Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Klaten menggelar lomba melukis payung bertema 'Mbeber Topeng Dalang Klaten' di Monumen Juang 45, Kecamatan Klaten Utara. Kegiatan itu diselenggarakan guna melestarikan warisan budaya takbenda (WBTb) milik Klaten.
Pantauan detikJateng di lokasi pada Kamis (3/10) pukul 10.00 WIB, ada ratusan peserta yang berpartisipasi dalam lomba melukis payung tersebut. Peserta berasal dari berbagai sekolah tingkat SD di Klaten.
Mereka tampak sibuk melukis payung yang berwarna putih polos. Beberapa siswa sudah menyelesaikan latar belakang lukisan. Sebagian lainnya mulai melukis topeng di payung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai alat lukis dari kuas hingga cat air digunakan oleh peserta lomba. Para guru terlihat bergerombol melingkari area lomba.
Ditemui di lokasi lomba, Plt Kabid Kebudayaan Disporapar Klaten, Maria Yakuba mengungkapkan pihaknya menyelenggarakan lomba melukis payung setiap tahunnya. Tujuannya adalah untuk melestarikan WBTb milik Klaten.
"Agenda lukis payung ini kami agendakan setiap tahun dalam tujuan melestarikan warisan budaya takbenda (payung lukis Juwiring) yang memang ditetapkan pada tahun 2023," kata Maria, Kamis (3/10/2024).
Alasan diangkatnya tema "Mbeber Topeng Dalang Klaten, kata Maria, karena wayang topeng tersebut sudah ditetapkan sebagai WBTb pada 20 Agustus 2024. Sasaran kegiatan tersebut yakni siswa SD se-Klaten.
"Tema dari lukisan ini 'Mbeber Topeng Dalang Klaten' karena topeng dalang juga ditetapkan oleh Kemendikbudristek pada 20 Agustus 2024," ungkapnya.
Adapun jumlah pesertanya yakni 220 siswa yang berasal dari 26 Korwil Pendidikan di Klaten. Jumlah tersebut disesuaikan dengan Hari Jadi ke-220 Kabupaten Klaten.
Lebih lanjut, Maria menerangkan, pihaknya menentukan peserta dari kalangan siswa SD untuk mendidik karakter mereka. Selain itu, Maria berharap, agenda tersebut bisa meregenerasi pelaku budaya di Klaten.
Untuk pemenangnya, lanjut Maria, bakal ada juara pertama, kedua, ketiga, harapan pertama, dan kedua. Selain itu, ada pula juara di lima kategori mulai dari terfavorit hingga terimajinatif.
Pada lomba tersebut, Maria mengatakan, pihaknya menggaet juri dari ISI Jogja dan ISI Solo. Hal itu dilakukan guna menjaga independensi penilaian.
Payung sebagai media lukis tersebut terbuat dari kertas yang sudah dilapisi menggunakan cat anti air. Setelah dilukis, payung tersebut akan digunakan sebagai hiasan sehingga bisa dikenal oleh masyarakat.
Dengan melukis payung tersebut, Maria berharap, para siswa SD itu bisa mengenal budaya di Klaten. Payung Juwiring, Maria mengisahkan, berasal dari payung yang digunakan untuk warga yang sudah meninggal.
(prf/ega)