Sebanyak 500 tukik jenis Penyu Lekang (Lepidochelys Olivacea) dilepasliarkan di Pantai Sodong, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap. Tukik tersebut merupakan hasil konservasi oleh kelompok Balai Konservasi Penyu Nagaraja yang sudah berdiri sejak tahun 2019 lalu.
Ketua kelompok Konservasi Penyu Nagaraja, Jumawan, menjelaskan pada tahun ini sudah seribuan lebih tukik penyu yang dilepas ke lautan, termasuk 500 penyu yang dilepas pada Kamis (19/9/2024) sore itu. Menurutnya, angka tersebut meningkat dari tahun 2023 lalu.
"Kemarin tahun 2023 kita lepas ke alam sebanyak 855 tukik. Tahun 2024 sudah ada 1.200 lebih tukik dilepasliarkan. Ini kurang lebih ada 500 tukik dan nanti hari Sabtu-Minggu akan dilepasliarkan lagi karena untuk kegiatan kunjungan siswa sekolah. Ini yang dilepas rata-rata jenis penyu lekang," kata Jumawan di Balai Konservasi Penyu Nagara, kawasan Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Cilacap, Kamis (19/9/2024) sore.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Jumawan menjelaskan, terdapat 3 jenis penyu yang dirawat di balai konservasi tersebut. Di antaranya Penyu Lekang, Penyu Sisik, dan Penyu Hijau. Penyu Lekang menjadi komoditas yang paling banyak dirawat.
"Penyu Sisik dan Hijau itu untuk mendiami Pulau Nusakambangan karena di sana kita juga perlu kehati-hatian. Di Pulau Nusakambangan ini kan sebagai cagar alam yang sudah terlindung jadi kita hanya mengambil sampelnya saja untuk kegiatan edukasi anak-anak sekolah," terangnya.
![]() |
Jumawan juga memaparkan pandangannya terkait upaya konservasi penyu yang sudah berjalan 5 tahun terakhir ini. Ia menyebut upaya itu berhasil. Sebab, masyarakat semakin sadar akan pentingnya kehidupan penyu yang saat ini statusnya dilindungi dan terancam punah.
"Sebelumnya penyu yang mendarat untuk bertelur banyak masyarakat yang memperjualbelikan telur penyu untuk konsumsi. Setelah hadirnya konservasi ini masyarakat mulai ada kesadaran," jelasnya.
"Setiap nelayan yang menemukan telur penyu itu kita undang dan kita minta untuk melaporkan. Sehingga, kami melibatkan mereka untuk melepasliarkan bersama," lanjut dia.
Menurut Jamawan, penyu yang mendarat untuk bertelur secara alami harapan hidupnya sangat kecil. Selain keberadaan predator, masyarakat juga turut andil dalam perburuan telur penyu tersebut.
"Penyu yang baru menetas langsung dilepas itu peluang hidupnya 1:1000. Jadi, di konservasi kami ini paling nggak kita besarkan hingga usia 1 atau 2 bulan. Sebenarnya tujuannya untuk memberikan kesempatan dunia pendidikan melihat tukik seperti apa. Di sisi lain paling tidak 10 persen dari yang kita lepas liarkan bisa berhasil menjadi penyu dewasa," ungkapnya.
Satu kali bertelur, penyu sebenarnya bisa mengeluarkan 80 hingga 150 butir. Namun, dari jumlah tersebut hanya beberapa saja yang berhasil selamat sampai dewasa.
"(Sebanyak) 85 sampai 150 telur, sekali bertelur tergantung usia penyu sendiri. Paling tidak 10 persen berhasil menetas. Kalau di Konservasi paling tidak 80-90 persen menetas, pengambilan telur butuh perlakuan khusus," ucapnya.
Kini, dirinya berharap semakin banyak masyarakat yang sadar akan kelestarian penyu. Hal ini agar nama Teluk Penyu yang ada di kawasan wisata pantai di Cilacap tidak hanya sekadar nama.
"Harapan kami masyarakat tetap menjunjung tinggi nilai-nilai konservasi agar penyu-penyu yang mendarat di sekitar pantai Cilacap ini tetap lestari dan nama Teluk Penyu bukan sekadar nama tapi kita buktikan dengan hadirnya penyu di sekitar pantai Cilacap," tegasnya.
Kepala Resor Konservasi Wilayah Cilacap Balai Konsersevasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah, Wahyono Restanto, juga mengungkapkan pihaknya terus memantau keberadaan penyu. Termasuk yang ada di Pulau Nusakambangan.
"Kita pernah pemantauan dengan kamera itu ternyata banyak predator telur penyu, ada biawak, terus monyet juga di sekitar Nusakambangan," katanya.
Dari ketiga jenis penyu yang ada, paling sedikit populasinya adalah Penyu Sisik. Sedangkan Penyu Hijau statusnya sudah terancam punah.
"Kritis itu jenis Sisik, kalau yang Hijau itu terancam. Kalau lekang itu status lebih rendah lagi karena masih dijumpai. Tapi statusnya masih dilindungi semua oleh internasional. Semua jenis penyu statusnya tidak boleh diperdagangkan," paparnya.
![]() |
Sementara itu, Wisnu Eka Baskara selaku Fuel Terminal Manager Maos memaparkan PT Pertamina Patra Niaga juga turut andil dalam upaya pelestarian penyu. Hal ini dibuktikan sejak tahun 2020 pihaknya memberikan berbagai bantuan ke Balai Konservasi Penyu Nagaraja.
"Program ini termasuk program unggulan kami dalam penilaian proper yang setiap tahun dilakukan oleh KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). Konservasi ini dilakukan sejak tahun 2020," tuturnya.
Menurut dia, perlunya diberikan pendampingan kepada balai konservasi ini karena penyu merupakan salah satu hewan yang dilindungi oleh Undang-Undang (UU).
"Selain itu penyu merupakan salah satu hewan yang dilindungi oleh negara melalui UU. Karena penyu terancam punah kalau kita tidak ikut melakukan pelestarian. Anak cucu kita belum tahu apakah bisa melihat penyu lagi atau tidak," ungkapnya.
Dalam beberapa tahun ke depan pihaknya masih akan terus mendampingi Balai Konservasi Penyu Nagaraja dalam pelestarian penyu. Dalam hal ini, Pertamina Patra Niaga bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah.
"Kami bekerja sama dengan BKSDA. Konservasi tidak bisa dilakukan kalau tidak mendapatkan izin dari instansi terkait. Dalam hal ini kita bekerja sama dengan BKSDA Jawa Tengah," ujar dia.
"Kami sudah melanjutkan kerja sama saat ini masih proses dengan BKSDA selama 5 tahun ke depan untuk memastikan konservasi ini berjalan sampai semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya penyelamatan penyu khususnya masyarakat Cilacap," sambungnya.
Sejauh ini, dalam kurun waktu 5 tahun pihaknya sudah menggelontorkan dana senilai Rp 1 miliar. Selain itu, relawan yang ada di balai konservasi kerap kali diberangkatkan ke berbagai tempat untuk melakukan study banding.
"Untuk angka berdasarkan ketentuan terbaru dengan BKSDA itu secara akumulatif itu di atas Rp 1 miliar selama 5 tahun. Artinya, di rata-rata per tahun Rp 200 juta kita gelontorkan untuk upaya konservasi," pungkasnya.
(cln/ahr)