pun setahu kami dari BK itu ndak ada masalah, karena di dalam catatan BK mereka belum ada sama sekali," lanjutnya.

Senada dengan Agung, Rizky mengungkap G sering mengikuti perlombaan selama tergabung di Paskibra. Bahkan beberapa sukses menyabet trofi.

"Prestasi untuk nilai mata pelajarannya, itu kalau dari BK kurang begitu tahu. Tapi setahu saya mereka ikut Paskibra dan sering juara," jelasnya.

Wali Kelas 11 Teknik Mesin SMKN 4 Semarang, Syaifudin, yang merupakan wali kelas G juga berkata hal sama. Korban diketahui sosok taat aturan dan tak pernah melanggar.

"Mas G orangnya baik, ikut Paskibraka dari kelas 10 sampai kelas 11. Saya terakhir lihat hari Jumat sore, G sedang melatih anak kelas 10. Selama ini dia juga nggak ada tanda-tanda melakukan pelanggaran di sekolah," jelasnya.

"Untuk akademik memang biasa saja, tapi untuk nonakademik di Paskibra dia sering diajak untuk ikut lomba, kalau ikut pencak silat itu mungkin di luar sekolah," lanjutnya.

Karangan bunga berjejer di SMKN 4 Semarang, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Selasa (26/11/2024).Karangan bunga berjejer di SMKN 4 Semarang, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Selasa (26/11/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Total 3 Murid SMKN 4 Semarang Kena Tembakan

Agus Riswantini melanjutkan, total ada tiga siswanya yang terkena tembakan polisi. Selain G, dua korban lainnya berinisial A dan S.

"A itu infonya pelurunya di dada, entah nyerempet atau bagaimana, tapi ada luka. Sudah dijahit, kurang tahu dibawa ke RS mana," paparnya.

"S pelurunya di tangan, infonya kalau dari keluarga sudah dikeluarkan dari RS Tugu, tapi keluarga masih nggak berkenan untuk didatangi," imbuhnya.

Polisi Gelar Prarekonstruksi

Polisi menggelar prarekonstruksi terkait tawuran yang berujung pada tewasnya G. Ada empat tersangka yang dihadirkan.

Pantauan detikJateng, lokasi pertama di Jalan Simongan. Di sana, empat tersangka yang memakai topeng bersama polisi terlihat memeragakan penyerahan senjata tajam. Mereka memperagakan peristiwa yang terjadi pada Minggu (24/11) dini hari lalu.

Salah satu tersangka memperagakan berboncengan tiga dengan orang yang diperagakan oleh anggota polisi. Dari dialog penyidik dan tersangka, korban tewas berinisial G itu membonceng di tengah. Dalam adegan itu, G terlihat sempat menerima senjata dari temannya.

Di lokasi tersebut mereka menyebut sempat terjadi keributan antara geng Seroja dan Tanggul Pojok. Korban berada di kelompok Seroja. Mereka kemudian saling kejar hingga ke dua lokasi berikutnya di Jalan Untung Suropati, hingga depan Alfamart Jalan Candi Penataran.

"Hari ini dari Polrestabes Semarang melaksanakan giat prarekonstruksi di mana kemarin kita telah menangkap pelaku kreak dan para pelaku kreak dilakukan pemeriksaan. Memastikan lokasi dan peristiwa yang terjadi di lapangan seperti apa. Kita lakukan prarekonstruksi untuk memperkaya pemahaman para penyidikan terhadap kejadian yang terjadi, sehingga yang terjadi di lapangan betul, fakta, tidak ada yang ditutupi," kata Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto di Jalan Untung Suropati, Semarang, Selasa (26/11).

Dia menjelaskan, ada tiga lokasi yang awalnya ada bentrok antar dua geng. Kemudian terjadi kejar-kejaran.

Untuk anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang yang melepas senjata, yaitu Aipda R, dia bertemu gerombolan itu di antara lokasi pertama dan kedua dekat dengan perumahan Paramount tepatnya depan pabrik ISTW.

"Awal di mana mereka berkumpul, mereka (antargeng) ada adu fisik. Kemudian di lokasi lain kejar-mengejar," jelas Artanto.

"Anggota polisi jumpa kreak saat di depan pabrik ISTW," imbuhnya.

Sementara itu, Kapolrestabes Kombes Irwan mengungkap hasil pemeriksaan urine Aipda R. Dia menanggapi informasi yang beredar anggotanya melepaskan tembakan dalam keadaan mabuk.

Irwan menegaskan hasil tes urine dan darah Aipda R menunjukkan hasil negatif narkoba maupun alkohol.

"Sudah periksa darah dan urine oleh Labfor, negatif semua baik narkoba maupun alkohol," kata Irwan, Selasa (26/11).

Adapun Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto menegaskan, peristiwa ini masih terus didalami. Aipda R juga diperiksa karena tetap harus mempertanggungjawabkan tindakan yang diambil.

"Anggota yang melakukan upaya tindakan kepolisian harus dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setiap penggunaan alat dan sebagainya harus bisa bertanggung jawab. Apakah sesuai SOP atau tidak. Dilakukan pemeriksaan Paminal," tegasnya.

Pengakuan Korban Luka

Salah satu korban luka, A, berkata dia juga bersama G di lokasi. Saat kejadian Minggu dini hari, dia, G, S, serta beberapa orang datang ke lokasi. Dia tidak membantah terkait tawuran, di mana mereka awalnya bakal melawan kelompok dari wilayah Semarang Utara.

"G naik motor boncengan tiga, dia nggak turun. Tapi sana (geng Tanggul Pojok) curang bawa alat. G turun buat nakutin terus mundur lagi. G dari kos, nggak tahu kos siapa di daerah Krapyak belakang PLN. Dia adik kelas," kata A di lokasi pra rekonstruksi, Selasa (26/11).

"Kan katanya sempat sama Semarang utara kumpul di Pusponjolo akhire sama Gunungpati," imbuhnya.

Dia menjelaskan terserempet peluru di dada. A juga sempat menunjukkan dadanya yang tertempel perban.

"(Saat itu) Nggak tahu (G) tertembak. Nggak dengar suara tembakan. Saya kena dada kiri. Dia lagi ngejar tawuran ke sana arah Gunungpati. Saya putar balik, saya nggak tahu orange, berdiri di tengah," ujar A yang kemudian dipanggil polisi untuk pra rekonstruksi.

Karangan Bunga Berjejer di Sekolah

Sejumlah karangan bunga maupun ucapan belasungkawa bagi G berjejer di SMKN 4 Semarang.

Pantauan detikJateng pukul 16.30 WIB kemarin, ada 10 karangan bunga berjajar di depan SMKN 4 Semarang. Tampak ramai pula para siswa SMNK 4 Semarang yang memberikan bunga putih di dekat pigura foto korban.

Di sekitar pigura berfoto korban, tampak pula beberapa poster yang mengutarakan kekecewaannya akan insiden yang menimpa G. Salah satunya 'cah nek nakal dikandhani ora ditembaki (anak kalau nakal diingatkan bukan ditembak)'.

Salah satu siswa SMKN 4 Semarang yang juga teman dekat korban, FS, menuturkan ia menyambut baik siapapun yang meletakkan karangan bunga serta ucapan belasungkawa.

"Dari alumni kayaknya. Kalau ini niat baik nggak apa-apa, tapi kalau niatnya buruk ya jangan," kata FS di SMKN 4 Semarang, Selasa (26/11).

FS mengaku merasa kehilangan dengan meninggalnya G. Selama mengenal G dan keluarganya, G disebut merupakan sosok yang ceria dan sering bercanda.

Tak pernah terbersit di benaknya, teman sekelasnya yang tergabung dalam tim Paskibra itu akan meninggal karena tertembak. Apalagi ia sempat disebut kreak yang hendak tawuran di Semarang Barat, dekat Paramount.

"Nggak setuju dia disebut kreak, soalnya dia orang baik-baik, nggak pantes kalau disebut kreak. Dia sering modif motor, tapi nggak pernah ikut 'drag'," tegasnya.

"Semoga masalah ini bisa cepat diselesaikan biar tuntas dan nggak melebar ke mana-mana juga," sambungnya.


(apu/rih)


Hide Ads